Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Darmayanti
dc.contributor.authorAdha, Rufaidah
dc.date.accessioned2021-11-10T02:58:06Z
dc.date.available2021-11-10T02:58:06Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45469
dc.description.abstractStigma adalah tindakan memberikan label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk. Stigmatisasi berdampak serius bagi ODHA dalam mencari pengobatan dan menjadi hambatan dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV. Stigma disebabkan karena adanya ketakutan dan adanya kesalahan persepsi tentang HIV/AIDS. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan. Pada penelitian Feyisa dkk pada tahun 2012 menyatakan bahwa 66,4% petugas kesehatan mengalami perasaan ketautan tertular HIV dalam pekerjaannya. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada pasal 4 dan 5 “Setiap orang berhak atas kesehatan” dan “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, serta memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau dan juga setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya”, untuk menerapkan pasal diatas sebagai dokter gigi seharusnya dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa berstigma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan stigma dokter gigi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Medan. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan Cross Sectional. Hasil penelitian ini sebanyak 96,3% responden pada karakteristik pengetahuan tahu bahwa berhubungan seks beresiko dapat meningkatkan peluang terinfeksi HIV, pada karakteristik stigma didomain emosi yang terkait dengan HIV/AIDS sebesar 98,9% merasa kasihan pada anak yang terinfeksi HIV, sebanyak 53,1% responden berpengetahuan cukup dan 68,5% berstigma sedang mengenai HIV/AIDS, uji statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan stigma dokter gigi di Medan (p=0,643). Diasumsikan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan stigma. Faktor resiko HIV/AIDS yang terkait dengan perilaku seks yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika, menyebabkan ketakutan yang irasional sehingga terbentuknya stigma.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectStigmaen_US
dc.subjectHIV/AIDS (ODHA)en_US
dc.titleHubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Stigma Dokter Gigi pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHAen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM150600011
dc.description.pages100 halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record