Show simple item record

dc.contributor.advisorHasibuan, Adriana
dc.contributor.advisorKusdiyana, Eman
dc.contributor.authorLubis, Sry Wahyuni
dc.date.accessioned2018-07-19T01:34:44Z
dc.date.available2018-07-19T01:34:44Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4549
dc.description.abstractBahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang memiliki banyak aturan di dalamnya. Salah satunya adalah partikel atau yang sering disebut dengan joshi dalam bahasa Jepang. Dalam kalimat bahasa Jepang joshi memiliki peranan yang sangat penting. Joshi merupakan kata bantu yang berperan dalam menunjukkan hubungan antara satu kata dengan kata lain, ataupun juga memberi penekanan pada kata serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi. Joshi tidak sama dengan kata kerja, kata sifat, dan kata bantu lainnya, joshi tidak dapat mengalami perubahan bentuk apabila muncul dalam kalimat. Dalam bahasa Jepang, ada beberapa cara penggunaan partikel dalam sebuah kalimat. Salah satunya adalah penggunaan partikel yang letaknya selalu berada di akhir kalimat atau yang sering disebut dengan shuujoshi dalam bahasa Jepang. Biasanya shuujoshi digunakan untuk menunjukkan perasaan si pembicara. Dalam mempelajari atau mengkaji shuujoshi kita perlu mengetahui fungsi ataupun makna shuujoshi dalam kalimat atau tuturan yang digunakan dalam suatu percakapan baik itu kalimat yang diutarakan secara lisan, tulisan, dalam bentuk cerita, ditujukan untuk diri sendiri maupun kalimat yang diutarakan dalam hati. Shuujoshi merupakan partikel yang tidak dapat berdiri sendiri. Shuujoshi tidak dapat memiliki arti khusus namun dapat menjadi pemberi arti pada kata yang diikutinya. Dengan kata lain, makna dari suatu shuujoshi akan terlihat berdasarkan letak dan situasi dimana partikel itu digunakan. Oleh sebab itu, dalam penulisan ini penulis menggunakan semantik gramatikal untuk mencari fungsi dari setiap shuujoshi dalam penulisan ini. Bunpouteki-imi atau yang sering disebut dengan makna gramatikal dalam bahasa Indonesia merupakan makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, partikel (joshi) dan kopula (jodoushi) tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna gramatikal sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Sama halnya dengan shuujoshi yang kebanyakan maknanya terlihat dari fungsinya. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis fungsi dan makna Shuujoshi yang terdapat dalam komik Saba No Natsu Ga Kita Ditinjau dari Segi Semantik” penulis meneliti dan mencari bagaimana fungsi dan makna dari setiap shuujoshi yang terdapat dalam komik tersebut. Dalam komik Saba No Natsu Ga Kita terdapat 16 jenis shuujoshi yang masing-masing shuujoshi memiliki fungsi dan makna tertentu, yaitu: 1. Shuujoshi ka memiliki 6 fungsi: 1) untuk menunjukkan pertanyaan retorikal pada diri sendiri (tidak memiliki makna), 2) untuk menunjukkan pertanyaan dan maknanya adalah “apakah”, 3) pertanyaan yang digunakan untuk mengkonfirmasi dan bermakna “apakah’, 4) digunakan untuk menekankan kalimat tanya retorikal yang sering dengan pola “..de wa/ ja nai ka ~では/じゃないか” (tidak memiliki makna), 5) memberi saran atau ajakan dan makna terlihat berdasarkan kata/kalimat yang ada di depannya, 6) digunakan untuk mengingatkan atau menunjukkan nada emosi atau perasaan (tidak memiliki makna). 2. Shuujoshi ga digunakan untuk menunjukkan arti yang tidak disebutkan dimana berbeda dengan yang dinyatakan dan dapat diartikan sebagai “ya, tapi”. Shuujoshi ga digunakan untuk mengekspresikan ketidakyakinan atau keraguan. Shuujoshi ga juga berfungsi untuk mengungkapkan pengharapan bahwa sesuatu akan berubah menjadi baik tetapi membiarkan hasil yang buruk terjadi. Kedua fungsi shuujoshi “Ga” di atas bisa diartikan sebagai “tetapi” 3. Shuujoshi sa memiliki 3 fungsi, yaitu: 1) digunakan untuk menunjukkan bahwa apa yang mendahului partikel adalah untuk tidak dianggap serius, adalah sesuatu yang pasti, atau masalah keharusan. 2) untuk melembutkan pernyataan, dan 3) menunjukkan sebuah respon kritikan terhadap sesuatu. Untuk shuujoshi sa hanya memiliki fungsi dan tidak ada maknanya. 4. Shuujoshi jan berfungsi untuk memastikan apa yang diketahui oleh si pendengar, yang kadang-kadang bersamaan dengan kritikan dan tidak memeiliki makna. 5. Shuujoshi kedo digunakan untuk menunjukkan keraguan si pembicara dengan mengakhiri kalimat dengan kata “tetapi” dan sisanya tidak disebutkan. Yang menandakan keraguan ini dibuat untuk menunjukkan kesopanan (dengan tidak menyebutkan apa yang dipikirkan sebenarnya), namun artinya atau maksudnya tetap terlihat jelas. Kedo Sering digunakan sebagai pengekspresian perbedaan pendapat secara tidak langsung dapat dimaknai dengan kata “tetapi”. 6. Shuujoshi mono menunjukkan alasan untuk sesuatu dimana hal tersebut merupakan pembenaran terhadap perbuatan si pembicara. Berbeda dengan kara dan node dimana partikel mono lebih lembut dan feminim, tidak terlalu terus terang, dan jauh lebih menunjukkan toleransi atau berkesan manja. Fungsi lainnya adalah untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau keinginan dan tidak ada maknanya. 7. Shuujoshi ya digunakan saat berbicara pada diri sendiri dan mencoba untuk meyakinkan diri sendiri tentang sesuatu. Penggunaan ya menunjukkan sedikit ketidaktulusan dan lebih mendadak. Shuujoshi ini hanya memeiliki fungsi dan tidak ada maknanya. 8. Shuujoshi yara digunakan untuk menunjukkan keraguan tentang siapa, dimana, kapan, bagaimana dan sebagainya. Shuujoshi ini juga hanya memeiliki fungsi dan tidak ada maknanya. 9. Shuujoshi wa digunakan untuk melembutkan ungkapan dari suatu ketetapan hati, keinginan, tujuan, dan emosi. Partikel ini juga berfungsi untuk mengekspresikan rasa kagum, dan untuk mengekspresikan seruan. Shuujoshi ini hanya ada fungsi dan tidak memiliki makna. 10. Shuujoshi kara dan node digunakan untuk menunjukkan sebuah alasan untuk tidak melakukan sesuatu tetapi tidak mengatakan hal itu tidak bisa dilakukan secara langsung. Hal ini juga dapat diartikan sebagai bentuk penolakan yang sopan dengan tidak menyebutkan kalimat penolakan secara langsung, atau memberi sebuah alasan dengan mengakhirinya dengan kata “karena” dan kalimat selanjutnya tidak disebutkan. Partikel kara juga digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan, mengecam, atau memperingatkan si pendengar. Dan partikel node yang diletakkan di akhir kalimat, didahului dengan sebuah alasan karena suatu perbuatan yang dijelaskan dalam kalimat bagian pertama. 11. Shuujoshi no digunakan untuk menunjukkan sebuah pertanyaan (penggunaan bahasa sehari-hari), memberi nada yang lebih lembut pada sebuah pernyataan, dan shuujoshi no juga berfungsi untuk mempertegas suatu perbuatan atau keadaan yang dijelaskan. Shuujoshi ini tidak memiliki makna. 12. Shuujoshi na berfungsi untuk meringankan efek dari suatu tuntutan, sebagai partikel seru atau mengekspresikan emosi (ditemukan dalam bahasa laki-laki), mengekspresikan ungkapan atau kata yang mengandung angan-angan, ketiga fungsi di atas tidak memiliki makna apa-apa. Shuujoshi na juga berfungsi untuk memperoleh jawaban dari lawan bicara dengan menyetujui pernyataan yang dibuat. Dapat diartikan dengan kata tambahan “..kan” dalam bahasa Indonesia. 13. Shuujoshi ne memiliki 8 fungsi, yaitu: 1) untuk meminta kepastian / penegasan, 2) meminta persetujuan dari pendengar, 3) menunjukkan emosi atau rasa kagum, 4) menunjukkan persetujuan dengan orang lain, 5) menyatakan permintaan konfirmasi, 6) menandakan pernyataan, 7) menyatakan pernyataan dari pendapat yang berbeda, 8) shuujoshi ne juga sering mengikuti frasa dengan kata ganti introgatif, dimana melembutkan pertanyaan. Shuujoshi ne hanya memiliki fungsi dan tidak memiliki makna. 14. Shuujoshi yo juga memiliki 8 fungsi, yaitu 1) sebagai partikel yang menunjukkan keinginan untuk melakukan sesuatu, 2) menandakan sebuah permintaan, 3) menandakan kepastian dari suatu pernyataan, 4) menyatakan bentakan atau hinaan, 5) menandakan kata seru, 6) mengekspresikan keadaan emosional, 7) mempertegas kalimat saran, 8) menyangkal/membantah penilaian dan pertimbangan pendengar yang dianggap berbeda dengannya. Untuk shuujoshi yo hanya memiliki fungsi dan tidak memiliki makna apa-apa. 15. Shuujoshi ze digunakan untuk menambahkan tekanan pada pernyataan (tidak memiliki makna). 16. Shuujoshi zo digunakan untuk menambahkan tekanan pada kata untuk memberi semangat pada diri sendiri atau mendorong diri sendiri dan tidak memiliki makna.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectFungsi dan Makna Shuujoshien_US
dc.titleAnalisis Fungsi dan Makna Shuujoshi dalam Komik Saba No Natsu Ga Kita Ditinjau dari Segi Semantiken_US
dc.title.alternativeImiron No Kanten Kara Saba No Natsu Ga Kita No Manga Ni Okeru Shuujoshi No Kinou To Imi No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM150722010en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record