Festival Daruma Kuyo di Kuil Nishi-Arai Daishi
View/ Open
Date
2021Author
Rambe, Namira Sasmita Ali
Advisor(s)
Sihombing, Amin
Metadata
Show full item recordAbstract
Jepang tidak pernah melupakan budaya tradisionalnya begitu saja, meskipun Jepang merupakan negara yang sudah berhasil di berbagai bidang. Jepang memiliki budaya yang sangat di akui dan dijadikan sebagai kebiasaan bagi masyarakat Jepang. Banyak keanekaragaman budaya yang menjadikan masyarakat tertarik dan ingin mempelajarinya lebih dalam. Budaya merupakan ciri kearifan lokal suatu daerah, budaya juga mencerminkan suatu kehidupan masyarakat Jepang yang terkandung dalam festival pembakaran boneka Daruma Kuyo. Festival tersebut salah satu dari banyak festival yang dirayakan masyarakat Jepang di Jepang. Festival ini dirayakan pada awal Tahun yaitu bulan Februari yang dihadiri semua kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak yang mempunyai mimpi dan harapan besar untuk kedepannya.
Daruma adalah boneka tradisional yang di yakini pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai. Model dari boneka ini terinspirasi dari seorang biksu agama Buddha yang bernama Bodhidharma, dari namanya, Daruma berarti keteguhan dan ketekunan, seperti halnya Bodhidharma yang sanggup bermeditasi selama sembilan tahun. Daruma Kuyo adalah ritual yang masih dilakukan masyarakat Jepang, ritual ini dilakukan untuk melepaskan roh keberuntungan ke surga dengan cara membakar boneka Daruma. Selain dipercaya sebagai boneka keberuntungan, Daruma juga dapat ditemui dalam jenis permainan yang dibuat untuk menemani anak-anak. Ada dua jenis permainan boneka Daruma yang sering dimainkan oleh anak-anak yaitu, Daruma otosi dan Daruma-san ga koronda (Daruma jatuh).
Waktu dan tempat pelaksanaan festival Daruma Kuyo sejak tahun 1945 di kuil Nishi-Arai Daishi terletak di Utara Tokyo, Jepang. Namun awal mula boneka Daruma dibuat pada tahun 1697 dan biksu Shinetsu orang yang pertama kali membuat boneka Daruma serta mendirikan kuil Daruma di Takasaki, Prefektur Gunma, Jepang. Festival Daruma Kuyo biasanya dilakukan setiap tanggal 15, namun di kuil Nishi-Arai Daishi ritual ini digabungkan dengan perayaan Setsubun, hari libur yang jatuh pada tanggal 3 Februari untuk merayakan hari sbelum awal musim semi.
Tata cara pelaksanaan festival pembakaran boneka Daruma dimulai dengan peniupan terompet kerang dan diiringi masuknya para biksu Buddha kemudian mereka berkumpul bersama dan melantunkan sutra saat mereka membakar boneka Daruma yang sudah ditumpuk. Didalam festival ini terdapat beberapa benda yang digunakan saat festival pembakaran boneka Daruma diantaranya adalah terompet kerang yang digunakan saat festival akan dimulai dan ditiupkan, tongkat panjang seperti obor yang gunakan untuk membakar boneka Daruma dari kejauhan. Adapun teks yang berupa sutra yang dibacakan saat setelah terompet kerang di bunyikan.
Kuil Nishi-Arai Daishi adalah kuil terbesar di kota Adachi di Utara Tokyo yang memiliki beberapa bagian disekitarnya. Komyoden salah satu bangunan aula upacara besar yang terbuat dari beton yang biasa digunakan untuk melaksanakan festival Daruma Kuyo.
Performansi merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan sebagai perwujudan dari ungkapan pikiran dan perasaan yang menjadi bagian penting dalam kegiatan tradisi. Aktualisasi sebuah tradisi terlibat melalui komponen: tempat dan waktu (di kuil Nishi-Arai Daishi di Utara Tokyo pada tanggal 3 Februari), konteks atau jalannya upacara Daruma Kuyo serta audiens dan teks.
Festival pembakaran boneka Daruma Kuyo mengandung beberapa kearifan lokal yang baik, seperti: hubungan manusia dengan dewa akan semakin erat, hubungan manusia dengan manusia yang dapat menjadi lebih akrab saat saling menyapa di festival tersebut, kepedulian dengan sekitar dan menjaga kenyamanan serta melestarikan tempat secara tidak langsung membuktikan bahwa masyarakat Jepang peduli terhadap alam.
Collections
- Undergraduate Theses [525]