Disfungsi Autonomik dan Neuropati Perifer pada Penderita Sirosis Hati
Abstract
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat dan disertai nodul. Gambaran klinis pada sirosis hati
muncul akibat kegagalan hepatoseluler dan terjadinya hipertensi portal. Hipertensi
portal ini disebabkan oleh karena meningkatnya resistensi vaskular hati terhadap aliran
darah portal dan diperberat oleh peningkatan aliran darah portal yang timbul akibat
dilatasi arteri splanknik.
Sirosis hati selalu dihubungkan dengan sirkulasi hiperdinamik yang ditandai
dengan terjadinya vasodilatasi perifer, menurunnya resistensi vaskular sistemik dan
splanknik, dan peningkatan curah jantung. Penyebab dari vasodilatasi sampai saat ini
belum diketahui, tetapi dianggap sebagai ketidakseimbangan antara vasokontriktor
endogen (Angiotensin II, vasopressin, nor epinefrin dan endotelin) dengan vasodilator
(NO dan prostasiklin). Sistem saraf simpatis mempunyai peranan penting dalam
terjadinya perubahan hemodinamik ini.
Penelitian Trevisani dkk, Szalay melaporkan bahwa disfungsi sistem saraf
autonomik yang terjadi pada sirosis hati mempunyai peranan penting dalam
patogenese terjadinya sirkulasi hiperdinamik, dan beratnya gangguan hemodinamik
berhubungan dengan beratnya disfungsi autonomik.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan antara disfungsi autonomik
dengan penyakit hati menahun, dimana juga didapatkan disfungsi autonomik baik pada
penyakit hati menahun alkoholik atau non alkoholik. Chaudry dkk melaporkan disfungsi
autonomik yang terjadi pada penderita sirosis hati merupakan bagian dari generalized
sensory-motor polyneuropathy, dimana sebagian besar penderita disfungsi autonomik
juga terbukti memiliki neuropati perifer.
Trevisani dkk melaporkan 30 penderita sirosis hati, 80% menunjukkan adanya
disfungsi autonomik, dimana disfungsi autonomik ini berhubungan dengan beratnya
sirosis hati (berdasarkan kriteria Child-Pugh) dan tidak berhubungan dengan etiologi
penyakit hati. Chaudry dkk melakukan pemeriksaan elektrofisiologi pada penderita
sirosis hati mendapatkan hasil yang sesuai dengan “length-dependent axonal
neuropathy” atau “dying back” neuropathy. Neuropati yang terjadi tidak tergantung
pada penyebab penyakit hati, akan tetapi ada hubungan yang bermakna antara
beratnya neuropati terhadap beratnya penyakit hati. Hasil pengamatan ini
menyimpulkan bahwa disfungsi metabolik oleh karena kegagalan hati yang
menyebabkan terjadinya neuropati.
Pada penelitian prosfektif, penderita sirosis hati dengan disfungsi autonomik
mempunyai prognosa yang jelek. Hal ini dapat menjelaskan bahwa meningkatnya
mortalitas penderita sirosis hati oleh karena terjadi kerusakan pada arkus refleks
autonom yang menyebabkan gagalnya merespon kejadian yang menimbulkan stres
seperti: sepsis atau perdarahan. Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat dan disertai nodul. Gambaran klinis pada sirosis hati
muncul akibat kegagalan hepatoseluler dan terjadinya hipertensi portal. Hipertensi
portal ini disebabkan oleh karena meningkatnya resistensi vaskular hati terhadap aliran
darah portal dan diperberat oleh peningkatan aliran darah portal yang timbul akibat
dilatasi arteri splanknik.
Sirosis hati selalu dihubungkan dengan sirkulasi hiperdinamik yang ditandai
dengan terjadinya vasodilatasi perifer, menurunnya resistensi vaskular sistemik dan
splanknik, dan peningkatan curah jantung. Penyebab dari vasodilatasi sampai saat ini
belum diketahui, tetapi dianggap sebagai ketidakseimbangan antara vasokontriktor
endogen (Angiotensin II, vasopressin, nor epinefrin dan endotelin) dengan vasodilator
(NO dan prostasiklin). Sistem saraf simpatis mempunyai peranan penting dalam
terjadinya perubahan hemodinamik ini.
Penelitian Trevisani dkk, Szalay melaporkan bahwa disfungsi sistem saraf
autonomik yang terjadi pada sirosis hati mempunyai peranan penting dalam
patogenese terjadinya sirkulasi hiperdinamik, dan beratnya gangguan hemodinamik
berhubungan dengan beratnya disfungsi autonomik.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan antara disfungsi autonomik
dengan penyakit hati menahun, dimana juga didapatkan disfungsi autonomik baik pada
penyakit hati menahun alkoholik atau non alkoholik. Chaudry dkk melaporkan disfungsi
autonomik yang terjadi pada penderita sirosis hati merupakan bagian dari generalized
sensory-motor polyneuropathy, dimana sebagian besar penderita disfungsi autonomik
juga terbukti memiliki neuropati perifer.
Trevisani dkk melaporkan 30 penderita sirosis hati, 80% menunjukkan adanya
disfungsi autonomik, dimana disfungsi autonomik ini berhubungan dengan beratnya
sirosis hati (berdasarkan kriteria Child-Pugh) dan tidak berhubungan dengan etiologi
penyakit hati. Chaudry dkk melakukan pemeriksaan elektrofisiologi pada penderita
sirosis hati mendapatkan hasil yang sesuai dengan “length-dependent axonal
neuropathy” atau “dying back” neuropathy. Neuropati yang terjadi tidak tergantung
pada penyebab penyakit hati, akan tetapi ada hubungan yang bermakna antara
beratnya neuropati terhadap beratnya penyakit hati. Hasil pengamatan ini
menyimpulkan bahwa disfungsi metabolik oleh karena kegagalan hati yang
menyebabkan terjadinya neuropati.
Pada penelitian prosfektif, penderita sirosis hati dengan disfungsi autonomik
mempunyai prognosa yang jelek. Hal ini dapat menjelaskan bahwa meningkatnya
mortalitas penderita sirosis hati oleh karena terjadi kerusakan pada arkus refleks
autonom yang menyebabkan gagalnya merespon kejadian yang menimbulkan stres
seperti: sepsis atau perdarahan.
Collections
- Master Theses [396]