Analisis Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba berdasarkan Model Answers untuk Fungsi Daerah Aliran Sungai yang Berkelanjutan
View/ Open
Date
2011Author
Sianturi, Hotmauli
Advisor(s)
Nasution, Zulkifli
Sutarman
Widhiastuti, Retno
Metadata
Show full item recordAbstract
Lake Toba Catchment Area (LTCA) is the upstream of Asahan Toba Watershed
that consist of 7 administration area which are namely Kabupaten Toba Samosir,
Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, Simalungun and Tapanuli Utara. LTCA
has several importan functions for farming and pasturing, water sources, fishering,
tour destiny, water power generating of PT. INALUM etc. On the other hand LTCA
has suffering severe degradation that indicated by drought in dry season, water flood
during rainy season especially along riverside, decreasing interception, depletion of
water table and increasing of erosion/ sedimentation and finally decreasing of land
productivity.
In line with the LTCA degradation, it is needed to study biophisical characteristic,
land utilization, land coverage, river system, etc in order to understand what happen
in the area that caused those problems. Survey was done in Aek Silang Sub
Watershed- Lake Toba catchment area, North Sumatera Province. The objective of
the research is to analyze the combination of land utilization that result optimum
hydrologic functions of the watershed with minimum erosion and sediment.
Simulation was done by using model ANSWERS with the highest rainfall data
input during the survey conducted which altered several scenarios. ANSWERS has
proven able to predict erosion and surface run off in Aek Silang sub watershed.
Direct run off predicted by ANSWERS are not significantly different compared to
direct measurement with correlation value of R2 : 0,94 and 0,98.
Based on simulation of several land utilization, the best combination of land
utilization in Aek Silang Sub Watershed is intensif agriculture on flat area (land
capability IIe) of 7.919 hectares, agroforestry technique on 9.262,3 hectares of land
capability grade IIIe and 1.218,3 hectares of land capability grade IVe (either by
agroforestry or pure forest).
Based on survey done using Analitical Hierarchy Process(AHP) method, it is
needed a propher institution in order to enact the principle of sustainable function of
watershed in LTCA. This institution should be raised to the higher level in
accordance with decentralization sissue that enable the surrounding area of LTCA to
obey and harmonized their development programmes, such as by President Decree as
the LTCA has been declared as a National Strategic Area. Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba merupakan hulu Daerah Aliran
Sungai (DAS) Asahan Toba yang terdiri dari 7 wilayah administrasi pemerintahan
yaitu Kabupaten Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo,
Simalungun dan Tapanuli Utara. Danau Toba mempunyai fungsi yang penting bagi
pertanian dan peternakan, sumber air bagi kehidupan masyarakat, perikanan,
transportasi antar wilayah, jasa pariwisata, pemutar turbin untuk menghasilkan listrik
PT. Inalum (terutama untuk penyediaan pasokan listrik bagi industri peleburan biji
aluminium di Kuala Tanjung serta pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat), dan
lain-lain.
Di sisi lain DTA Danau Toba telah mengalami kerusakan lahan/lingkungan
yang dicirikan dengan adanya kekeringan pada musim kemarau tetapi pada musim
penghujan seringkali terjadi banjir terutama di daerah hilir seperti Kabupaten Asahan
dan Kota Tanjung Balai, intersepsi yang semakin menurun, penurunan muka air
tanah, meningkatnmya erosi/sedimentasi dan penurunan tingkat produktivitas lahan
pertanian.
Sejalan dengan terjadinya degradasi lahan di DTA Danau Toba, maka perlu
dipahami karakteristik biofisik dari daerah ini seperti penggunaan dan penutupan
lahan, sistem jaringan sungai, topograpi, jenis tanah samapi tingkat bahaya erosinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penggunaan lahan yang
dapat menghasilkan fungsi hidrologis yang optimum melalui indikator tingkat
erosi/sedimentasi dan aliran permukaan yang terjadi apabila terjadi hujan.
Simulasi penggunaan lahan dilakukan dengan model ANSWERS dengan
memasukkan data curah hujan tertinggi yang terjadi selama penelitian berlangsung
dengan beberapa skenario penggunaan lahan. Model ANSWERS terbukti dapat
memprediksi tingkat erosi/sedimentasi beserta aliran permukaan yang terjadi di Sub
DAS Aek Silang dengan nilai korelasi R2 masing-masing 0,94 dan 0,98, tidak
berbeda nyata dibandingkan dengan hasil pengukuran langsung di lapangan.
Berdasarkan simulasi beberapa skenario penggunaan lahan, maka diketahui
bahwa penggunaan lahan yang paling optimal di Sub DAS Aek Silang adalah
pertanian intensif pada lahan datar dengan kelas kemampuan IIe seluas 7.919 ha,
dikombinasikan dengan teknik agroforestry pada lahan kelas kemampuan IIIe seluas
9.262,3 ha dan hutan pada lahan kelas kemampuan IVe seluas 1.218,3 ha.
Analisa kelembagaan dengan menggunakan metode Analithycal Hierarchy
Process (AHP) menghasilkan perlu lembaga khusus pengelola DTA Danau Toba
yang bersifat lintas administrasi pemerintahan agar selaras dengan penetapan DTA
Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).