Show simple item record

dc.contributor.authorTarigan, Setia Putra
dc.date.accessioned2021-11-10T07:24:55Z
dc.date.available2021-11-10T07:24:55Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45522
dc.description.abstractEmpiema masih merupakan masalah penting dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi.1 Mense GPL pernah meneliti tingkat keberhasilan dari beberapa prosedur penatalaksanaan empiema dan mendapatkan hasil bahwa dengan tindakan dekortikasi sekalipun, angka keberhasilannya tidak mencapai 100 %. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa dengan penggunaan selang dada, angka keberhasilannya hanya 11 %.1 Mengetahui jenis kuman penyebab empiema dan memberikan antibiotik yang tepat merupakan salah satu hal yang sangat membantu dalam penatalaksanaan empiema disamping drainase yang baik dari rongga pleura. Untuk mengetahui jenis kuman tersebut dapat dilakukan dengan cara pewarnaan langsung ataupun dengan mengkultur cairan empiema tersebut. Untuk mengetahui antibiotik yang tepat untuk kuman penyebab empiema tersebut, dilakukan pemeriksaan uji kepekaan. Semua pemeriksaan ini memerlukan waktu yang kadang kadang cukup lama sementara pemberian antibiotik tidak mungkin ditunda menunggu hasil pemeriksaan tersebut. Lalu dasar apa yang kita pakai untuk memilih antibiotik yang kira kira tepat sebelum hasil pemeriksaan kita dapatkan. Disinilah perlunya kita mempunyai pola kuman penyebab empiema dan uji kepekaan terhadap antibiotik agar antibiotik yang kita berikan dapat lebih tepat. Disamping itu dari pola tersebut dapat dibuat suatu hubungan antara penyakit yang mendasari dan kuman yang didapat. Seperti pada penelitian retrospektif yang dilakukan Chen dari tahun 1989 sampai 1998 di National Taiwan University Hospital didapat hasil kuman yang paling banyak didapat dari kultur adalah bakteri aerob Gram negatif (49,6 %) dengan jenis terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae (24,4 %). Didapati juga hasil bahwa penyakit yang mendasari paling banyak adalah diabetes mellitus. Peneliti juga menduga adanya hubungan yang kuat antara diabetes mellitus dan bakteri Klebsiella pneumoniae, sebab dijumpai 44 % Klebsiella pneumoniae dengan penyakit dasar diabetes mellitus dan hanya 15 % non Klebsiella pneumoniae mempunyai diabetes mellitus.1,2en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPola Kumanen_US
dc.subjectUji Kepekaanen_US
dc.subjectEmpiemaen_US
dc.titlePola Kuman dan Uji Kepekaan dari Empiema di RSUP. H. Adam Malik Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages68 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record