Show simple item record

dc.contributor.authorNoorcahyati, Siti
dc.date.accessioned2021-11-10T04:30:56Z
dc.date.available2021-11-10T04:30:56Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45502
dc.description.abstractAsma sebagai kelainan saluran pernafasan kronik mempunyai prevalensi yang makin terus meningkat dalam dua hingga tiga dekade terakhir ini. 1.2.3 Sampai saat ini terjadi peningkatan terhadap angka morbiditas ataupun mortalitas asma di Indonesia dan hal tersebut menjadi masalah kesehatan yang cukup serius, walaupun pemahaman terhadap pengobatan asma bertambah baik. Prevalensi asma di Indonesia berkisar antara 2% hingga 4% atau 3 hingga 5 juta orang dan sebanyak 1% diantaranya memerlukan perawatan rumah sakit karena serangan asma akut yang berat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh diagnosa yang terlambat serta penatalaksanaan yang tidak tepat. 4 . Menurut Haahtela T, secara klinis asma sering tidak terdiagnosa secara cepat dan keterlambatan ini merupakan suatu hal yang sangat bermasalah dalam penanganan penderita. Dikutip dari 5 Teori dasar penyebab asma sangat komplek, melibatkan interaksi antara faktor genetik, paparan alergen dan faktor lingkungan (populasi udara, rokok, infeksi saluran pernafasan). 6 Infeksi viral dan Mycoplasma penumoniae ( M. penumoniae) telah menimbulkan implikasi terhadap makin meluasnya penyakit tersebut. Pengamatan pertama tentang hubungan antara infeksi Chlamydia penumoniae ( C. penumoniae) dengan semakin meluasnya asma dilakukan pada tahun 1986.1 Proses inflamasi kronik pada orang dewasa sering tidak diketahui penyebabnya. 7 Akhir-akhir ini C. pneumoniae merupakan penyebab penyakit pernafasan pada manusia yang menyebar secara endemik dan epidemik, diduga penularannya dari orang ke orang melalui sekret pernafasan dengan masa inkubasi beberapa minggu setelah penularan. 7,8,9 C. pneumoniae, diindentifikasi sebagai suatu bakteri patogen intraseluler pada manusia, dapat berperan dalam penyebab timb ulnya asma yang mungkin sebagai sensitisasi alergi ( allergic sensitization),10 infeksi terbanyak didapati pada daerah pernafasan dan sering memperlihatkan gejala ringan atau tanpa gejala.9,10,11,12,13,14 Keadaan infeksi akut pada saluran nafas bagian atas dan bawah dijumpai sekitar 70% hingga 90% kasus, 15 organisme ini akan menetap beberapa bulan pada saluran nafas atas yang dapat menjadi progresif sehingga memperburuk penyakit asma dimana keadaan ini akan berlanjut menjadi asma kronik.14 Penelitian yang dilakukan di Australia, dari 170 penderita asma, didapati 80% terinfeksi C. pneumoniae,16,17 dan sekitar 40% hingga 60% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia menunjukan bahwa infeksi C . penumoniae sebagai bakteri patogen pada manusia, umumnya menyebabkan infeksi yang berulang. 1,8,13 Menurut Monica Kraft dkk, menyatakan bahwa penelitian terbaru yang menunjukan infeksi kronik saluran pernafasan oleh C. penumoniae dapat menyebabkan perburukan yang mungkin pada penderita asma tersebut dapat diobati berdasarkan penyebabnya. 18,19 .en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectImunoblobulin M (lgM)en_US
dc.subjectImunoblobulin G (lgM)en_US
dc.subjectChlamydia pneumoniaeen_US
dc.titlePemantauan Kadar Imunoglobulin M (lgM) dan Imunoglobulin G (lgM) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages19 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record