Perbandingan Kesembuhan Luka Episiotomi dengan Luka Ruptur Perineum Tingkat 1 – 2 pada Primigravida di RSUP H. Adam Malik Medan
View/ Open
Date
2011Author
Saputra, Hendry Adi
Advisor(s)
L. Tobing, Christoffel
Sitepu, Makmur
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan: Membandingkan kesembuhan luka episiotomi dengan luka ruptur perineum
tingkat 1-2 pada primigravida di RSUP. H. Adam Malik Medan
Desain: Penelitian ini bersifat kohor prospektif dengan uji analitik.
Bahan dan Cara : Sampel yang memenuhi criteria dilakukan informed content sesuai
dengan etika penelitian. Sampel terbagi menjadi dua subjek penelitian yakni
kelompok pertama wanita pasca persalinan spontan dengan luka episiotomi tingkat 1
– 2 dan kelompok kedua wanita pasca persalinan spontan dengan luka ruptur
perineum tingkat 1 – 2. Analisis data berdasarkan usia , pendidikan, berat badan lahir
bayi, lamanya persalinan, lama ketuban pecah, indeks massa tubuh, kadar
hemoglobin ibu, kejadian kesembuhan dan infeksi luka. Statistik inferensial yang
digunakan dengan uji Chi square dan T-Independent kemudian dilakukan analisis
parametric menggunakan pendekatan probabilitas pasti dengan Fisher Exact test.
Hasil: Dari 60 Subjek penelitian primigravida yang masuk kriteria inklusi, dijumpai 19
kasus (63.3%) yang dinyatakan sembuh pada luka episiotomi dan 23 kasus (76,7%)
dinyatakan sembuh pada luka ruptur perineum tingkat 1–2 pada primigravida.
Sedangkan yang dinyatakan mengalami infeksi pada luka episiotomi adalah 11 kasus
(36,7%) dan yang mengalami infeksi pada luka ruptur perineum tingkat 1–2 adalah 7
kasus (23,3%). Lama ketuban pecah pada penelitian ini berpengaruh secara
bermakna terhadap kejadian infeksi luka episiotomi (p=0,012). Tampak pada pasien yang lama ketubannya pecah kurang dari 8 jam terjadi infeksi luka
episiotomi sebanyak 7 orang (63,6%) dan yang tidak mengalami infeksi luka
episiotomi 19 orang (100%). Pasien yang lama ketubannya pecah lebih dari 8
jam terjadi infeksi luka episiotomi sebanyak 4 orang (36,4%). Hubungan
antara status gizi pasien dengan kejadian infeksi luka episiotomi ada
perbedaan bermakna secara statistik. Pasien yang Index massa tubuhnya
(IMT) kurang (underweight) sebanyak 3 orang (27,3%) mengalami infeksi luka
episiotomi, dan yang IMTnya normal (normoweight) 18 orang (94,7%) yang
tidak mengalami infeksi luka episiotomi, IMTnya yang overweight 6 orang
(54,5%) yang mengalami infeksi luka episiotomi. IMT pasien pada penelitian
ini rata-rata mempunyai status gizi baik menurut perhitungan basal
metabolisme index (BMI)atau Index massa tubuh (IMT), sehingga secara
statistik tidak terdapat pengaruh status gizi pasien terhadap kejadian infeksi
luka episiotomi. Didapatkan perbedaan kesembuhan antara luka episiotomi dengan
luka ruptur perineum tingkat 1–2, kesembuhan luka lebih dari 10 hari didapatkan lebih
banyak pada primigravida yang di-episiotomi 11 orang (36,7%) berbanding 7 orang
(23,3%) pada primigravida dengan luka perineum tingkat 1–2. Dilakukan uji eksak
fisher didapatkan p = 0,399 dengan RR (95 % CI) : 0,96 (0,85–1,09), jadi perbedaan
antara waktu kesembuhan luka episiotomi dan luka ruptur perineum tingkat 1–2 tidak
bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat kesembuhan luka episiotomi dengan
luka ruptur spontan perineum tingkat 1 – 2 pada wanita pasca persalinan. Tujuan: Membandingkan kesembuhan luka episiotomi dengan luka ruptur perineum
tingkat 1-2 pada primigravida di RSUP. H. Adam Malik Medan
Desain: Penelitian ini bersifat kohor prospektif dengan uji analitik.
Bahan dan Cara : Sampel yang memenuhi criteria dilakukan informed content sesuai
dengan etika penelitian. Sampel terbagi menjadi dua subjek penelitian yakni
kelompok pertama wanita pasca persalinan spontan dengan luka episiotomi tingkat 1
– 2 dan kelompok kedua wanita pasca persalinan spontan dengan luka ruptur
perineum tingkat 1 – 2. Analisis data berdasarkan usia , pendidikan, berat badan lahir
bayi, lamanya persalinan, lama ketuban pecah, indeks massa tubuh, kadar
hemoglobin ibu, kejadian kesembuhan dan infeksi luka. Statistik inferensial yang
digunakan dengan uji Chi square dan T-Independent kemudian dilakukan analisis
parametric menggunakan pendekatan probabilitas pasti dengan Fisher Exact test.
Hasil: Dari 60 Subjek penelitian primigravida yang masuk kriteria inklusi, dijumpai 19
kasus (63.3%) yang dinyatakan sembuh pada luka episiotomi dan 23 kasus (76,7%)
dinyatakan sembuh pada luka ruptur perineum tingkat 1–2 pada primigravida.
Sedangkan yang dinyatakan mengalami infeksi pada luka episiotomi adalah 11 kasus
(36,7%) dan yang mengalami infeksi pada luka ruptur perineum tingkat 1–2 adalah 7
kasus (23,3%). Lama ketuban pecah pada penelitian ini berpengaruh secara
bermakna terhadap kejadian infeksi luka episiotomi (p=0,012). Tampak pada pasien yang lama ketubannya pecah kurang dari 8 jam terjadi infeksi luka
episiotomi sebanyak 7 orang (63,6%) dan yang tidak mengalami infeksi luka
episiotomi 19 orang (100%). Pasien yang lama ketubannya pecah lebih dari 8
jam terjadi infeksi luka episiotomi sebanyak 4 orang (36,4%). Hubungan
antara status gizi pasien dengan kejadian infeksi luka episiotomi ada
perbedaan bermakna secara statistik. Pasien yang Index massa tubuhnya
(IMT) kurang (underweight) sebanyak 3 orang (27,3%) mengalami infeksi luka
episiotomi, dan yang IMTnya normal (normoweight) 18 orang (94,7%) yang
tidak mengalami infeksi luka episiotomi, IMTnya yang overweight 6 orang
(54,5%) yang mengalami infeksi luka episiotomi. IMT pasien pada penelitian
ini rata-rata mempunyai status gizi baik menurut perhitungan basal
metabolisme index (BMI)atau Index massa tubuh (IMT), sehingga secara
statistik tidak terdapat pengaruh status gizi pasien terhadap kejadian infeksi
luka episiotomi. Didapatkan perbedaan kesembuhan antara luka episiotomi dengan
luka ruptur perineum tingkat 1–2, kesembuhan luka lebih dari 10 hari didapatkan lebih
banyak pada primigravida yang di-episiotomi 11 orang (36,7%) berbanding 7 orang
(23,3%) pada primigravida dengan luka perineum tingkat 1–2. Dilakukan uji eksak
fisher didapatkan p = 0,399 dengan RR (95 % CI) : 0,96 (0,85–1,09), jadi perbedaan
antara waktu kesembuhan luka episiotomi dan luka ruptur perineum tingkat 1–2 tidak
bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat kesembuhan luka episiotomi dengan
luka ruptur spontan perineum tingkat 1 – 2 pada wanita pasca persalinan.
Collections
- Master Theses [314]