dc.description.abstract | Gagal ginjal terminal (GGT) merupakan titik akhir dari gangguan faal ginjal yang
bersifat irreversibel, mengakibatkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis yang
tidak dapat diatasi lagi dengan tindakan konservatif, sehingga membutuhkan terapi
pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisis, peritoneal dialisis dan
transplantasi ginjal. Saat ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang
paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ketahun terus meningkat.
Data dari United State Renal Data System (USRDS) bahwa jumlah GGT yang
menjalani dialisis di Amerika Serikat pada akhir 1991 mencapai 142.488 orang dan
119.085 orang diantaranya menjalani HD. Di Indonesia, berdasarkan data dari PT.
ASKES (1999) ada sekitar 3.000 penderita GGT yang menjalani HD, ini belum termasuk
HD yang dibiayai perusahaan swasta maupun atas biaya sendiri.
Telah diketahui bahwa tidak adekuatnya suatu tindakan hemodialisis akan
meningkatkan mortalitas. Di AS penderita yang mengalami tindakan HD reguler tidak
adekuat 22-24% , di Jepang dan di Eropa 10 – 15 %. Masalah tersebut menjadi sangat
penting karena mortalitas penyakit GGT yang HD reguler terus meningkat, seperti di AS
1981 mortalitasnya 21,0% dan tahun 1988 24,3%. Akibat tidak adekuatnya HD
menyebabkan kerugian materi yang sangat besar dan tidak produktifnya penderita HD
reguler tersebut.
Sebelum HD dilaksanakan haruslah dibuat suatu peresepan (prescription) untuk
merencanakan dosis HD tersebut, dan selanjutnya membandingkannya dengan hasil
HD yang telah dilakukan untuk menilai adekuatnya suatu tindakan HD. Peresepan
hemodialisis bersifat individual, oleh karena setiap penderita HD berbeda dalam hal
berat badan, volume distribusi ureum, jenis dializer yang dipakai, kecepatan aliran
darah, kecepatan aliaran dialisat, jenis dialisat, lama waktu HD, ultrafiltasi yang
dilakukan. | en_US |