Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit dengan Menggunakan TKKS Terdekomposisi Bakteri Simbion Larva Oryctes rhinoceros (Coleoptera:Scarabidae) dan Pupuk NPK

Abstract

Melimpahnya limbah dari pabrik kelapa sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit selain berpotensi memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia dari sub soil menjadi tempat berkembang biak hama Oryctes rhinoceros. Pemanfaatan bakteri simbion yang terdapat pada usus bagian belakang O. rhinoceros untuk proses dekomposisi TKKS sehingga dapat digunakan sebagai campuran media tanam pembibitan kelapa sawit pada pre nursery dan main nursery untuk mengurangi penggunaan top soil dan diharapkan mensubtitusi penggunaan pupuk majemuk NPK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia dari pengomposan TKKS yang akan digunakan pada pembibitan kelapa sawit pada pre nursery dan di fase main nursery dengan penambahan pupuk NPK. Penelitian ini terdiri dari dua tahap dimana tahap pertama dilakukan saat pre nursery selama 3 bulan dan main nursery selama 6 bulan. Kecambah kelapa sawit yang digunakan adalah varietas Dura x Pisifera dari PPKS Medan. Tahap pertama menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan faktor pertama adalah jenis bakteri (Bacillus siamensis dan Bacillus stratosphericus) dan faktor kedua adalah waktu pengomposan (6 minggu dan 9 minggu). Hasil analisis kimia N, P, dan K dari pengomposan TKKS memenuhi standart kualitas kompos SNI 19-7040-2004 kemudian digunakan untuk pembibitan kelapa sawit di pre nursery dengan perbandingan media tanam tanah, kompos TKKS, dan pasir (1:1:1). Pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit terbaik diperoleh pada perlakuan penggunaan kompos TKKS dengan B. siamensis dengan waktu pengomposan 6 minggu sedangkan pertumbuhan panjang daun terbaik diperoleh pada pengomposan TKKS dengan B. siamensis selama 9 minggu sehingga pada pembibitan di main nursery menggunakan pengomposan TKKS dengan B. siamensis selama 6 minggu. Penelitian tahap kedua menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan 4 perlakuan yaitu kontrol (P0), TKKS tedekomposisi 6 minggu (P1), NPK 15-15-15 (P2), dan TKKS terdekomposisi 6 minggu + NPK 15-15-15 (P3). Perbandingan media tanam untuk perlakuan P0 dan P2 menggunakan tanah dan pasir (3:1) sedangkan pada perlakuan P1 dan P3 menggunakan tanah, TKKS, dan pasir (2:1:1). Pemupukan NPK 15-15-15 dilakukan 2 minggu sekali sejak pindah tanam sebanyak 12 kali pemupukan. Pada saat pemupukan NPK, perlakuan P1 dan P3 diberikan kompos TKKS B. siamensis selama 6 minggu sebanyak 200 g mengikuti jadwal pemupukan. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan terjadi peningkatan tinggi tanaman 3,6cm (24%) dari standart pertumbuhan bibit kelapa sawit pada perlakuan P2 (NPK 15-15-15) dan P3 (TKKS terdekomposisi 6 minggu + NPK 15-15-15). Jumlah daun meningkat 31% pada semua perlakuan dan diameter batang mengalami peningkatan 2,8cm (13%) pada perlakuan P2 (NPK 15-15-15) dan P3 (TKKS terdekomposisi 6 minggu + NPK 15-15-15) dari standart pertumbuhan bibit kelapa sawit.

The abundance of waste from palm oil mills, empty fruit bunches (EFB), in addition to the potential to improve the physical, biological, and chemical properties of the sub soil becomes a breeding ground for Oryctes rhinoceros. Utilization of symbiotic bacteria found in the hind intestine of O. rhinoceros for the decomposition of EFB so that it can be used as a mixture of planting media for oil palm seedlings in pre nursery and main nursery to reduce the use of top soil. This research was to determine the chemical properties of EFB composting which will be used in oil palm nurseries in the pre nursery and main nursery phase with the addition of NPK fertilizer. This research consisted of two stages where the first stage was conducted during the pre nursery for 3 months and main nursery for 6 months. The oil palm seedlings used were Dura x Pisifera variety from PPKS Medan. The first stage used a factorial randomized block design with the first factor was the type of bacteria (Bacillus siamensis and Bacillus stratosphericus) and the second factor was the composting time (6 weeks and 9 weeks). The results of the chemical analysis of N, P, and K from EFB composting met the compost quality standard of SNI 19-7040-2004 and then used for oil palm seedlings in the pre nursery with a ratio of soil, EFB compost, and sand (1:1:1). The best oil palm seedling height growth was obtained in the treatment of using EFB compost with B. siamensis with a composting time of 6 weeks, while the best leaf length growth was obtained in composting EFB with B. siamensis for 9 weeks. The second phase of the study used a non factorial randomized block design with 4 treatments, namely control (P0), 6 weeks decomposed EFB (P1), 15-15-15 NPK (P2), and 6 weeks decomposed EFB + NPK 15-15-15 (P3). The comparison of planting media for P0 and P2 treatments used soil and sand (3:1) and then for P1 and P3 used soil, EFB, and sand (2:1:1). Fertilizing NPK 15-15- 15 was done every 2 weeks since transplanting. At the time of NPK fertilization, P1 and P3 were given EFB compost B. siamensis for 6 weeks as much as 200 g following the fertilization schedule. The results of the second stage of the research showed that an increase in plant height of 3.6 cm (24%) from the standard growth of oil palm seedlings in P2 (NPK 15-15-15) and P3 (EFB decomposed 6 weeks + NPK 15-15-15). The number of leaves increased by 31% in all treatments and the stem diameter increased by 2.8cm (13%) in P2 (NPK 15-15-15) and P3 (EFB decomposed in 6 weeks + NPK 15-15-15) from standard oil palm seedling growth.