Show simple item record

dc.contributor.advisorIsmail, Abdul Majid
dc.contributor.advisorRahman, N. Vinky
dc.contributor.authorPane, Mariaty
dc.date.accessioned2021-09-06T07:36:18Z
dc.date.available2021-09-06T07:36:18Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/42325
dc.description.abstractThe increase in population in urban areas is phenomenon in developing countries. In search of job opportunities and quality of life becomes the main reason for people to migrate to the city. This uncontrolled urbanization turned urban land into slump neighborhoods that are not organized and poor physical qualities. This condition is very susceptible to trigger fires that materially would be very detrimental to the urban community. The thesis aims to examine the possibility of fire-fighting systems in dense urban settlements of Tanjung Balai. The research was carried out by taking Tanjong Balai as a study area. To proceed with a study, a purposive sampling was implemented together with the formulation of Crunch Model. Crunch Model revealed that the level of risk of fire (R) is the sum of hazard (H) and vulnerability (V) combined with a theoretical typology of low-income housing in urban communities, including settlements (KP), group of houses on the priorities and needs (KRAPKA), cycle day to stay (DHB) and economic activity (AE); which will be reduced by the value of capacity (C) in combination with the social culture ( BSK). Along with this model and combination of other technique as well as standardization and government regulations were also referred to determine the existence of a neighborhood against the existing level of fire risk. Specific benchmarks variables such as: hazard, vulnerability and capacity to settlements became the basis for an assessment with the Crunch model supported by Sturges’ formula for the assessment of the existing intervals. The study's findings in the study area revealed that it has the status of disaster risk rate of fire is quite high with a value of (-8). The results of study can be concluded that fire prevention is not enough just to provide fire prevention facilities such as fire fleet and personnel, hydrants, even hospitals, because the difficulties always encountered in the process of fire fighting in the settlements and unorganized physical buildings qualities. A self-help disaster response system is needed in a dense urban environment as Tanjung Balai.en_US
dc.description.abstractPeningkatan jumlah penduduk di perkotaan merupakan fenomena yang selalu terjadi pada negara-negara berkembang. Perbaikan penghasilan dan kualitas hidup menjadi alasan utama masyarakat untuk bermigrasi ke kota. Tidak terkendalinya arus urbanisasi ini berakibat pada berubahnya lahan perkotaan menjadi lingkungan permukiman yang tidak tertata dan kualitas fisik yang tidak layak. Kondisi ini sangat rentan memicu terjadinya kebakaran yang secara materi akan sangat merugikan masyarakat kota. Tesis ini bertujuan untuk melengkapi sistem penanggulangan kebakaran di permukiman padat perkotaan dengan memilih Kota Tanjung Balai sebagai studi kasus. Pendekatan dilakukan dengan melakukan penelitian pada wilayah studi yang penetapannya dilakukan melalui purposive sampling. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap wilayah studi yang mengacu pada rumusan Model Crunch yang mengungkapkan bahwa tingkat resiko bencana kebakaran (R) merupakan penjumlahan atas sumber bahaya (H) dan kerentanan (V) dikombinasikan dengan teori tipologi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang meliputi keberadaan permukiman (KP); kelompok rumah atas prioritas dan kebutuhannya (KRAPK); daur hari bertinggal (DHB); aktivitas ekonomi (AE), yang akan dikurangi dengan nilai ketahanan (C) yang dikombinasikan dengan budaya sosial kemasyarakatan (BSK). Tatanan identifikasi dalam mengungkap keberadaan lingkungan permukiman merujuk kepada pemikiran-pemikiran para ahli dan instansi, standarisasi serta peraturan pemerintah untuk mengetahui keberadaan suatu lingkungan permukiman terhadap tingkat resiko kebakaran yang ada. Variabel-variabel tolok ukur tertentu seperti: sumber bahaya, kerentanan dan ketahanan terhadap lingkungan permukiman menjadi dasar untuk dilakukan penilaian dengan model Crunch yang didukung dengan rumus Sturges untuk penilaian interval yang ada. Temuan penelitian pada wilayah studi terungkap bahwa wilayah studi memiliki status tingkat resiko bencana kebakaran yang cukup tinggi dengan nilai (-8). Hasil studi dapat disimpulkan bahwa penanggulangan kebakaran tidak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas penanggulangan kebakaran seperti armada kebakaran serta personil, titik-titik hidran, rumah sakit yang layak, karena ditemui berbagai kesulitan dalam proses pemadaman kebakaran di wilayah studi yang berupa permukiman tidak tertata dan kualitas fisik bangunan yang rendah. Sistem swadaya penanggulangan bencana kebakaran di lingkungan padat perkotaan ditawarkan sebagai rumusan pemikiran yang diharapkan ideal bagi lingkungan permukiman seperti wilayah studi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectresiko bahaya kebakaranen_US
dc.subjectsumber bahayaen_US
dc.subjectkerentananen_US
dc.subjectketahananen_US
dc.titleSistem Penanggulangan Kebakaran pada Permukiman Padat Perkotaan Studi Kasus Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utaraen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM097020014
dc.description.pages189 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record