Show simple item record

dc.contributor.advisorSinar, T. Silvana
dc.contributor.advisorNurlela
dc.contributor.advisorLubis, Masdiana
dc.contributor.authorRafida, Tien
dc.date.accessioned2021-10-26T07:42:30Z
dc.date.available2021-10-26T07:42:30Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/44773
dc.description.abstractThis dissertation entitled “Metafunction and Social Context of the Imlek Text of the Students in Medan”. The object of this study is the Imlek texts written in Bahasa Indonesia and English and 18 texts obtained from SMA Budi Utomo, SMA Sutomo, and SMA Wahidin Sudiro Husodo were selected to be the samples for this study. These three schools are the reformed schools whose students are mostly Chinese. The purpose of this study is to find out how the Chinese students convey their message. The problems discussed included the metafunction of language, social context, the pattern of the relationship between metafunction and social context, and the local wisdom found in the text of discourse written in Bahasa Indonesia and English in the communication system of the Chinese young generation in the City of Medan. In analyzing metafunction of language and social context, The Systemic Functional Linguistic theory with positivism and post-positivism paradigm was used in analyzing the metafunction of language and social context. Qualitative descriptive method was used to apply the post-positivism paradigm and Quantitative descriptive method was used to apply positivism paradigm. As the basis for the study of language context, language metafunction plays an important role in the text of discourse. Language metafunction is the use of language in expressing thought or idea and experience in the text of discourse. Language context is related to the contexts of situation, culture and ideology. The result of the study of language metafunction can be seen from the ideational function of the text written in Bahasa Indonesia showing three types of dominant processes, namely, material, relational and behavioral processes. In the contrary, the text written in English showed three dominant processes, namely, material, mental and relational processes. Then, action and reaction appeared in the interpersonal function. The domination of action in the statement was responded by the reaction in the forms of mental process, epithet, modality, euphemism, and connotative in clause. Further, in its textual function the marked theme was more dominant than the unmarked theme. The social context found in the situational context brought up the field, tenor and mode that was constant in nature and similar between the text of discourse witten in Bahasa Indonesia and the one written in English. The situational context brought up the tenor, namely, family members and friends who are celebrating Imlek that it limits the iterrogative and imperative things in speaking and behaving. This mode was written in two versions, namely description and narration. Then, the cultural context based on the experience of the subject of study either in own family and Chinese community environment from generation to generation. Then, the context of ideology found in the text of discourse such as believing in the legends or the stories about the occurrence of religious activities and tradition. The pattern of the relationship between metafunction and social context of the text of discourse written in Bahasa Indonesia and English in the communication system of Chinese young generation in the city of Medan is positive and closer and it shows that there is a correlation between the two variables. This means that if the quality of language metafunction is increased, the truth of the social context in speaking will increase too, The local wisdom seen through the Imlek text of discourse is categorized into three categories such as tradition, ritual and prohibition. Prayer or ritual practiced is originated from the history or legend. The pattern of relationships between metafunction and social context of the students’ texts both in Indonesian and English in the communication system of ethnic Tionghoa students in Medan was positive and much closer and showed a correlation between the two variables. It means that if the more qualified metafunction of language, the more enhanced social context truth in language. Local wisdom traditions reflected in the Imlek text were categorized in three parts: the traditions, rituals, and prohibitions.en_US
dc.description.abstractDisertasi ini berjudul Metafungsi dan Konteks Sosial Teks Imlek Peserta Didik Etnik Tionghoa Medan. Teks Imlek yang dijadikan bahan penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris. Sampel penelitian ini diambil dari tiga sekolah yang menjadi populasi penelitian. Adapun tiga sekolah tersebut yaitu SMA Budi Utomo, SMA Sutomo, dan SMA Wahidin Sudiro Husodo. Tiga sekolah ini merupakan sekolah pembaharuan yang siswanya sebagian besar beretnik Tionghoa. Penelitian terhadap teks bahasa Indonesia dan Inggris ini dimaksudkan utuk mengetahui bagaimana peserta didik beretnik Tionghoa dalam mengekspresikan pesan. Dari hasil identifikasi, maka masalah yang dibahas meliputi metafungsi bahasa, konteks sosial, pola hubungan metafungsi dan konteks sosial teks wacana berbahasa Indonesia dan Inggris, dan kearifan loal traisi Imlek dalam teks wacana berbahasa Indonesia dan Inggris dalam sistem komunikasi peserta didik etnik Tionghoa di Kota Medan. Di dalam penganalisisan metafungsi bahasa dan konteks sosial digunakan teori Linguistik Fungsional Sistemik dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sebagai dasar kajian konteks bahasa, metafungsi bahasa berperan penting dalam teks wacana tersebut. Metafungsi bahasa merupakan pemakaian bahasa dalam mengungkapkan pikiran atau ide dan pengalaman pada teks wacana. Metafungsi bahasa menggambarkan fungsi bahasa teks wacana yang mendasari kajian konteks bahasa. Konteks bahasa berkaitan dengan konteks situasi, konteks budaya, dan konteks ideologi. Oleh karena itu, setiap klausa dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris diidentifikasi dan dianalisis fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstualnya. Dari hasil analisis metafungsi bahasa tersebut, dilakukan uji silang terhadap konteks situasi, konteks budaya, dan konteks ideologi sebagai sesuatu yang berkonstrual dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.. Dengan demikian, dapat ditemukan hubungan metafungsi bahasa dan konteks sosial teks wacana yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hasil penelitian ini adalah metafungsi bahasa dalam teks wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris yang digunakan oleh peserta didik etnik Tionghoa di Kota Medan yaitu: fungsi ideasional teks wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris yakni teks berbahasa Indonesia terdapat tiga jenis proses yang dominan, yakni proses material, proses relasional, dan proses tingkah laku. Sebaliknya, teks berbahasa Inggris memperlihatkan tiga proses yang dominan, yakni proses material, mental dan relasional. Kemudian, fungsi interpersonal teks wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris memunculkan aksi dan reaksi. Setiap pemunculan aksi memunculkan juga reaksi. Pemunculan aksi yang diungkapkan oleh dominasi aksi dalam kalimat pernyataan disambut oleh reaksi berupa proses mental, epitet, modalitas, eufemisme, dan konotatif dalam klausa.Selanjutnya Fungsi tekstual teks wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris yang lebih dominan adalah tema tidak lazim daripada tema lazim. Konteks sosial dalam teks wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris Konteks situasi memunculkan medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana yang bersifat konstan dan nyaris sama. Konteks situasi tergambar suasana Imlek di lingkungan keluarga penulis. Sarana wacana ini ditulis dalam dua versi, yaitu deskripsi dan narasi. Kemudian konteks budaya pada teks yang menggambarkan perayaan Imlek yang didasari oleh pengalaman subjek penelitian baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat Tionghoa. Konteks budaya tersebut tergambar pada teks wacana yaitu budaya Imlek yang dilakukan dilingkungan keluarga secara turun temurun. Selanjutnya Konteks idiologi yang terdapat pada teks wacana tersebut yaitu mempercayai legenda atau kisah-kisah munculnya kegiatan keagamaan dan tradisi. Nilai kebersamaan, keakraban, memberi nasehat dan saling menghormati dan menyayangi orang tua tergambar pada berkunjung pada orang tua lebih dahulu dari yang muda. Memaknai perangkat-perangkat yang digunakan pada kegiatan Imlek misalnya ampau, lampion, kueh bakul, baju merah, tebu, jeruk dll sangat jelas. Dalam teks wacana peserta didik, larangan atau mitos tergambar jelas dan dipercayai. Hal tersebut menunjukkan bahwa konteks idiologi masyarakat Tionghoa tentang Imlek cukup kuat. Pola hubungan metafungsi dan konteks sosial teks wacana berbahasa Indonesia dan Inggris dalam sistem komunikasi peserta didik etnik Tionghoa di Kota Medan adalah positif dan semakin erat dan menunjukkan adanya korelasi antara kedua variabel. Hal ini bermakna apabila kualitas metafungsi bahasa ditingkatkan maka akan meningkat pula kebenaran konteks sosial dalam berbahasa. Kearifan budaya lokal tradisi Imlek yang tergambar dalam teks wacana Imlek dikategorikan pada tiga bagian yaitu: tradisi, ritual, dan larangan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectMetafungsien_US
dc.subjectKonteks Sosialen_US
dc.subjectTeks Imleken_US
dc.subjectKearifan Budaya Lokal Tradisi Imleken_US
dc.titleMetafungsi dan Konteks Sosial dalam Teks Imlek Peserta Didik Etnik Tionghoa Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM098107001
dc.description.pages449 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record