dc.description.abstract | Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diperkirakan 2,25 juta penduduk yang
berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma sudut terbuka primer dimana
setengahnya cenderung telah terjadi gangguan lapang pandangan (1,2,3 ).
Diperkirakan lebih dari 3 juta kebutaan didunia disebabkan oleh glaukoma sudut
terbuka primer dan lebih dari 100 juta penduduk di dunia cenderung terjadi
peningkatan tekanan intraokuler dimana sekitar 2,4 juta dari populasi tersebut
berkembang menjadi glaukoma sudut terbuka primer setiap tahun (1,3 ).
Menurut Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1996, glaukoma
merupakan penyebab kebutaan kedua (0,16 %) dari penduduk Indonesia setelah
katarak (1,04 %). Biasanya dari mereka mengalami kebutaan mulai pada usia 40, 50
dan 60 tahun (4)
Di Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal masyarakat , padahal cukup
banyak yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma sudut terbuka primer terjadi
kerusakan pada saraf optik secara perlahan-lahan, sehingga penderitanya hampir
tanpa keluhan subjektif sehingga penderita sering datang terlambat untuk
pemeriksaan (5).
Glaukoma merupakan penyakit yang dapat dicegah, bila diketahui dini dan
diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (4).
Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya peningkatan tekanan intraokuler, maka
sangat diperlukan pendidikan kesehatan mata bagi masyarakat untuk memberikan
pengertian tentang pentingnya pemeriksaan mata secara rutin serta melatih tenaga
kesehatan profesional untuk mengetahui gejala dan tanda-tanda dari glaukoma (2).
Tekanan intraokuler ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah produksi akuos
humor oleh badan siliar, resistensi dari pengaliran akuos humor pada sudut bilik
mata depan menuju sistem“trabecular meshwork”-kanalis Schlemm dan level dari
tekanan vena episklera (1,2,6,7,8 )
Tekanan intraokuler normal pada manusia dari data penelitian Becker dengan
menggunakan tonometer Shiotz pada 909 populasi adalah 16,1 mmHg dengan SD
2,8 mmHg (2) dan dari penelitian Leydecker dkk (1958) pada 10.000 populasi
mendapatkan nilai tekanan intraokuler 15,8 mmHg dengan SD 2,6 mmHg serta dari
penelitian Goldmann pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi
mendapatkan nilai tekanan intraokuler rata-rata 15,4 mmHg dengan SD 2,5 mmHg
(2,9).
Nilai tekanan intraokuler pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: usia, jenis kelamin, musim, variasi diurnal, ras, kelainan refraksi,
latihan, obat-obat anastesi, alkohol (1,2,9) . Pada beberapa penelitian dijumpai korelasi
antara tekanan intraokuler dengan usia, dimana dengan bertambahnya usia cenderung terjadi peningkatan tekanan intraokuler (2,10), yang mungkin disebabkan
oleh faktor-faktor kardiovaskular (2), demikian juga yang berhubungan dengan jenis
kelamin dimana dari penelitian Armalys (1965) dengan menggunakan tonometer
applanasi mendapatkan tekanan intraokuler pada wanita berusia lebih dari 40 tahun
lebih tinggi dari pria yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor hormonal
(menstruasi) (9). | en_US |