Sistem dan Struktur Percakapan dalam Bahasa Karo
View/ Open
Date
2010Author
Ginting, Siti Aisah
Advisor(s)
Sargih, Amrin
Sibarani, Robert
Sibarani, Berlin
Metadata
Show full item recordAbstract
This research is aimed at discovering the conversational systems and structures of the
Karonese language. Besides, it attempts to find out the causes of how such system and structure
are realized. This study is based on a descriptive qualitative research that applies ethnomethodological
approach. The data are utterances produced in (1) typical contexts of situation
covering weddings and other ordinary events and (2) uncommon contexts of situation such as
moving in to a new house and mourning. The data were collected through participant
observation. The instrument was the researcher herself equipped with observation sheets,
handycams, recorders, and questions for interview. The data obtained were analyzed into two
ways: syntagmatically and paradigmatically. The former was done to find out the systems and
the latter to determine the structures.
The results revealed that there were two conversational systems, namely, of typical and
uncommon contexts. In both contexts there were speakers who are not permitted to do a direct
talk, and hence, they had to speak via another person or an object. As a consequence, the
speakers had to choose specific linguistic features in the communication. Specifically in the
uncommon context of moving in to a new house, No interactions were found whilst in the
context of mourning situation, an interaction between a speaker and the corpse took place where
the speaker projected himself/herself as the dead. In the conversational structures, as the
realizations of conversational systems, it was found some marked structures. These marked
structures were expanded from the common ones. Normally, the structures of giving and asking
for information are represented by k1 and k2, but in Karonese language there are other
representations, namely k1(a2) and k2(2). In addition, there exist complex structures which were
resulted not only from challenges, clarifications, confirmations, etc. but also from the
relationships of tenors and contexts of situation. Metaphors in Karonese language were not
merely found in grammatical and lexical aspects but in mood, move, and contextual elements
as well.
The interaction of tenors as one of the situational context elements and culture as one of
the cultural context elements simultaneously affect the Karonese conversational systems and
structures.
The conversational systems and structures greatly contribute to social science in general
and to linguistic systemic functional theory in particular, which implies the necessity to preserve
the ethnic language. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem dan struktur percakapan dalam bahasa
Karo. Fokus penelitian adalah menemukan sistem dan struktur percakapan dalam bahasa Karo
serta menemukan realisasi metafora di dalam sitem dan struktur tersebut. Penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnometodologi. Data penelitian ini adalah
ujaran-ujaran yang terdapat dalam (1) kegiatan konteks situasi biasa mencakup situasi
perkawinan, dan situasi sehari-hari dan (2) dalam konteks situasi yang tidak biasa yang
mencakupi memasuki rumah baru dan kematian. Data diperoleh dengan cara pengamatan
berperan serta. Instrumen penelitian adalah peneliti sebagai instrumen utama dilengkapi dengan
lembar observasi, alat rekam gambar dan suara, lembar butir pertanyaan/ wawancara. Data yang
diperoleh dianalisis secara paradigmatik untuk menemukan sistem percakapan dan secara
sintagmatik untuk menemukan struktur percakapan berdasarkan teori Linguistik Sistemik
Fungsional (LSF).
Dalam tataran sistem percakapan ditemukan tiga jejaring percakapan, yaitu jejaring
percakapan dalam konteks biasa dan jejaring percakapan dalam konteks tidak biasa mencakup
jejaring percakapan memasuki rumah baru dan jejaring percakapan kematian.Baik dalam
konteks biasa dan tidak biasa terdapat penutur tertentu yang tidak dapat berbicara langsung
sehingga pembicaraan dilakukan dengan perantara manusia atau benda mati. Akibatnya, penutur
melakukan pilihan linguistik dalam berkomunikasi. Dalam konteks tidak biasa, yaitu dalam
acara memasuki rumah baru tidak terdapat interaksi verbal sedangkan dalam acara kematian
ditemukan interaksi antara penutur dan orang mati di mana penutur memproyeksikan dirinya
sebagai orang mati. Dalam tataran struktur percakapan sebagai realisasi dari sistem percakapan
ditemukan sebagian struktur percakapan yang bermarkah/berbeda dan struktur pengembangan
yaitu pengembangan dari struktur yang tidak bermarkah. Lazimnya struktur percakapan
memberi dan meminta informasi adalah k1 dan k2, dalam bahasa Karo selain kedua struktur
tersebut terdapat struktur percakapan k1(a2) dan k2(a2) dalam memberi dan meminta informasi.
Selain itu, terdapat struktur percakapan yang kompleks yang tidak hanya disebabkan oleh
dinamika percakapan tetapi juga disebabkan oleh hubungan tenor dan konteks situasi. Metapora
dalam bahasa Karo tidak hanya terdapat pada tataran gramatika dan leksis, tetapi juga terdapat
dalam aspek lain, yakni metafora modus, metafora langkah dan metafora kontekstual dengan
jenis pelibat.
Hubungan tenor sebagai unsur penentu konteks situasi dan budaya sebagai salah satu
unsur dari konteks sosial secara bersama-sama mempengaruhi sistem dan struktur percakapan
dalam bahasa Karo.
Sistem dan struktur percakapan yang bermarkah ini memberi sumbangan terhadap
khasanah ilmu pengetahuan khususnya kepada pengembangan teori LSF sehingga LSF dengan
kajian sosial lainnya perlu dipelihara dan dipertahankan .