dc.contributor.advisor | Hanafie, Nevy Diana | |
dc.contributor.advisor | Hanum, Chairani | |
dc.date.accessioned | 2021-09-13T08:13:33Z | |
dc.date.available | 2021-09-13T08:13:33Z | |
dc.date.issued | 2013 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/43163 | |
dc.description.abstract | A study on pasture planted in the shade and different cutting intervals need to do. Effect of shading differences and cutting interval on yield and quality of pasture. Planting forage research has been done in Tanjung Anom, Pancurbatu, Deli serdang distric, North Sumatera Provinsi, Medan. Proximate analysis carried out in the Laboratory of Materials forage Feed Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. Experimental research split split plot design, with treatment the main plot is the shade (without shade, shade with paranet 0.2 mm, shade with paranet 1.7 mm), the subplot cutting interval (4,6 weeks) and sub subplot is pasture : P0 = Arachis glabarata + Calopogonium mucunoides + Centrocema pubescens; P1 = Brachiaria humidicola + Stenotaphrum secundatum + Arachis glabarata + Pueraria javanica; P2 = Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Calopogonium mucunoides; P3 = Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Centrocema pubescens).
The result of the research showed, that biomassa and dry weight of pasture have significant effect on the cutting interval of six weeks (54747.75 kg/ha/year dan 13259.2 kg/ha/year). Shades and cutting interval showed not significant of persentace Botanical composition in pasture mixing but the species Centrosema pubescens significant in shades treatment and Pueraria javanica significant in cutting interval. The higher crude protein of pasture is treatment without shade (15:20%) and at intervals of 4 weeks cutting (15, 23%), while the highest crude fiber obtained in shade with paranet 1.7 mm (38.16%) and at 6 weeks cutting interval (38.27%). Crude fat pasture not significant among all treatments and the higher carrying capacity is pasture composition (Brachiaria humidicola, Stenotaphrum secundatum, Pueraria javanica dan Calopogonium muconoides). | en_US |
dc.description.abstract | Suatu penelitian mengenai pastura campuran yang ditanam dibawah naungan dan interval pemotongan yang berbeda perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan naungan dan interval pemotongan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian penanaman hijauan telah dilakukan di Tanjung Anom, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara-Medan. Analisis proksimat hijauan dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah naungan (tanpa naungan, naungan dengan kerapatan paranet 0.2 mm, naungan dengan kerapatan 1.7 mm), anak petak yaitu interval pemotongan (4 dan 6 minggu) dan anak anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari: P0 = Arachis glabarata + Calopogonium mucunoides + Centrocema pubescens; P1 = Brachiaria humidicola + Stenotaphrum secundatum + Arachis glabarata + Pueraria javanica; P2 = Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Calopogonium mucunoides; P3 = Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Centrocema pubescens).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering pastura berbeda pada interval pemotongan. Produksi yang lebih tinggi bahan segar dan bahan kering yaitu pada interval pemotongan minggu ke 6 (54747.75 kg/ha/tahun dan 13259.2 kg/ha/tahun). Naungan dan interval pemotongan tidak menunjukkan perbedaan terhadap persentase komposisi botani pastura campuran tetapi pada spesies Centrosema pubescens berbeda nyata pada perlakuan naungan dan Pueraria javanica berbeda nyata pada perlakuan interval pemotongan. Protein kasar dari komposisi pastura yang dicobakan lebih tinggi pada perlakuan tanpa naungan (15.20%) dan pada interval pemotongan 4 minggu (15.23%), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada naungan dengan kerapatan 1.7 mm (38.16%) dan pada interval pemotongan 6 minggu (38.27%). Lemak kasar pastura tidak berbeda pada semua perlakuan, sedangkan kapasitas tampung tenak yang paling tinggi yaitu diperoleh pada komposisi pastura (Brachiaria humidicola, Stenotaphrum secundatum, Pueraria javanica dan Calopogonium muconoides). | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Pastura Campuran | en_US |
dc.subject | Naungan | en_US |
dc.subject | Interval Pemotongan | en_US |
dc.title | Produktivitas Pastura Campuran dengan Perlakuan Tingkat Naungan dan Interval Pemotongan | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM107040003 | |
dc.description.pages | 72 Halaman | en_US |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |