Show simple item record

dc.contributor.advisorSaragih, Amrin
dc.contributor.advisorSinar, T.Silvana
dc.contributor.advisorNababan, M.R.
dc.contributor.authorLubis, Syahron
dc.date.accessioned2021-09-09T03:37:56Z
dc.date.available2021-09-09T03:37:56Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/42758
dc.description.abstractThis study was conducted for two main purposes. First, for theoretical purpose it was aimed at exploring translation problems in translating text of mangupa, a Mandailingnese cultural text into English due to the vast difference in the structure of the two languages and also because of the great difference between Mandailingnese and English cultures from which language derives and then to find appropriate solutions to the problems. Second, for practical purpose it was aimed at maintaining and introducing the highly valuable traditional ceremony which is known only to Mandailingnese society, to other societies by translating the text of the ceremony into English which in turn may attract foreigners to know more about Mandailingnese cultures. The data (the text translated) of the descriptive-qualitative study was a written text of mangupa comprising 22 paragraphs and 37 verses. Some publications dealing with Mandailingnese and English language and cultures have been used as well as sources of data and also a number of informants. Since translating is concerned with two different languages and cultures, a comparison of some important linguistic aspects between the two languages has been carried out and a comparison of some important cultural aspects of the two cultures has also been carried out. After linguistic and cultural differences had been found out, the mangupa text was then translated by applying meaning-based translating method; a method which transfers the meaning of the source text into target text so that an accurate, readable and acceptable translation can be achieved. It has been found out that Mandailingnese and English have more differences than similarities in linguistic structures such as affixation, compounding, reduplication, clipping, system of pronoun, structures of phrase, sentence patterns, meaning components, polysemy and antonymy, generic and specific meaning, metaphor, idiom and euphemism. It has also been found out that Mandailingnese society and English society differ greatly in some cultural aspects such as religion and belief, family and marriage, type of society, inequality of gender and social manners. Due to the differences of linguistic structure of the two languages, translating phrases, compound words and sentences encountered problems. Subject of sentence, number and conjunction which are often implicit in the source text also caused translation problems. The use of many archaic words in the source text also made translation problems and since Mandailingnese has no tenses, it occasioned difficulties to translate them into English which has tenses. Due to cultural differences between Mandailingnese society and English society a number of cultural terms and expressions in the source text does not have equivalents in the target text and therefore they must be borrowed (untranslatable) and their meanings were explained in the glossary. And there were terms whose equivalents could be found in English but their cultural meanings could not be transferred into English and therefore their meanings must also be explained in the glossary. Great care and patience must be taken in translating the 37 verses into English because the aim of translating verses is not only to transfer the meanings they contain but also to create the rhyming of the translated verses. Some techniques of translation have therefore been applied in order to achieve a good translation. The techniques used were transcreation, transformation, addition, deletion, alteration, creation, paraphrase, restructuring, explication, generalization, modulation, specification and literal translation. Thus translating the text of mangupa was not only faced with linguistic problems but also with cultural problems and various techniques of translation must be applied to solve the problems in order to achieve an accurate, a readable, and an acceptable translation. Besides the mangupa text, there are some more texts of Mandailingnese culture which are worth-introducing to other societies through translating in order to strengthen the theory of culture translations and which are then expected to contribute to the development of tourism in Indonesia.en_US
dc.description.abstractenelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk manfaat keilmuan penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan masalah-masalah penerjemahan dalam menerjemahkan teks mangupa, sebuah teks budaya Mandailing ke dalam bahasa Inggris disebabkan perbedaan yang luas dalam struktur kedua bahasa dan juga disebabkan perbedaan yang lebar antara budaya Mandailing dengan budaya Inggris sebagai asal bahasa dan kemudian untuk menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah penerjemahan tersebut. Yang kedua, untuk manfaat praktis, sebagai upaya untuk mempertahankan dan memperkenalkan upacara tradisional Mandailing yang memiliki nilai budaya yang tinggi yang hingga saat ini hanya diketahui oleh masyarakat Mandailing saja, kepada halayak lain dengan menerjemahkan teks upacara tersebut ke dalam bahasa Inggris yang pada gilirannya diharapkan akan menarik minat masyarakat asing untuk mengenal lebih luas budaya Mandailing. Data (teks yang telah diterjemahkan) penelitian deskriptif-kualitatif ini adalah teks mangupa tertulis dalam bahasa Mandailing yang terdiri dari 22 paragraf dan 37 pantun. Sejumlah publikasi yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Mandailing dan Inggris juga telah digunakan sebagai sumber data dan juga sejumlah informan. Karena penerjemahan berhubungan dengan dua bahasa dan dua budaya yang berbeda, perbandingan beberapa aspek kebahasaaan penting kedua bahasa telah dilakukan dan perbandingan beberapa aspek kultural penting kedua budaya juga telah dilakukan. Setelah perbedaan kebahasaan dan kultural telah ditemukan, teks mangupa kemudian diterjemahkan dengan menerapkan metode penerjemahan berbasis makna; sebuah metode yang mentransfer makna teks sumber ke dalam teks sasaran untuk mencapai terjemahan yang akurat, terbaca dan berterima. Ditemukan bahwa bahasa Mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih banyak perbedaan daripada persamaan dalam struktur bahasa seperti afiksasi, pemajemukan, reduplikasi, pemenggalan kata, sistem pronomina, struktur frasa, pola- pola kalimat, komponen makna, polisemi, sinonim dan antonim, makna generik dan spesifik, metafora, idiom dan eufemisme. Juga ditemukan bahwa masyarakat Mandailing dan Inggris berbeda luas dalam sejumlah aspek kultural seperti agama dan kepercayaan, keluarga dan perkawinan, tipe masyarakat, ketimpangan gender, pemakaian bahasa dan sopan santun sosial. Disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa, menerjemahkan frasa, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah. Subjek kalimat, jumlah dan konjungsi yang sering implisit dalam teks sumber juga menyebabkan masalah penerjemahan.Pemakaian banyak kata arkais juga membuat kesulitan penerjemahan dan karena bahasa Mandailing tidak memiliki tenses, hal itu juga menyebabkan masalah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris yang memiliki tenses. Disebabkan perbedaan budaya di antara kedua masyarakat Mandailing dan Inggris sejumlah istilah dan ungkapan budaya Mandailing tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris dan oleh karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam (tidak diterjemahkan) dengan memberikan penjelasan makna pada glosarium. Dan beberapa kata memiliki padanan tetapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris dan maknanya juga harus dijelaskan pada glosarium. Diperlukan kesabaran dan kehati-hatian dalam menerjemahkan ke 37 pantun ke dalam bahasa teks sasaran sebab tujuan penerjemahan pantun bukan hanya mengalihkan makna yang terkandung dalam pantun tetapi juga menciptakan persajakan pantun terjemahan. Sejumlah teknik penerjemahan telah digunakan untuk menghasilkan terjemahan yang baik. Teknik-teknik yang telah digunakan adalah transcreation, transformasi, penambahan, penghilangan, pengubahan, penciptaan, parafrase, restrukturisasi, eksplikasi, generalisasi, modulasi, spesifikasi dan penerjemahan harfiah. Dengan demikian penerjemahan teks mangupa tidak hanya menghadapi masalah-masalah kebahasaan tetapi juga masalah-masalah budaya dan berbagai teknik penerjemahan diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar tercapai terjemahan yang akurat, terbaca dan dapat diterima penutur asli bahasa sasaran. Selain teks mangupa masih ada sejumlah teks budaya Mandailing lain yang memiliki nilai budaya yang tinggi yang perlu dipertahankan dan diintroduksi ke masyarakat lain melalui penerjemahan demi pengayaan khasanah teori penerjemahan teks budaya dan diharapkan dapat memberi kontribusi kepada peningkatan kepariwisataan di Tanah Air.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjecttranslatingen_US
dc.subjecttranslationen_US
dc.subjectculture texten_US
dc.subjectsource texten_US
dc.subjecttarget texten_US
dc.subjecttext of mangupaen_US
dc.titlePenerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing Ke dalam Bahasa Inggrisen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM058107017
dc.description.pages364 halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record