Konflik Antar Kelompok Etnis di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi terhadap Kekerasan Antara Penduduk Lokal dan Suku Nias di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tapanuli Selatan)

Abstract

The occurrence of conflicts between ethnic groups in South Tapanuli was caused by a factor of social jealousy between local residents and Nias tribes due to control over customary land and protected forest areas. The local residents of Tolang Jae village consider the land and areas occupied by the Nias tribe belongs to the community and the State not to be planted by anyone. There is also the behavior of the Nias tribe that is against the local cultural customs so that the local population has prejudice because the Nias tribe does not want to mingle and isolate in mountainous areas. The existence of protected forest land became a problem that finally led to conflict in the area of Tolang Jae Village, Sayur Matinggi District, South Tapanuli Regency in 2013 which resulted in the eviction and houses burning of Nias people in the mountains of Adian Goti.The conflict with local villagers, especially Tolang Jae Village, arose by questioning the 1986 and 1992 agreement letter that should not be managed because the area was a protected forest area. However, since 2020 the population of the Nias tribe has continuously increased and continues to control the land. The problems in the conflict between ethnic groups of the local population and the Nias tribes in Tolang Jae Village, Sayur Matinggi Tapanuli Selatan Subdistrict, are the factors that cause conflict and conflict resolution. Therefore, it can be found the causes of the conflict that occurred and how the government and the community carried out the resolutionin resolving the Tolang Jae Village conflict. This study uses qualitative research, which analysis is based on the paradigm of a dynamic relationship between theory, concepts, and data. Meanwhile, the nature of this research is a descriptive study which emphasizes the search for various ideas and strategies in seeing the conflicts between ethnic groups of the local population and Nias ethnicity. This research was conducted in Tolang Jae Village, Sayur Matinggi District, South Tapanuli Regency. The results of this study indicate that permanent and mutually accepting conflict resolution of the two conflicting parties has not been found. This is because the head of Tolang Jae Village still defends the agreement letter that has been made and offers the concept of land distribution to the Nias tribe. The conflict cases in natural resource management, especially the use of protected forests, must be resolved collaboratively by involving the government and the two parties and related institutions. Various efforts have been made either through discussion and mediation in resolving the conflict, but it has not been successful so that the residents of Tolang Jae Village finally prohibited the Nias ethnic group from entering the village area.

Terjadinya konflik antar kelompok etnis di Tapanuli Selatan disebabkan oleh adanya faktor kecemburuan sosial antara penduduk lokal dan suku Nias akibat penguasaan tanah adat dan kawasan hutan lindung. Penduduk lokal Desa Tolang Jae menggangap lahan dan wilayah yang ditempati oleh suku Nias merupakan milik masyarakat dan negara tidak boleh ditanami oleh siapapun. Terdapat juga prilaku suku Nias yang bertentangan dengan adat budaya setempat sehingga penduduk lokal memiliki prasangka akibat suku Nias tidak mau membaur dan mengisolir di daerah pegunungan. Keberadaan lahan hutan lindung menjadi persoalan yang akhirnya menimbulkan konflik di daerah Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2013 yang lalu mengakibatkan terjadinya pengusiran dan pembakaran rumah warga bersuku Nias di pegunungan Dusun Adian Goti. Pertentangan dengan warga desa lokal khususnya Desa Tolang Jae muncul dengan mempertanyakan kembali surat perjanjian tahun 1986 dan 1992 tidak boleh dikuasai karena kawasan tersebut adalah kawasan hutan lindung. Akan tetapi sejak tahun 2000 pertambahan jumlah penduduk suku Nias terus bertambah dan tetap menguasai lahan tersebut. Masalah dalam konflik antarkelompok etnis penduduk lokal dan suku Nias di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tapanuli Selatan antara lain faktor-faktor penyebab terjadinya konflik serta resolusi konflik. Sehingga dapat ditemui penyebab konflik yang terjadi dan bagaimana resolusi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan konflik Desa Tolang Jae. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana analisis didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep-konsep, dan data. Sementara sifat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang lebih ditekankan pada upaya mencari berbagai pemikiran dan strategi dalam melihat konflik antarkelompok etnis penduduk lokal dan suku Nias. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resolusi konflik yang permanen dan saling menerima kedua belah pihak yang bertikai belum ditemukan. Sebab kepala desa Tolang Jae masih mempertahankan surat perjanjian yang telah dibuat serta menawarkan konsep pembagian lahan kepada suku Nias. Adapun kasus konflik dalam pengelolaan sumber daya alam terutama pemanfaatan hutan lindung harus diselesaikan secara kolaboratif dengan melibatkan pemerintah dan pihak yang bertikai maupun instansi terkait. Berbagai upaya telah dilakukan baik melalui musyawarah, mediasi dalam menyelesaikan konflik belum berhasil sehingga warga Desa Tolang Jae akhirnya melarang warga bersuku Nias memasuki wilayah desa