dc.description.abstract | Epilepsi adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan system saraf
pusat, yang ditandai dengan adanya bangkitan kejang yang disebabkan oleh
hiperaktifitas muatan listrik dari neuron otak secara spontan (1)
.
Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis dimana depresi
dapat merupakan suatu gejala ( sindroma) dan dapat pula sebagai suatu kesatuan
penyakit nosologik (2)
.
Depresi pada epilepsi merupakan dua gangguan yang mempunyai dampak
morbiditas dan mortalitas pada penderita dari masing- masing gangguan tersebut.
Hal yang tidak menguntungkan adalah kedua gangguan tersebut dapat timbul dalam
satu pasien dan kondisi ini disebut dengan komorbiditas. Dan tidak hanya
meningkatkan masalah morbiditas dan mortalitas saja tetapi menimbulkan masalah
baru seperti semakin rumitnya penanganan masalah tersebut (3)
.
Dari laporan penelitian epidemiologi, menunjukkan bahwa depresi pada
epilepsi menunjukkan angka yang cukup besar, sehingga tantangannya cukup besar
bagi para klinisi khususnya dalam bidang psikiatri untuk menangani gangguan ini (4)
.
Schofield dan Duane (1996) melakukan investigasi psikopatologis pada pasien
yang dirujuk ke Neurologi Liaison Service dan melaporkan depresi paling sering
dijumpai pada epilepsi, parkinson dan cervical spondylosis. Dari 30 penderita epilepsi
dijumpai 43% memenuhi kriteria untuk diagnosa gangguan depresi. Hal ini
menunjukkan bahwa symptom depresi dan gangguan depresi cukup sering dijumpai
pada penderita epilepsi (4,5)
.
Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Lazuardi tahun 1994 pada 100
penderita di Klinik Epilepsi RSUPN Cipto Mangunkusumo dijumpai : malu menderita
epilepsi 64%, rendah diri 45%, depresi 42%, tanpa pekerjaan 26%, isolasi sosial
19%, keluar dari sekolah 12%, cemas 7%, perceraian 6%. | en_US |