dc.description.abstract | The multiethnic situation found in Asahan indirectly has formed a
multilingual or multidialectal community. Since the multilingual or multidialectal
community live in the area whose population are majority the native speakers of
Malay, this condition has made the non-native speakers of Malay do their best to
master Asahan Malay Language (which, henceforth, is called BMA). They converged
and diverged with the local Malay speech through the contact of language. This
problems is answered through a study of dialectology and sociolinguistic because the
purpose of this study is (1) to describe the segmental system of the dialects in Asahan,
(2) to describe the varieties of the existing dialects in Asahan resulted from
convergence and divergence, (3) to describe the factors that cause the convergence
and divergence in Malay dialects in Asahan, and (4) to describe the innovative and
conservative forms in the Asahan Malay dialects.
In the attempt to achieve the purposed, the identity methods such as
articulatory phonetic identity method with organs of speech as its determiner,
pragmatic identity method with the ones we talk to as its determiner, and
translational identity method with the other languages or dialects as its determiner.
These three methods were explained through equalizing technique and differentiating
technique. In addition, a top down approach is also employed in the diachronic
analysis
Based on the segmental study, it was found out that there are 5 vowel
segments in the dialect of Tanjungbalai (DTB), such as /i, u, a, Ε, and �����/ and 6 vowel
segments in the dialect of Batubara (DBB), such as /i, u, a, Ε, �����, and �����/. In DTB and
DBB were found out 19 consonant segments, such as /p, b, t, d, c&, j&, k, g, �����, s, h,
m, n, �����, Ν, l, ⊗, w, and j/. There are 5 vowel segments in Batak Language (BBT),
such as /i, u, a, e, and o/ and 6 vowel segments in Javanese Language (BJW), such as
/i, u, a, e, �����, and o/. In BBT was found out 14 consonants, such as /b, p, m, d, t, s, n,
l, j&, g, k, Ν, r, h/ and 20 consonants in BJW, such as /bΗ, p, m, w, d, t, dΗ, tΗ, s, n,
l, c&, j&, ⎠, j, g, k, Ν, r, dan h/.
Dialectal variation in Asahan appeared because of the existence of
convergence and divergence in the community’s interaction. The attempt to
accommodate the speech when interacting resulted in convergence and divergence in
dialect. This convergence and divergence resulted in imitation, interference, and
integration. Based on the three processes, the other dialects such as Batak Malay
Asahan Dialect (DBMA) and Javanese Malay Asahan Dialect (DMJA) were found in
Asahan.
Based on the segmental system of DTB, DBB, BBT, and BJW, it was found out
that there are 5 vowels in DBMA, such as /i, u, a, Ε, dan �����/ which are represented into 9 vocoids segmental sounds because of primary articulation, such as [i], [Ι], [u],
[Υ], [a], [Ε], [�����], [ε], and [e]. There are 6 vowels in DMJA, such as /i, u, a, �����, e,
and �����/ which are represented into 9 vocoids, such as [i], [Ι], [u], [Υ], [a], [�����], [�����],
[�����], and [ε]. There are 18 consonants in DMBA, such as /b, p, m, d, t, s, n, l, j, c, ⎠,
y, g, k, Ν, w, r, h/ and in DMJA, such as /bΗ, p, m, dΗ, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν, w, r,
h/. The both 18 consonants are represented precisely the same as their original
segments, except the segment of consonant /k/ which is represented as [k] and [�����],
/b/ which is represented as [b] and [p], /d/ which is represented as [d] and [t], and
/h/ which is represented as [h] and [�����].
A set of sound correspondence which is represented as [a �����] is found in
DTB, DBB, DBMA, and DMJA and the correspondence is also found in affixes. For
example, ba(⊗)(r)-} {b�����(⊗)(r)-}, {ba(⊗)(r)-an} {b�����(⊗)(r)-an}, {basi-an}
{b�����si-an}, {maN-} {m�����N-}, {paN-} {p�����N-}, {ta-} {t�����-}, {ka-an} {k�����-
an}, and {sa-} {s�����-}. The sentence patterns found in the four dialects in Asahan
are VSO/VOS and SVO. The pattern VSO/VOS is especially found in DTB, DBB, and
DMBA, while the pattern SVO is found in DMJA.
Convergence and divergence are caused by the intralinguistic and
extralinguistic factors. Intralinguistic factor consists of assimilation, sound deletion,
sound addition, segment change, sound replacement, and sound weakening/lenisi
processes. The five processes are formulated in 15 phonological rules which consist
of characteristic changes, delition, insertion, transformational, combination,
variabel, and replacement rules. Extralinguistic factor consists of geographical,
migration, historical, social, and phsychological factors.
The comparison of the four dialects shows that there are inovative and
conservative vowel and consonantal reflections. Most vowels are reflected inovatively
than consonants. The consonants which is innovatively reflected are /*h/, /*k/, /*//,
and /*r/. The innovative reflection of vowels causes innovative lexemes. | en_US |
dc.description.abstract | Situasi multietnis yang terdapat di Asahan secara tidak langsung membentuk
masyarakat yang multilingual atau multidialek. Karena masyarakat yang
multilingual/multidialek berada dalam wilayah yang penuturnya mayoritas berbahasa
Melayu, kondisi ini memacu masyarakat yang bukan penutur Melayu untuk
menguasai bahasa Melayu Asahan (selanjutnya disebut BMA). Melalui kontak/sentuh
bahasa mereka berkonvergensi dan berdivergensi dengan tuturan Melayu setempat.
Akibatnya, akan muncul variasi dialek. Persoalan ini dijawab melalui penelitian
dialektologi dan sosiolinguistik karena tujuan penelitian ini adalah untuk (1)
mendeskripsikan sistem segmental dialek-dialek di Asahan, (2) mendeskripsikan
variasi dialek yang muncul di Asahan akibat adanya konvergensi dan divergensi, (3)
mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konvergensi dan
divergensi dalam dialek-dialek Melayu di Asahan, dan (4) mendeskripsikan bentuk
inovatif dan konservatif dalam dialek-dialek Melayu Asahan.
Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, diterapkan metode padan, yaitu
metode padan artikulatoris dengan alat penentunya organ wicara, metode padan
pragmatis dengan alat penentunya mitra wicara, dan metode padan translasional
dengan alat penentunya bahasa atau dialek lain. Ketiga metode ini dijabarkan dalam
teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan. Selain itu,
pendekatan dari atas ke bawah juga dilakukan dalam analisis diakronis.
Berdasarkan kajian segmental, ditemukan bahwa dalam dialek Tanjungbalai
(DTB) terdapat 5 segmen vokal, yaitu, /i, u, a, Ε, dan �����/. Dalam dialek Batubara
(DBB) terdapat 6 segmen vokal, yaitu /i, u, a, Ε, �����, dan �����/. DTB dan DBB memiliki
jumlah konsonan yang sama masing-masing 19 segmen konsonan, yaitu /p, b, t, d,
c&, j&, k, g, �����, s, h, m, n, �����, Ν, l, ⊗, w, dan j/. Dalam Bahasa Batak (BBT)
terdapat lima segmen vokal, yaitu, /i, u, a, e, dan o/. Dalam bahasa Jawa (BJW)
terdapat enam segmen vokal, yaitu /i, u, a, e, �����, dan o/. Segmen konsonan BBT ada
14, yaitu /b, p, m, d, t, s, n, l, j&, g, k, Ν, r, h/ dan dalam BJW terdapat 20 segmen
konsonan, yaitu /bΗ, p, m, w, d, t, dΗ, tΗ, s, n, l, c&, j&, ⎠, j, g, k, Ν, r, dan h/.
Variasi dialek di Asahan muncul karena adanya konvergensi dan divergensi
dalam interaksi masyarakat. Dari konvergensi dan divergensi ini muncul wujud
imitasi, interferensi, dan integrasi. Dari ketiga proses tersebut ditemukan adanya
dialek lain di Asahan, yaitu dialek Melayu Batak Asahan (DMBA) dan dialek Melayu
Jawa Asahan (DMJA).
Atas dasar sistem segmental DTB, DBB, BBT, dan BJW ditemukan bahwa
dalam DMBA terdapat lima segmen vokal, yaitu /i, u, a, Ε, dan �����/ yang
direpresentasikan ke dalam sembilan bunyi segmental vokoid akibat artikulasi primer, yaitu [i] dan [Ι]; [u] dan [Υ]; [a] dan [Ε]; [�����]; [ε] dan [e]. Dalam DMJA terdapat
enam segmen vokal, yaitu /i, u, a, �����, e, dan �����/ yang direpresentasikan ke dalam
sembilan bunyi segmental vokoid, yaitu [i] dan [Ι]; [u] dan [Υ]; [a] dan [�����]; [�����];
[�����]; [ε].
Segmen konsonan dalam DMBA ada delapan belas, yaitu /b, p, m, d, t, s, n, l,
j, c, ⎠, y, g, k, Ν, w, r, h/ dan dalam DMJA /bΗ, p, m, dΗ, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν,
w, r, h/. Kedelapan belas segmen konsonan tersebut direpresentasikan persis sama
dengan segmen asalnya, kecuali segmen konsonan /k/ yang direpresentasikan
sebagai [k, dan �����], segmen konsonan /b/ direpresentasikan sebagai [b dan p],
segmen konsonan /d/ direpresentasikan [d dan t], dan segmen konsonan /h/
direpresentasikan sebagai [h dan �����].
Dalam DTB, DBB, DMBA, dan DMJA terdapat perangkat korespondensi
bunyi yang diwujudkan dengan [a �����] dan pada afiks terdapat korespondensi
ba(⊗)(r)-} {b�����(⊗)(r)-}, {ba(⊗)(r)-an} {b�����(⊗)(r)-an}, {basi-an} {b�����si-an},
{maN-} {m�����N-}, {paN-} {p�����N-}, {ta-} {t�����-}, {ka-an} {k�����-an}, dan
{sa-} {s�����-}. Pola kalimat yang ditemukan dalam empat dialek di Asahan adalah
pola VSO/VOS dan SVO. Pola VSO/VOS terutama ditemukan pada penutur DTB,
DBB, dan DMBA, sedangkan pola SVO ditemukan dalam DMJA.
Konvergensi dan divergensi disebabkan oleh faktor intralinguistik dan
ekstralinguistik. Faktor intralinguistik ini meliputi proses asimilasi, proses pelesapan
bunyi, proses penambahan bunyi, proses pergantian bunyi, proses perubahan segmen,
dan proses pelemahan bunyi. Keenam proses tersebut diformulasikan dalam wujud
lima belas kaidah fonologis yang terdiri atas kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan,
kaidah penyisipan, kaidah transformasional, kaidah perpaduan, kaidah bervariabel,
dan kaidah pergantian. Faktor ekstralinguistik adalah faktor luar bahasa yang
menyebabkan terjadinya konvergensi dan divergensi dalam bahasa. Faktor
ekstralinguistik meliputi faktor geografi, faktor migrasi, faktor historis, faktor sosial,
dan faktor psikologis.
Perbandingan keempat dialek menunjukkan adanya refleks vokal dan
konsonan yang inovatif dan konservatif. Vokal umumnya direflekskan secara inovatif
daripada konsonan. Konsonan yang direflekskan secara inovatif terdapat pada
konsonan /*h/, /*k/, /*//, dan /*r/. Refleks yang inovatif pada vokal menyebabkan
leksem-leksem yang direflekskan pun mengalami inovasi. | en_US |