Analisis Sebaran Spasial Kerawanan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2010 – 2019 di Kota Banda Aceh
View/ Open
Date
2021Author
Asniati
Advisor(s)
Indirawati, Sri Malem
Slamet, Bejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Banda Aceh City is one of the dengue endemic areas. During a period of 10 years (2010 - 2019) the total cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Banda Aceh City were 3,168 cases with a total of 16 deaths. Thus, it is necessary to map the DHF vulnerability in Banda Aceh City, with the aim of analyzing the spatial distribution of DHF prone areas in the City of Banda Aceh. The parameters used in the study were rainfall, air temperature, humidity and population density. This parameter is used because it is considered to have a close relationship with the habitat for the development of the Aedes aegypti mosquito. Secondary data were obtained from the Central Statistics Agency (BPS), the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG), the Regional Development Planning Agency (Bappeda), the Marine and Fisheries Agricultural Food Service (DPPKP) and the Banda Aceh City Health Office from 2010 - 2019. indicates that the city of Banda Aceh is included in the DHF prone zone. DHF cases correlate with rainfall of 0,25. DHF cases have a correlation with humidity which is 0,42. The correlation between temperature and DHF cases was -0,47. Meanwhile, the correlation between population and dengue cases is 0,71. The result of spatial analysis of dengue fever shows that high dengue fever vulnerability is found in Jaya Baru District, Baiturrahman District, Syiah Kuala District and Kuta Alam District. The area of the DHF hazard zone in Banda Aceh City is divided into 3 zones, the high hazard zone is the high hazard zone of 3.262 km or 53,15%, the moderate hazard zone is 2.354 km or 38,36% and the low vulnerability zone is 521 km or 8,49 %. Kota Banda Aceh merupakan salah satu daerah endemis DBD. Selama kurun waktu 10 tahun (2010 – 2019) total kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banda Aceh adalah 3.168 kasus dengan jumlah kematian 16 orang. Dengan demikian maka perlu dilakukan pemetaan kerawanan DBD di Kota Banda Aceh, dengan tujuan untuk menganalisis sebaran spasial daerah rawan DBD di Kota Banda Aceh. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kepadatan penduduk. Parameter tersebut digunakan karena dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan habitat perkembangan nyamuk Aedes Aegypti. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPPKP) dan Dinkes Kota Banda Aceh dari Tahun 2010 - 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh termasuk dalam zona rawan penyakit DBD. kasus DBD berkorelasi dengan curah hujan sebesar 0,25. Kasus DBD berkorelasi dengan kelembaban yaitu sebesar 0,42. Korelasi antara suhu dengan kasus DBD adalah -0,47. Sedangkan korelasi antara jumlah penduduk dengan kasus DBD adalah 0,71 Hasil analisis spasial kerawanan DBD menunjukkan bahwa kerawanan DBD tinggi terdapat di Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Syiah Kuala dan Kecamatan Kuta Alam. Adapun luas zona tingkat kerawanan DBD di Kota Banda Aceh dibagi menjadi 3 zona, zona kerawanan tinggi zona kerawanan tinggi sebesar 3.262 km atau 53,15 %, zona kerawanan sedang 2.354 km atau 38,36% dan zona kerawanan rendah 521 km atau 8,49 %.