Show simple item record

dc.contributor.advisorZulnaidi
dc.contributor.authorHarahap, Nian Asri
dc.date.accessioned2018-07-06T02:32:23Z
dc.date.available2018-07-06T02:32:23Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4054
dc.description.abstractMoral maupun nilai – nilai kecendrungan dipengaruhi hidup bangsanya, dan moral bangsa Jepang dipengaruhi oleh agama yang dianut dan budaya yang berlangsung sejak lama. Salah satu moral bangsa Jepang adalah bushido yang diartikan sebagai jalan kesatria atau juga dapat diartikan sebagai tata cara atau kode etik seorang bushi atau samurai yang dimana sikap seorang bushi menjadi teladan dimasyarakat . Sikap seorang bushi dipengaruhi ajaran konfusius dan buddhisme yaitu hubungan antara atasan dan bawahan, suami dengan istri, orangtua dengan anaknya, kakak dengan adiknya, serta hubungan antar teman. Sejarah bushi berawal pada sebelum zaman feodal dimana sistem pemerintahan saat itu dikenal dengan sistem ritsuryo, dimana Tenno (kaisar) adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi. Dan para Kizoku (bangsawan) yang merupakan kerabat Tenno sebagai pelaksana administrasi pemerintahan pusat dan daerah. Pada masa itu ada sistem yang dikenal dengan kochi komin (wilayah umum dan masyrakat umum) yang dimana, dimasa itu belum dikenal dengan penguasa tanah secara pribadi. Para petani banyak meninggalkan kewajiban kochi komin dan mereka masuk ke kelompok pertanian kizoku, di dalam pertanian kizoku para petani mendapatkan keamanan dan perlindungan kizoku tersebut. Dan ada juga sebagaian petani menjadi petani tak bertuan atau disebut juga dengan ronin. Persaingan antar kelompok – kelompok dozoku mengakibatkan mereka saling perang. Sejak itulah mereka membentuk serdadu profesional yang di sebut dengan bushi yang dulunya hanyalah petani yang dipersenjatai. Pada awalnya, bushi adalah kelompok yang mengabdi pada tuannya kizoku, tetapi setelah mereka berhasil menjalankan peran yang besar dalam menjaga eksitensi dozoku tersebut, lama kelamaan mereka tidak bergantung pada kizoku lagi. Kesetiaan bushi lama atau seorang samurai yaitu diihat pada sebelum zaman Edo. Yaitu loyalitas yang sangat tinggi terhadap tuannya. Seorang bushi harus rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan tuannya. Dan apabila tuannya mengalami kematian, maka seorang bushi harus melakukan bunuh diri atau Junshi untuk mengikuti kematian tuannya. Adapula cara lain untuk loyalitas seorang bushi terhadap tuannya yaitu dengan cara Adauchi atau membalaskan dendam tuannya. Awal dari kebiasaan Junshi pada diri bushi karena adanya ikatan yang sangat kuat sehingga kematian dianggap sebagai kebaikan dalam masyarakat bushi. Dan mengaggap bushi yang terpuji adalah bushi yang melakukan Junshi. Dan kesetiaan bushi baru adalah pada tahun 1603 yaitu ketika Tokugawa Ieyashu menjadi Shogun, dimana dia memilih ajaran konfusius sebagai dasar filosofi untuk memantapkan kekuasaanya. Terutama menanamkan penghormatan bawahan terhadap atasan. Dimana kekuasaan tertinggi sebagai pusat pengabdian seluruh masyarakat Jepang adalah Shogun. Di zaman ini seorang bushi dilarang melakukan Junshi yang dimana disebut juga dengan mati konyol. Dan apabila ada seorang bushi yang melakukan Junshi maka wilayahnya akan dicaplok oleh Keshugunan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBudayaen_US
dc.titleMengenal Kesetiaan Seorang Bushi terhadap Tuannyaen_US
dc.title.alternativeShuukun Ni Taishite No Bushi No Kenshinen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM142203011en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record