Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenore dengan Motivasi untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan di SMU YPSA- Medan
View/ Open
Date
2013Author
Lubis, Abdur Rohim
Advisor(s)
Barus, Rusli P
Surbakti, Yusuf R
Metadata
Show full item recordAbstract
Objective :To determine the relationship between knowledge about dysmenorrhea in adolescent girls with their motivation to access health care . Study Location : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan Study Design : Cross sectional study with correlative analysis. Sample size was 32 from total sampling of adolescent girls with history of dysmenorrhea or currently having dysmenorrhea, with inclusion and exclusion criteria. Sampling was performed at June 14th until Augustus 2nd 2012. Result: Age characteristic with the highest rate of dysmenorrhea is 15 years (46,9%), followed by 16 years (31,3%), and the lowest rate comes from 14 and 18 years with 3,1% each. Mean knowledge of respondent about dysmenorrhea is 48%±0,14. This shows that the level of knowledge from respondent about dysmenorrhea is still low, considering their education in high school still hasn’t include reproductive health in the curriculum. Mean motivation of respondent is 42% ± 0,18 which shows low motivation. This finding maybe correlated with their low level of knowledge about dysmenorrhea. The correlation value ( r = - 0,001 and p >0,05, with CI 95%) shows no correlation between knowledge and motivation.This result same as with the anothers from Sadikin Hospital- Bandung. Conclusion : Knowledge factor about dysmenorrhea in adolescent girls do not affect their motivation to access health care. Attempt to access health care is not only affected by their knowledge about dysmenorrhea. Tujuan :Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. Tempat Penelitian : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan Rancangan Penelitian : Studi cross-sectional dengan analisis korelatif. Besar sample 32 orang dari total sampling siswa remaja putri dengan riwayat atau masih mengalami dismenore, dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran dilakukan pada tanggal 14 Juni sampai dengan tanggal 2 Agustus 2012. Hasil : Karakteristik umur paling banyak yang mengalami dismenore adalah usia 15 tahun (46,9%) diikuti dengan umur 16 tahun (31,3%) dan yang terendah umur 14 tahun dan 18 tahun masing-masing (3,1%). Rerata pengetahuan responden tentang dismenore adalah 48% ± 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang dismenore masih rendah meskipun pendidikan mereka adalah sekolah menengah atas oleh karena pengetahuan tentang kesehatan reproduksi belum menjadi kurikulum pendidikan di sekolah lanjutan. Sedangkan rerata motivasi responden adalah 42% ± 0,18 yang menunjukkan masih rendah. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat pengetahuan responden tentang dismenore yang masih rendah. Korelasi didapatkan nilai ( r = - 0,001 dan p >0,05, dengan CI 95%) yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan motivasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di RS Sadikin- Bandung. Kesimpulan : Faktor pengetahuan remaja putri terhadap dismenore tidak mempengaruhi motivasi upaya untuk ke pelayanan kesehatan. Upaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berarti tidak semata-mata karena pengetahuan yang dimilikinya tentang dismenore yang dideritanya.
Collections
- Master Theses [314]