Show simple item record

dc.contributor.advisorSihotang, Aslim D.
dc.contributor.advisorParwis, Beby
dc.contributor.advisorArma, Abd. Jalil Amri
dc.contributor.authorWulandari, Novi
dc.date.accessioned2021-11-08T08:37:33Z
dc.date.available2021-11-08T08:37:33Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45406
dc.description.abstractSaat ini penduduk Negara Republik Indonesia adalah ± 210 juta orang dengan usia harapan hidup 62 tahun untuk pria dan 65 tahun untuk wanita. Pertambahan penduduk adalah 1,6% pertahun maka pada akhir tahun 2010, penduduk Negara Republik Indonesia akan mencapai 250 juita orang (1,10). Menurut Slamet Suyono, pada tahun 2020 kelak akan timbul ledakan yang luar biasa besarnya dari penderita diabetes melitus khususnya penderita dengan usia 40 tahun keatas. Prevalensinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. (1,10) Diabetes melitus telah sejak lama diketahui dapat memberi berbagai komplikasi pada mata seperti katarak, glaukoma dan yang paling sering adalah kelainan retina. (4,10,24,27,31,32) Kelainan ini biasanya dikaitkan dengan kemunduran tajam penglihatan/kebutaan. Komplikasi dalam bidang Neuro-Oftalmologi sampai saat ini belum mendapat perhatian yang luas. (10,27,31,32) Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang cukup banyak dijumpai dan mengenai kurang lebih 2% - 4% populasi. Sebagian besar (90%) tergolong diabetes melitus tidak tergantung insulin ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus = NIDDM tipe II), sedangkan 10% adalah diabetes melitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM tipe I). (3,5,10,19,20) Manifestasi DM disebabkan oleh karena defisiensi relatif atau absolut atau resistensi jaringan sasaran terhadap insulin. Insulin merupakan hormon anabolik yang merangsang sitesis glikogen, lemak dan protein. Insulin juga berperan dalam transport glukosa kedalam sel dan penggunaan glukosa oleh jaringan. Hormon in i juga menghambat pemecahan glikogen, lemak dan protein (3,5,10,19) Pengaruh insulin pada keadaan terakhir ini merupakan kebalikan dari pengaruh hormon antagonisnya, yaitu glukagon, epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Pada defisiensi insulin, hormon antagonis insulin yang lebih dominan sehingga terjadi hiperglikemia (3,5,10,19) Akibat hiperglikemia terjadi berbagai proses biokimia dalam sel yang berperan dalam terjadinya komplikasi pada diabetes melitus, seperti katarak, retinopati, nefropati, neuropati dan arterosklerosis. (3,5,18,19,20)en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPupil Cycle Timeen_US
dc.subjectDiabetes Melitusen_US
dc.titlePerubahan Pupil Cycle Time pada Penderita Diabetes Melitusen_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages63 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record