Peran Indeks Syok sebagai Prediktor Kejadian Kardiovaskular Mayor pada Pasien dengan Infark Miokard Akut Non Elevasi Segmen ST
View/ Open
Date
2017Author
Handayani, Ahmad
Advisor(s)
Sitepu, Andika
Kaoy, Isfanuddin Nyak
Metadata
Show full item recordAbstract
Background: Risk stratification is a process that should be performed in patients
with Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) which have wide
variation in clinical presentation. Currently there are various predictors of risk
stratification in which one of them is a Global Registry of Acute Coronary Events
score (GRACE) that has good accuracy in assessing the patient's risk of mortality.
However, these scores are complex scores and require a variety of laboratory
parameters that require time and challenges when applied in rural and remote areas.
This score also does not predict the incidence of other complications such as
cardiogenic shock. The shock index which is the ratio between heart rate and
systolic blood pressure is considered to represent the degree of neurohormonal
compensation that occurs in the patient's body in response to myocardial necrosis.
Aim of the study is to see whether shock index will predict the occurrence MACEs
in NSTEMI patients.
Method: This was an observational study with prospective design conducted on 49
patients in four different hospitals from March to May 2017. The patients were
divided into two groups based on the value of the shock index. Observations were
made during hospitalization. Statistical analysis were performed to assess the
relation of shock index to major adverse cardiovascular events (MACEs) in the
form of cardiovascular mortality, cardiogenic shock, acute heart failure, and lifethreatening
arrhythmias
Results: Elevated shock index (> 0.7) was one of the predictors of in-hospital
MACEs in NSTEMI patients (p value 0.037) with a relative risk of 3.56, but not as
an independent predictor. The tiered increase in the value of the shock index did
not have a significant impact change on the MACE prediction. The shock index
cannot predict mortality. In this study, predictors of death are higher age, impaired
renal function and GRACE score. The shock index has a significant correlation with
GRACE score (p <0.0001; R = 0.592).
Conclusion: Shock index which is a simple measurement can be used as a predictor
of MACEs in NSTEMI patients in situations where there are limited resources, such
as in developing country like Indonesia. Latar Belakang: Upaya stratifikasi risiko merupakan tahapan yang harus
dilakukan pada penderita Infark Miokard Akut Non Elevasi Segmen ST
(IMANEST) yang memiliki keberagaman luas dalam presentasi klinis. Saat ini
terdapat berbagai prediktor dalam stratifikasi risiko dimana salah satunya adalah
skor Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) yang memiliki akurasi
baik dalam menilai risiko mortalitas pasien. Akan tetapi, skor ini merupakan skor
yang kompleks dan membutuhkan berbagai parameter laboratorium sehingga
membutuhkan waktu dan tantangan bila diterapkan di daerah pedesaan dan daerah
terisolasi. Skor ini juga tidak memprediksi kejadian komplikasi lain. Indeks syok
yang merupakan perbandingan antara laju denyut jantung dengan tekanan darah
sistolik dianggap menggambarkan derajat kompensasi neurohormonal yang terjadi
pada tubuh pasien sebagai respons terhadap nekrosis miokard yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan melihat apakah peningkatan indeks syok akan memprediksi
terjadinya komplikasi IMANEST.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan desain prospektif
yang dilakukan terhadap 49 orang pasien di empat rumah sakit berbeda mulai dari
bulan Maret-Mei 2017. Pasien dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan nilai
indeks syok. Pengamatan dilakukan selama pasien dirawat. Uji statistik dilakukan
untuk menilai hubungan indeks syok dengan kejadian kardiovaskular mayor
(KKvM) berupa mortalitas kardiovaskular, syok kardiogenik, gagal jantung akut,
dan aritmia mengancam jiwa.
Hasil: Indeks syok tinggi (>0.7) merupakan salah satu prediktor terjadinya KKvM
pada pasien IMANEST (nilai p 0.037) dengan risiko relatif 3.56, namun bukan
merupakan prediktor yang independen. Peningkatan berjenjang nilai indeks syok
tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap prediksi KKvM.
Indeks syok tidak menjadi prediktor terjadinya kematian pada pasien IMANEST.
Faktor prediktor terjadinya kematian adalah usia lebih tinggi, penurunan fungsi
ginjal dan skor GRACE. Adapun indeks syok memiliki korelasi signifikan dengan
skor GRACE (p <0.0001; R=0.592).
Kesimpulan: Indeks syok yang merupakan pengukuran sederhana dapat
digunakan sebagai prediktor terjadinya KKvM pada situasi dimana dijumpai
keterbatasan fasilitas seperti di negara berkembang seperti Indoensia.
Collections
- Master Theses [54]