Penggunaan Petanda Biokimia Asam Hialuronat Serum dan CTX - II Urin terhadap Penilaian Hasil Pengobatan Osteoartritis Lutut
View/ Open
Date
2010Author
Marpaung, Blondina
Advisor(s)
Sjah, OK Moehad
Tehupeiory, Edu S.
Lim, Hadyanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Background
Knee osteoarthritis (OA) is the most common form of arthritis and often leads to chronic disabilities. The etiopathogenesis of OA is not known completely. It was suggested that inflammatory had a role in OA. Joint space narrowing measurable by radiographs tends to occur late in the disease. Another way of assessing structural changes in OA is by measuring biomarkers. Several biomarkers of bone, cartilage, and synovium which are indicative of OA may be useful for identifying patients at high risk for progression of the disease and for assessing therapeutic responses, as they show changes more rapidly than radiographic assessmement. None of the studies have used biomarkers to evaluate therapeutic outcomes of knee OA
Objective
To assess therapeutic outcomes of OA using both biological markers serum hyaluronic acid (sHA) and urinary CTX-II ( uCTX-II) .
Methods
This is an experimental prospective study, randomized, double blind, placebo controlled and parallel 12 weeks clinical trials with follow-up. Forty four (44) patients with knee osteoarthritis (according to ACR criteria 2000) were divided into 2 groups, 22 patients were with diacerein and 22 patients without diacerein. The following characteristics were reported at baseline: demographic data (age, sex), body mass index, duration of OA, severity of OA classified by Kellgren Lawrence grading system, VAS (Visual Analogue Scale) used to assess pain during daily activities, Lequesne’s index (LI) to assess functional disability and two biomarkers serum hyaluronic acid (sHA) and urinary C-Terminal Crosslinking Telopeptides of Collagens type II
( uCTX-II). After 12 weeks of treatment VAS, LI, sHA and uCTX-II were measured to evaluate therapeutic progression. Basic characteristics at the baseline and the end of study were analyzed in terms of mean ± standard deviation by independent t test. T paired test for VAS, LI, sHA and uCTX-II show the difference between baseline to the end of treatment for both group I and II. The Pearson and Spearmen’s correlation test are used to assess association between variable for both group I and II. at baseline to the end of treatment. A p value <0.05 is considered as statistically significant. All analyses were carried out with SPSS Software for windows version 15.0.
Results
Basic characteristics were compared between the two treatment groups. There was no significant difference between the groups at baseline (p>0.05). All patients completed 12 weeks of treatment and both the two treatment groups showed statistically significant lowering of both the VAS and LI compared to the baseline (p=0.0001and p=0.0001, respectively and p=0.002 and p=0.0001, respectively). SHA and uCTX-II were reduced significantly compared to the baseline in the group receiving diacerein (p=0.005 and p=0.001, respectively). The value of sHA and uCTX-II were reduced compared to the baseline in the group without the diacerein but not statistically significant (p= 0.832 and p= 0.146, respectively). At the end of the treatment, the addition of diacerein gives a statistically significant difference on the symptomatic modification effect assessed using endline VAS and LI compared to the group without diacerein ( p values respectively = 0.015 and 0.0001 .) The addition of diacerein had not given statistically significant difference on molecular modification effect assessed using sHA and uCTX-II compared to the group without diacerein (respective p value = 0.511 and 0.248). There was a statistically significant positive correlation using Pearson correlation test between clinical improvement assessed with VAS and LI with molecular improvement assessed with biological marker sHA (VAS : r=0.671;p =0.001 and LI : r=0.546; p=0.009) as well as uCTX-II ( VAS: r=0.493; p =0.020 and LI: r=0.409;p=0.05) on the diacerein group at the end of the treatment.
Conclusions
This study show that sHA and uCTX-II are useful as biomarkers in OA for monitoring the therapeutic outcomes of knee OA. The addition of diacerein has not given significant changes on the molecular modifying effect in the treatment of OA. The addition of diecerein has given significant changes on the symptom modifying effect of the treatment of OA. A positive correlation can be derived between the clinical improvement (VAS and LI ) with molecular improvement (sHA and uCTX-II) on the group treated with diacerein at the end of the study. LATAR BELAKANG
Osteoartritis lutut merupakan salah satu artritis yang paling sering ditemukan dan sering menimbulkan disabilitas kronis. Etiopatogenesis OA belum sepenuhnya diketahui. Inflamasi diduga berperan dalam patogenesis OA. Penyempitan celah sendi yang diukur secara radiografi cenderung terjadi pada penyakit yang sudah lanjut. Cara lain untuk menilai perubahan struktural pada OA adalah dengan penggunaan petanda biologis. Bermacam-macam petanda biologis tulang, kartilago dan sinovial yang menggambarkan OA dapat dipakai untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko progresifitas OA yang tinggi dan untuk menilai kemajuan pengobatan karena petanda biologis menunjukkan perubahan yang lebih cepat dibanding radiografi. Belum ada satu studi pun yang menggunakan petanda biologis dalam menilai hasil pengobatan OA.
TUJUAN
Untuk menilai hasil pengobatan OA lutut dengan menggunakan petanda biologis asam hialuronat serum dan CTX-II urin.
METODE
Studi ini merupakan prospektif eksperimental, acak, tersamar ganda , plasebo kontrol dan paralel yang difollow-up selama12 minggu. Empat puluh empat orang pasien OA lutut (berdasarkan kriteria ACR 2000) dibagi atas 2 grup terapi yaitu tanpa diacerein dan diacerein masing-masing berjumlah 22 orang. Karakteristik dasar berikut dicatat pada awal dan akhir studi yaitu demografi (usia, jenis kelamin), indeks massa tubuh, lama menderita OA, derajat OA berdasarkan klassifikasi Kellgren Lawrence, Visual Analogue Scale (VAS) untuk menilai nyeri selama aktivitas sehari-hari, Lequesne’s index (LI) untuk menilai disabilitas fungsional dan pengukuran dua petanda biologis yaitu asam hialuronat serum (AHs) dan CTX-II urin (CTX-IIu). Sesudah 12 minggu pengobatan VAS, LI, AHs, dan CTX-IIu diukur kembali untuk mengevaluasi hasil pengobatan. Karakteristik dasar dianalisis dengan mean± SD menggunakan uji t independent. Uji t berpasangan untuk sampel yang berpasangan untuk membandingkan nilai VAS, LI, AHs,CTX-IIu pada awal dan akhir penelitian pada kelompok I dan II. Uji korelasi Pearson dan Spearman’s untuk menilai hubungan antar variabel pada awal dan akhir penelitian pada kelompok I dan II. Nilai p < 0.05 dianggap signifikan. Seluruh data dianalisis dengan SPSS versi 15.0. HASIL
Karakteristik dasar dibandingkan diantara kedua grup terapi. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua grup pada awal penelitian (p>0.05). Semua pasien menyelesaikan terapi selama 12 minggu lengkap, Tampak penurunan yang signifikan terhadap nilai VAS dan LI pada kedua grup terapi dibanding dengan awal penelitian (nilai p masing-masing grup= 0.0001). dan LI (p=0.011 dan 0.0001). Penurunan signifikan secara statistik kadar petanda biologis AHs dan CTX-IIu pada grup terapi diacerein pada akhir penelitian dibanding dengan awal penelitian (nilai p masing-masing p= 0.022 dan p=0.007). Tidak terdapat penurunan yang signifikan secara statistik kadar petanda biologis AHs dan CTX-IIu pada grup terapi tanpa diacerein pada akhir penelitian dibanding dengan awal penelitian (nilai p= 0.871 dan nilai p=0.146). Penambahan diacerein memberikan perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap efek modifikasi secara simptomatik yang dinilai dengan penurunan nilai VAS dan LI dibanding kelompok tanpa diacerein pada akhir penelitian (masing-masing nilai p = 0.015 dan 0.0001). Penambahan diacerein belum memberikan perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap efek modifikasi secara molekuler yang dinilai dengan penurunan kadar petanda biologis AHs dan CTX-IIu dibanding kelompok tanpa diacerein pada akhir penelitian (masing-masing nilai p = 0.511 dan 0.248). Terdapat korelasi positif yang signifikan secara statistik dengan uji korelasi Pearson antara perbaikan klinis yang dinilai dengan VAS dan LI dengan perbaikan secara molekuler yang dinilai dengan petanda biologis AHs pada kelompok diacerein pada akhir penelitian masing-masing (r=0.671; p=0.001 dan r=0.546; p=0.009) dan dengan petanda biologis CTX-IIu pada kelompok diacerein pada akhir penelitian masing-masing (r=0.493; p=0.020 dan r=0.409; p=0.05).
KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa AHs dan CTX-IIu dapat digunakan sebagai petanda biologis yang berguna dalam memonitor hasil pengobatan OA lutut. Penambahan diacerein belum memberikan hasil yang signifikan terhadap efek modifikasi molekuler dibanding tanpa diacerein dalam pengobatan OA lutut. Penambahan diacerein memberikan hasil yang signifikan terhadap efek modifikasi simptomatik dibanding tanpa diacerein dalam pengobatan OA lutut. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara perbaikan klinis (VAS dan LI) dan perbaikan molekuler (AHs dan CTX-IIu) pada kelompok diacerein pada akhir penelitian.
Collections
- Doctoral Dissertations [179]