Show simple item record

dc.contributor.advisorHandayani, Diah Syafitri
dc.contributor.authorJulianhar, Widya Ramadhani
dc.date.accessioned2018-07-16T01:12:06Z
dc.date.available2018-07-16T01:12:06Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4361
dc.description.abstractJepang merupakan negara yang mempunyai bermacam – macam kebudayaan. Jepang adalah negara yang memiliki tingkat kekontrasan yang tinggi antara yang modern dan yang tradisional. Keduanya saling mempengaruhi atau bahkan berkontradiksi. Sisi tradisional Jepang tercermin pada kue kue tradisional Jepang yang masih dilestarikan hingga kini. Dalam bahasa Jepang, manisan Jepang disebut dengan wagashi akan tetapi pada umumnya masyarakat Jepang menyebutnya Okashi. Ada berbagai jenis manisan Jepang, seperti : Yōkan, Monaka, Rakugan, Nerikiri, Manjū, Kintsuba, Daifuku mochi, Dango, Uirō, Amanattō dan lain – lain. Di Jepang manisan pasta kacang dibuat dengan mendidihkan beberapa jenis kacang – kacangan, biasanya kacang azuki (kacang merah). Akan tetapi pasta manisan ini biasanya dibuat dari ubi dan bahan lainnya. Ada 2 jenis manisan kacang merah, yang pertama jenis sup kacang merah yang lembut dikenal sebagai Koshi-An, dan kedua jenis yang menggumpal dikenal sebagai Tsubushi-An. Dan yang terakhir manisannya yang memiliki pasta kacang dalam keadaan utuh atau dihancurkan. Sup/pure kacang-An dapat juga dibuat dari tepung instan yang disebut Sarashi-An. Makanan manis dikenalkan ke benua Asia termasuk Jepang pada zaman Nara (645-781) dan dikenal sebagai “buah – buahan Cina” pada waktu itu. Gula juga dikenalkan ke Jepang pada masa Nara. Dikatakan bahwa, gula pertama kali dikirimkan diatas tahun 754 oleh pendeta buddha Cina yang terkenal bernama Ganjin. Gula merupakan bahan utama dalam pembuatan manisan ataupun untuk hal yang lain. Gula pada waktu itu berwarna hitam dan dibuat dengan rebusan dari air tebu yang dikeringkan. Pada masa Heian (782-1184) makanan manis yang disajikan pada berbagai upacara dan hari besar (pesta) digunakan sebagai persembahan untuk dewa Shinto dan dewa Budha. Sampai saat ini, hal ini dibuat tergantung dari bentuk dan metode yang diturunkan dari abad – abad lalu, yaitu sisa dari adat Heian. Makanan yang dipersembahkan untuk Dewa pada masa Heian menjadi makanan untuk golongan atas pada abad-abad selanjutnya. Dan saat upacara minum teh dibangun dan dikembangkan, makanan manis (permen) atau Okashi semacam itu turut disuguhkan dengan teh. Secara umum manisan Jepang memiliki rasa pasta kacang. Bahan – bahan pembuatannya adalah gula, garam, tepung dan kacang azuki. Yang dimana bahan tersebut dicampurkan kedalam panci dan dihancurkan, akan tetapi ada juga dihancurkan menggunakan tas katun ( cotton but ).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKebudayaan Jepangen_US
dc.titleOkashien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM142203083en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record