Penerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing Ke dalam Bahasa Inggris
View/ Open
Date
2009Author
Lubis, Syahron
Advisor(s)
Saragih, Amrin
Sinar, T.Silvana
Nababan, M.R.
Metadata
Show full item recordAbstract
This study was conducted for two main purposes. First, for theoretical purpose
it was aimed at exploring translation problems in translating text of mangupa, a
Mandailingnese cultural text into English due to the vast difference in the structure of
the two languages and also because of the great difference between Mandailingnese
and English cultures from which language derives and then to find appropriate
solutions to the problems. Second, for practical purpose it was aimed at maintaining
and introducing the highly valuable traditional ceremony which is known only to
Mandailingnese society, to other societies by translating the text of the ceremony into
English which in turn may attract foreigners to know more about Mandailingnese
cultures.
The data (the text translated) of the descriptive-qualitative study was a written
text of mangupa comprising 22 paragraphs and 37 verses. Some publications dealing
with Mandailingnese and English language and cultures have been used as well as
sources of data and also a number of informants.
Since translating is concerned with two different languages and cultures, a
comparison of some important linguistic aspects between the two languages has been
carried out and a comparison of some important cultural aspects of the two cultures
has also been carried out. After linguistic and cultural differences had been found out,
the mangupa text was then translated by applying meaning-based translating method;
a method which transfers the meaning of the source text into target text so that an
accurate, readable and acceptable translation can be achieved.
It has been found out that Mandailingnese and English have more differences
than similarities in linguistic structures such as affixation, compounding,
reduplication, clipping, system of pronoun, structures of phrase, sentence patterns,
meaning components, polysemy and antonymy, generic and specific meaning,
metaphor, idiom and euphemism. It has also been found out that Mandailingnese
society and English society differ greatly in some cultural aspects such as religion and
belief, family and marriage, type of society, inequality of gender and social manners.
Due to the differences of linguistic structure of the two languages, translating
phrases, compound words and sentences encountered problems. Subject of sentence,
number and conjunction which are often implicit in the source text also caused
translation problems. The use of many archaic words in the source text also made
translation problems and since Mandailingnese has no tenses, it occasioned
difficulties to translate them into English which has tenses.
Due to cultural differences between Mandailingnese society and English
society a number of cultural terms and expressions in the source text does not have
equivalents in the target text and therefore they must be borrowed (untranslatable)
and their meanings were explained in the glossary. And there were terms whose
equivalents could be found in English but their cultural meanings could not be
transferred into English and therefore their meanings must also be explained in the
glossary. Great care and patience must be taken in translating the 37 verses into English
because the aim of translating verses is not only to transfer the meanings they contain
but also to create the rhyming of the translated verses. Some techniques of translation
have therefore been applied in order to achieve a good translation. The techniques
used were transcreation, transformation, addition, deletion, alteration, creation,
paraphrase, restructuring, explication, generalization, modulation, specification and
literal translation.
Thus translating the text of mangupa was not only faced with linguistic
problems but also with cultural problems and various techniques of translation must
be applied to solve the problems in order to achieve an accurate, a readable, and an
acceptable translation.
Besides the mangupa text, there are some more texts of Mandailingnese culture
which are worth-introducing to other societies through translating in order to
strengthen the theory of culture translations and which are then expected to contribute
to the development of tourism in Indonesia. enelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk manfaat keilmuan
penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan masalah-masalah penerjemahan
dalam menerjemahkan teks mangupa, sebuah teks budaya Mandailing ke dalam
bahasa Inggris disebabkan perbedaan yang luas dalam struktur kedua bahasa dan
juga disebabkan perbedaan yang lebar antara budaya Mandailing dengan budaya
Inggris sebagai asal bahasa dan kemudian untuk menemukan solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah-masalah penerjemahan tersebut. Yang kedua, untuk manfaat
praktis, sebagai upaya untuk mempertahankan dan memperkenalkan upacara
tradisional Mandailing yang memiliki nilai budaya yang tinggi yang hingga saat ini
hanya diketahui oleh masyarakat Mandailing saja, kepada halayak lain dengan
menerjemahkan teks upacara tersebut ke dalam bahasa Inggris yang pada gilirannya
diharapkan akan menarik minat masyarakat asing untuk mengenal lebih luas budaya
Mandailing.
Data (teks yang telah diterjemahkan) penelitian deskriptif-kualitatif ini adalah
teks mangupa tertulis dalam bahasa Mandailing yang terdiri dari 22 paragraf dan 37
pantun. Sejumlah publikasi yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Mandailing
dan Inggris juga telah digunakan sebagai sumber data dan juga sejumlah informan.
Karena penerjemahan berhubungan dengan dua bahasa dan dua budaya yang
berbeda, perbandingan beberapa aspek kebahasaaan penting kedua bahasa telah
dilakukan dan perbandingan beberapa aspek kultural penting kedua budaya juga telah
dilakukan. Setelah perbedaan kebahasaan dan kultural telah ditemukan, teks mangupa
kemudian diterjemahkan dengan menerapkan metode penerjemahan berbasis makna;
sebuah metode yang mentransfer makna teks sumber ke dalam teks sasaran untuk
mencapai terjemahan yang akurat, terbaca dan berterima.
Ditemukan bahwa bahasa Mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih
banyak perbedaan daripada persamaan dalam struktur bahasa seperti afiksasi,
pemajemukan, reduplikasi, pemenggalan kata, sistem pronomina, struktur frasa, pola-
pola kalimat, komponen makna, polisemi, sinonim dan antonim, makna generik dan
spesifik, metafora, idiom dan eufemisme. Juga ditemukan bahwa masyarakat
Mandailing dan Inggris berbeda luas dalam sejumlah aspek kultural seperti agama
dan kepercayaan, keluarga dan perkawinan, tipe masyarakat, ketimpangan gender,
pemakaian bahasa dan sopan santun sosial.
Disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa, menerjemahkan frasa, kata
majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah.
Subjek kalimat, jumlah dan konjungsi yang sering implisit dalam teks sumber juga
menyebabkan masalah penerjemahan.Pemakaian banyak kata arkais juga membuat
kesulitan penerjemahan dan karena bahasa Mandailing tidak memiliki tenses, hal itu
juga menyebabkan masalah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris yang memiliki
tenses. Disebabkan perbedaan budaya di antara kedua masyarakat Mandailing dan
Inggris sejumlah istilah dan ungkapan budaya Mandailing tidak memiliki padanan
dalam bahasa Inggris dan oleh karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam (tidak
diterjemahkan) dengan memberikan penjelasan makna pada glosarium. Dan beberapa
kata memiliki padanan tetapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut
tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris dan maknanya juga harus dijelaskan
pada glosarium.
Diperlukan kesabaran dan kehati-hatian dalam menerjemahkan ke 37 pantun
ke dalam bahasa teks sasaran sebab tujuan penerjemahan pantun bukan hanya
mengalihkan makna yang terkandung dalam pantun tetapi juga menciptakan
persajakan pantun terjemahan. Sejumlah teknik penerjemahan telah digunakan untuk
menghasilkan terjemahan yang baik. Teknik-teknik yang telah digunakan adalah
transcreation, transformasi, penambahan, penghilangan, pengubahan, penciptaan,
parafrase, restrukturisasi, eksplikasi, generalisasi, modulasi, spesifikasi dan
penerjemahan harfiah.
Dengan demikian penerjemahan teks mangupa tidak hanya menghadapi
masalah-masalah kebahasaan tetapi juga masalah-masalah budaya dan berbagai
teknik penerjemahan diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar
tercapai terjemahan yang akurat, terbaca dan dapat diterima penutur asli bahasa
sasaran.
Selain teks mangupa masih ada sejumlah teks budaya Mandailing lain yang
memiliki nilai budaya yang tinggi yang perlu dipertahankan dan diintroduksi ke
masyarakat lain melalui penerjemahan demi pengayaan khasanah teori penerjemahan
teks budaya dan diharapkan dapat memberi kontribusi kepada peningkatan
kepariwisataan di Tanah Air.