Show simple item record

dc.contributor.advisorBachtiar
dc.contributor.advisorSihotang, Aslim D.
dc.contributor.advisorArma, Abdul Djalil Amri
dc.contributor.authorBangun, Christina Y. Y.
dc.date.accessioned2021-11-08T07:52:19Z
dc.date.available2021-11-08T07:52:19Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45400
dc.description.abstractTerminologi kebutaan didefenisikan berbeda – beda di setiap negara seperti kebutaan total, kebutaan ekonomi, kebutaan hukum dan kebutaan Sosial. Sebegitu banyaknya sampai kira – kira ada 65 defenisi kebutaan tertera dalam publikasi WHO tahun 1966. Di dalam oftalmologi, terminologi kebutaan terbatas pada tidak dapatnya melakukan aktifitas sampai tidak adanya persepsi cahaya. Agar supaya terdapat perbandingan secara statistik baik Nasional maupun Internasional. WHO tahun 1972 telah mengajukan kriteria secara seragam dan mendefenisikan kebutaan sebagai suatu visual akuiti yang kurang dari 3 / 60 ( Snellen ) atau yang ekuivalen dengannya. Pada tahun 1979, WHO menambahkan dengan ketidak sanggupan hitung jari pada siang hari pada jarak 3 meter. 1 Pada tahun 1977, Internasional Classification of Disease ( ICD ) membagi berkurangnya penglihatan menjadi 5 kategori dengan maksimum tajam penglihatan kurang dari 6 / 18 Snellen, kategori 1 dan 2 termasuk pada low vision sedangkan kategori 3,4 dan 5 disebut blindness. Pasien dengan lapang pandangan 5º – 10º ditempatkan pada kategori 3 dan lapang pandangan kurang dari 5 ditempatkan pada kategori 4 ( lihat tabel 1.1 ).1,2 Dengan menggunakan definisi dari WHO tentang kebutaan sebagai suatu tajam penglihatan yang kurang dari 3/60, diperkirakan bahwa pada saat ini terdapat 45 juta orang yang mengalami kebutaan pada kedua mata dan 135 juta lainnya menderita gangguan penglihatan yang sangat berat pada kedua mata mempunyai visus antara 6/60 sampai 3/60. Totalnya terdapat 180 juta orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia dari sekitar 5,9 milyar penduduk dunia. Objektif dari program WHO adalah untuk pencegahan kebutaan dengan efektif dan mempertahankan penglihatan jika memungkinkan. Target global adalah harus menurunkan prevalensi kebutaan sampai < 0,5 % di seluruh negara atau kurang dari 1% di beberapa negara.2,3,4,5en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKebutaanen_US
dc.subjectKelainan Korneaen_US
dc.titlePrevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea di Kabupaten Langkaten_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages69 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record