Evaluasi Ketersediaan Serta Aplikasi Sistem Pelaporan Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika pada Apotek di Kota Medan

Abstract

The availability and application of narcotics and psychotropics drug group reporting systems (SIPNAP) is important to ensure patients receive adequate quantities of drugs and quantities when needed. This study aims to evaluate the availability and use of the application of drug group reporting system of narcotics and psychotropics substances . The research was conducted by descriptive method, using questionnaires instrument distributed to respondents, consisting of 85 pharmacists responsible pharmacies and 85 owners of pharmacy capital. Data is processed using Microsoft Excel 2013 and SPSS 18. The results showed that 85 (55.19%) of the pharmacies did not provide narcotics and 67 (43.51%) of the pharmacies did not provide psychotropic drugs. As many as 108 (70.13%) of pharmacies have not done reporting through SIPNAP. Chi Square test showed a significant relationship between training variables and knowledge on reporting. From the results of the study can be concluded that there are still many pharmacies that do not provide drugs class of narcotics and psychotropics, with the reason of at least demand prescription. There are still many pharmacies that have not done reporting through SIPNAP, with the excuse of do not understanding how to do it. The use of SIPNAP applications makes it easy and nobody thinks complicating. Correct and timely upgrading of SIPNAP reporting can be done by conducting training and optimizing the monitoring and evalution system through circulars along with sanctions in accordance with prevailing regulations.

Ketersediaan dan aplikasi sistem pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika (SIPNAP) penting untuk memastikan pasien akan mendapat obat dalam jenis dan jumlah yang cukup ketika dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketersediaan dan penggunaan aplikasi sistem pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, menggunakan instrumen kuesioner yang dibagikan kepada responden, terdiri dari 85 apoteker penanggungjawab apotek dan 85 pemilik modal apotek. Data diolah menggunakan program microsoft Excel 2013 dan SPSS 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85 apotek (55.19%) tidak menyediakan obat golongan narkotika dan 67 apotek (43.51%) tidak menyediakan obat golongan psikotropika, serta 108 (70.13%) apotek belum melakukan pelaporan SIPNAP. Uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variable pelatihan dan pengetahuan terhadap pelaporan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah masih banyak apotek yang tidak menyediakan obat golongan narkotika dan psikotropika, dengan alasan sedikitnya permintaan resep. Masih banyak apotek yang belum melakukan pelaporan melalui SIPNAP dengan alasan tidak mengerti cara melakukannya. Penggunaan aplikasi SIPNAP mempermudah dan tidak ada yang berpendapat mempersulit. Peningkatan pelaporan SIPNAP secara benar dan tepat waktu dapat dilakukan dengan cara melakukan pelatihan serta mengoptimalkan sistem monitoring dan evaluasi melalui surat edaran disertai sanksi sesuai peraturan yang berlaku.