Analisis Struktural Novel “Rahasia Hati” Karya Natsume Soseki
Natsume Soseki No Sakuhin No “Kokoro” To Iu Shousetsu No Kouzou No Bunseki
Abstract
Karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat yang dapat mencerminkan kehidupan. Karya sastra dibagi menjadi dua jenis, karya sastra yang bersifat non fiksi dan fiksi. Salah satu bentuk karya sastra fiksi yang banyak diminati oleh masyarakat adalah novel. Novel terdiri dari dua unsur yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang berada dalam karya sastra itu. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra. Salah satu contoh karya sastra fiksi adalah novel “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki yang menceritakan tentang seseorang yang memiliki rahasia dan membuat dia merasakan kesunyian dalam hidupnya karena tidak ada seorang pun yang dapat ia percaya. Setelah penulis membaca novel “Rahasia Hati” jika dilihat dari segi struktural, memiliki tema dan alur yang baik karena peristiwa alur yang berurutan mulai dari exposition sampai falling action. Serta penggunaan latar, sudut pandang, dan amanat yang jelas. Namun, penulis menemukan ketidakseimbangan pada unsur penokohan. Yaitu karena tokoh protagonis lebih banyak terdapat dalam novel dibandingkan tokoh antagonis. Sehingga membuat cerita menjadi sedikit monoton. Penulis menganalisis novel “Rahasia Hati” ini menggunakan pendekatan struktural, yang merupakan pendekatan instrinsik. Melalui pendekatan struktural, dapat dilihat bahwa tema novel “Rahasia Hati” ini adalah tentang kesunyian hidup di dunia modern yang dirasakan oleh seseorang karena pengaruh perubahan sikap dalam dirinya. Hal ini membuat Sensei menjadi pribadi yang menaruh curiga kepada semua orang. Dan melakukan apa saja untuk mewujudkan keinginannya. Hubungan antara tema dengan alur sangat baik. Konflik mulai terjadi pada tahap inciting force hingga climax. Yaitu saat kelicikan sikap Sensei yang berpura-pura sakit untuk melamar Ojosan tanpa sepengetahuan temannya. Saat Sensei menyadari kalau perbuatannya itu salah, Sensei ingin meminta maaf pada temannya. Namun, temannya meninggal dunia dan membuat Sensei merasa bersalah. Sensei pun memutuskan untuk bunuh diri sebagai balasan yang tepat bagi dirinya.
Penokohan Sensei yang merupakan tokoh utama digambarkan sebagai orang yang memiliki sikap pendendam. Tokoh protagonis lebih banyak dibandingkan dengan tokoh antagonis. Hanya terdapat satu tokoh antagonis saja yaitu Sensei. Hal ini membuat tema tidak begitu berkaitan dengan penokohan dan membuat cerita sedikit monoton. Novel ini menggunakan latar tempat kota Kamakura, Tokyo, dan perkuburan di Zoshigaya. Latar waktu dalam novel ini adalah musim panas, musim dingin, awal bulan September, dan Tahun Baru. Latar sosial juga terdapat dalam novel ini, misalnya sebuah tradisi memainkan music tradisional Jepang yaitu koto. Dan kebiasaan membakar dupa saat ada seseorang yang meninggal dunia. Hubungan antara latar dengan tema ketika pertemuan Sensei dengan tokoh “aku” pertama kali di kota Kamakura saat liburan musim panas. Hubungan antara latar dengan alur digambarkan melalui tahapan-tahapan peristiwa dalam novel ini. Dalam alur dijelaskan bahwa keakraban Sensei dengan tokoh “aku” berlangsung di Tokyo yang merupakan tempat tinggal Sensei. Hubungan antara latar dengan penokohan digambarkan melalui sikap Sensei. Setiap bulan Sensei selalu pergi ke Zoshigaya untuk berziarah ke makam temannya. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya karena perasaan bersalah yang ada dalam dirinya. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam menyampaikan cerita novel ini adalah sudutpandang orang pertama. Hal ini dapat dilihat ketika tokoh “aku” dan tokoh Sensei memulai cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Hubungan antara sudut pandang dengan tema ditunjukkan melalui cara pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu tokoh “aku” dan Sensei. Keterkaitan atau hubungan sudut pandang dengan alur ditunjukkan melalui tahapan-tahapan peristiwa yang dibangun dalam cerita. Hubungan sudut pandang dengan penokohan ditunjukkan melalui cara pengarang menciptakan sikap dan perilaku para tokoh. Keterkaitan sudut pandang dengan latar ditunjukkan melalui cara pengarang menyampaikan secara jelas tentang tempat, waktu, dan kejadian sosial yang terjadi dalam novel. Keterkaitan antara sudut pandang dengan amanat adalah melalui pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerita dan kejadian yang ada dalam novel. Amanat yang ada dalam novel ini juga jelas. Yakni, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca untuk bersikap hormat kepada siapapun. Terutama kepada orang yang lebih tua. Pengarang juga ingin menyampaikan agar kita selalu berbakti kepada orang tua, dalam keadaan sehat atau sakit. Keterkaitan antara amanat, tema, alur, dan penokohan adalah melalui cerita yang terdapat dalam novel. Novel ini bercerita tentang kesunyian hidup di dunia modern yang dirasakan oleh Sensei. Karena alur pada novel ini merupakan alur yang baik, maka dapat mendukung tema dalam cerita novel ini. Hingga amanat dalam novel dapat tersampaikan dengan jelas. Melalui sikap dan perilaku para tokoh, juga keputusan yang diambil para tokoh, dapat memberikan amanat atau pesan yang bisa diambil oleh para pembaca. Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan struktural, novel “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam novel ini ditemukan ketidakseimbangan pada unsur penokohan. Ditemukan juga bahwa novel ini mempunyai keterkaitan atau hubungan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat cerita. Sehingga novel ini dapat menjadi struktur cerita yang utuh.
Collections
- Undergraduate Theses [525]