Show simple item record

dc.contributor.advisorTanjung, Azman
dc.contributor.advisorSitepu, Masang
dc.contributor.advisorArma, Abd. Jalil Amri
dc.contributor.authorZaldi
dc.date.accessioned2021-11-09T07:13:48Z
dc.date.available2021-11-09T07:13:48Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45459
dc.description.abstractDari hasil penelitian di Amerika Serikat diperkirakan 2,25 juta penduduk yang berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma sudut terbuka primer dimana setengahnya cenderung telah terjadi gangguan lapang pandangan (1,2,3 ). Diperkirakan lebih dari 3 juta kebutaan didunia disebabkan oleh glaukoma sudut terbuka primer dan lebih dari 100 juta penduduk di dunia cenderung terjadi peningkatan tekanan intraokuler dimana sekitar 2,4 juta dari populasi tersebut berkembang menjadi glaukoma sudut terbuka primer setiap tahun (1,3 ). Menurut Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1996, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua (0,16 %) dari penduduk Indonesia setelah katarak (1,04 %). Biasanya dari mereka mengalami kebutaan mulai pada usia 40, 50 dan 60 tahun (4) Di Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal masyarakat , padahal cukup banyak yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma sudut terbuka primer terjadi kerusakan pada saraf optik secara perlahan-lahan, sehingga penderitanya hampir tanpa keluhan subjektif sehingga penderita sering datang terlambat untuk pemeriksaan (5). Glaukoma merupakan penyakit yang dapat dicegah, bila diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (4). Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya peningkatan tekanan intraokuler, maka sangat diperlukan pendidikan kesehatan mata bagi masyarakat untuk memberikan pengertian tentang pentingnya pemeriksaan mata secara rutin serta melatih tenaga kesehatan profesional untuk mengetahui gejala dan tanda-tanda dari glaukoma (2). Tekanan intraokuler ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah produksi akuos humor oleh badan siliar, resistensi dari pengaliran akuos humor pada sudut bilik mata depan menuju sistem“trabecular meshwork”-kanalis Schlemm dan level dari tekanan vena episklera (1,2,6,7,8 ) Tekanan intraokuler normal pada manusia dari data penelitian Becker dengan menggunakan tonometer Shiotz pada 909 populasi adalah 16,1 mmHg dengan SD 2,8 mmHg (2) dan dari penelitian Leydecker dkk (1958) pada 10.000 populasi mendapatkan nilai tekanan intraokuler 15,8 mmHg dengan SD 2,6 mmHg serta dari penelitian Goldmann pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi mendapatkan nilai tekanan intraokuler rata-rata 15,4 mmHg dengan SD 2,5 mmHg (2,9). Nilai tekanan intraokuler pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis kelamin, musim, variasi diurnal, ras, kelainan refraksi, latihan, obat-obat anastesi, alkohol (1,2,9) . Pada beberapa penelitian dijumpai korelasi antara tekanan intraokuler dengan usia, dimana dengan bertambahnya usia cenderung terjadi peningkatan tekanan intraokuler (2,10), yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor kardiovaskular (2), demikian juga yang berhubungan dengan jenis kelamin dimana dari penelitian Armalys (1965) dengan menggunakan tonometer applanasi mendapatkan tekanan intraokuler pada wanita berusia lebih dari 40 tahun lebih tinggi dari pria yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor hormonal (menstruasi) (9).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectTekanan Intraokuler Priaen_US
dc.subjectWanita Emmetropia Berusia 40 Tahunen_US
dc.titlePerbedaan Tekanan Intraokuler Pria dan Wanita Emmetropia Berusia 40 Tahun atau Lebih pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages60 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record