Show simple item record

dc.contributor.authorPanjaitan, Suryadi
dc.date.accessioned2021-11-03T07:23:15Z
dc.date.available2021-11-03T07:23:15Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45171
dc.description.abstractProses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.1 Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai “ Penyakit degeneratif “, yang mana ini nantinya akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastase kanker, dan sebagainya. Ada pula yang menganalogikan menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang bekerjanya sangat kompleks, dimana bagian– bagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik.2 Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya morbiditas dan mortalitas, serta menghabiskan tiga per empat dari total biaya perawatan kesehatan.3 Untuk orang–orang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap penyakit juga berkurang.4 Berbagai penyakit kronik yang dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul ke permukaan berbeda dibandingkan dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas, manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit–penyakit tersebut.1 Salah satu penyakit yang sering diderita orang–orang lansia yaitu anemia dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada lansia. Prevalensinya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. 5,6 Ada pendapat yang mengatakan bahwa menurunnya hemoglobin pada lansia adalah konsekuensi normal dari pertambahan usia, tetapi hal ini telah dibantah oleh karena 80% penyebabnya telah diketahui. 5 Dari suatu hasil studi juga terlihat bahwa pada kelompok lansia yang cukup sehat secara fisik dan sosio – ekonomi, anemia sangat jarang dijumpai. Prevalensi anemia pada lansia meningkat secara signifikan setelah usia 75 tahun.7 Insidensinya pada laki–laki lebih rendah dibandingkan wanita sebelum usia 55 tahun, tetapi setelah usia 55 tahun anemia lebih sering dijumpai pada laki–laki. 8 Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik dan defisiensi besi.5 Selain sering ditemukan pada lansia, anemia penyakit kronik juga sering ditemukan pada pasien–pasien yang sedang mengalami perawatan di rumah sakit, serta pada orang–orang yang menderita penyakit infeksi kronis, radang hati kronis, radang sendi kronis dan penyakit vaskular kolagen aktif.7,9,10en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectAnemiaen_US
dc.subjectPenyakit Kroniken_US
dc.subjectLanjut Usiaen_US
dc.titleBeberapa Aspek Anemia Penyakit Kronik pada Lanjut Usiaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages27 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record