Penilaian Penggunaan Partograf APN oleh Bidan di Puskesmas PONED Kota Medan
View/ Open
Date
2010Author
Rangkuti, Zilliyaddein
Advisor(s)
Surbakti, Yusuf R.
Barus, Rusli P.
Metadata
Show full item recordAbstract
Latar Belakang: AKI di Indonesia sebesar 265 per 100.000 KH. Salah satu
penyebab kematian ibu adalah partus lama. Untuk mencegah terjadinya partus
lama, APN mengandalkan penggunaan partograf APN untuk deteksi dini terhadap
penyulit persalinan. Jika semua tenaga penolong persalinan mampu melakukan
deteksi dini, maka ibu dan bayi baru lahir terhindar dari ancaman kesakitan dan
kematian (Depkes, 2004).
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penerapan penggunaan partograf APN dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan penggunaan partograf
APN secara optimal pada bidan Puskesmas PONED di kota Medan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian “Observasional' dengan
rancangan cross sectional study. Sampel adalah seluruh bidan Puskesmas PONED
sebanyak 36 orang, melalui pengamatan pada waktu menolong persalinan dengan
Instrumen yang digunakan adalah wawancara, check list dan catatan-catatan
lapangan untuk menilai kompetensi dan penggunaan partograf oleh bidan. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, masa kerja, dan kompetensi
bidan. Didapatkan ada hubungan antara kompetensi bidan dengan variabel terikat
yaitu, Penggunaan partograf APN oleh Bidan PONED. Uji hipotesis menggunakan
chi-square dengan p<0,05 dan data disajikan secara deskriptif. Hasil didapatkan 28
responden (77%) menggunakan partograf pada setiap asuhan persalinan, 8
responden (23%) tidak melakukan pencatatan secara konsisten dan benar pada formulir partograf atau tidak menerapkan partograf. Tidak ada hubungan antara
umur, pendidikan, dan masa kerja responden dengan penerapan dalam penggunaan
partograf APN dengan nilai p>0,05. Ada hubungan antara, kompetensi Bidan
PONED dengan Penerapan penggunaan partograf APN, bidan yang mempunyai
kompetensi, ternyata lebih banyak menerapkan penggunaan partograf APN dari
yang tidak kompeten dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat kompetensi bidan dengan penerapan penggunaan
partograf dengan nilai p=.0.001.
Persepsi negatif terhadap penggunaan partograf, kurangnya kemauan terhadap
penggunaan partograf dan kurang optimalnya sistem pembinaan dan pengawasan
menyebabkan tidak optimalnya penggunaan partograf.
Kesimpulan: Penerapan penggunaan partograf APN pada sebagian besar dari
anggota Bidan Puskesmas PONED tidak sesuai standar validasi yaitu mampu dan
mahir. Kompetensi Bidan Puskesmas PONED yang tidak sesuai dengan standar
menyebabkan tidak optimalnya penggunaan partograf.
Collections
- Master Theses [314]