Kombinasi Kina Tetrasiklin pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi di Daerah Resisten Multidrug Malaria
Abstract
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
terutama di negara – negara tropik . Berbagai upaya pemberantasan malaria telah
dilakukan tetapi prevalensi malaria masih tetap tinggi, hal ini disebabkan adanya
berbagai hambatan dalam pemberantasan malaria diantaranya resistensi vektor
terhadap insektisida dan resistensi parasit terhadap obat anti malaria.
Resistensi parasit malaria terhadap klorokuin muncul pertama kali di Thailand
pada tahun 1961 dan di Amerika serikat pada tahun 1962. Dari kedua fokus ini
resistensi menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin pertama kali dilaporkan di Samarinda pada tahun 1974,
kemudian resistensi ini terus menyebar dan pada tahun 1996 kasus - kasus malaria
yang resisten klorokuin sudah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Di Medan provinsi Sumatera Utara Endang dkk melaporkan adanya kasus
malaria yang resisten klorokuin sebanyak 6 kasus selama periode Januari 2001
hingga April 2001.
Resistensi Plasmodium falciparum terhadap sulfadoxin - pirimetamin pertama
kali dilaporkan oleh Hutapea pada 9 kasus di Irian Jaya , kemudian Rumans dkk
melaporkan adanya 1 kasus malaria impor yang resisten sulfadoxin- pirimetamin
yang berasal dari Irian Jaya, yang mana sebelumnya daerah itu telah dinyatakan
resisten terhadap klorokuin pada tahun 1981.
Dengan munculnya resistensi parasit Plasmodium falciparum terhadap
klorokuin dan sulfadoxin – pirimetamin ini mengakibatkan pemberantasan malaria
menjadi semakin rumit sementara mekanisme terjadinya resistensi belum diketahui
pasti apalagi menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Biomolekuler Eijman
Jakarta yang menyatakan bahwa hampir 100% parasit malaria di Indonesia telah
mengalami mutasi gen dan kebal terhadap klorokuin dan antara 30-100 % kebal
terhadap sulfadoxin – pirimetamin.
Collections
- Master Theses [396]