Analisis Morfologi, Fisiologi dan Biokimia Tanaman Kelapa Sawit Tercekam Kekeringan pada Fase Pembibitan
View/ Open
Date
2021Author
Pangaribuan, Ikhwan Fadli
Advisor(s)
Rahmawati, Nini
Akoeb, Erwin Nyak
Metadata
Show full item recordAbstract
Oil palm is a crop that sensitive to drought. Therefore, drought tolerance and water-use efficient oil palm planting material are needed to produce optimally in a climate-changing condition. One of the methods to see plant responses to drought in the nursery stage is using the Fraction to Transpiration Soil Water (FTSW) method. This method is based on observations of plant transpiration conditions. FTSW method describes the soil and plant moisture condition based on the amount of water transpired by plants. This research arranged with Randomized Block Design replicated three times with two factors (three FTSW levels and six oil palm varieties) and aimed to determine plant response to drought stress. The result showed that FTSW 0 (permanent wilting point) was obtained on day 40. Drought stress treatment (FTSW 0,4 and FTSW 0,1) has a significant effect on the growth of plant morphology based on parameters of plant height, number of leaves, stem diameter, root length and root volume. Drought stress treatment also gives a significant effect on plant physiology based on parameters of fresh weight and dry weight of plants. Drought stress treatment gives a significant effect on the biochemical response of plants based on parameters of chlorophyll content, proline content and abscisic acid (ABA) content in plants. The oil palm varieties DyxP Dumpy, DxP Simalungun and DxP PPKS 239 gave the best morphological and physiological responses to drought stress based on parameters of plant height, number of leaves, stem diameter, root length, root volume, plant wet weight, plant dry weight. There is no significant difference in the biochemical response of various plant varieties to drought stress based on parameters of proline and abscisic acid content in plants. Kelapa sawit merupakan tanaman yang sensitif terhadap kekeringan. Oleh karena itu, bahan tanam kelapa sawit yang memiliki toleransi terhadap kekeringan dan efisien menggunakan air diperlukan untuk produksi yang optimal pada kondisi perubahan iklim. Salah satu metode untuk melihat respons tanaman terhadap kekeringan pada metode pembibitan adalah metode Fraction to Transpiration Soil Water (FTSW), dimana metode ini berdasarkan pengamatan kondisi transpirasi tanaman. Metode FTSW (Fraction of Transpirable Soil Water) dapat menggambarkan kondisi lengas tanah berdasarkan jumlah air yang ditranspirasikan oleh tanaman. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor (3 taraf FTSW dan 6 varietas kelapa sawit) dan bertujuan untuk melihat respons tanaman yang paling baik terhadap cekaman kekeringan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa FTSW 0 (titik layu permanen) didapat pada hari ke-40. Perlakuan cekaman kekeringan (FTSW 0,4 dan FTSW 0,1) memberikan pengaruh nyata terhadap respons morfologi, fisiologi dan biokimia tanaman. Cekaman kekeringan memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan morfologi tanaman dilihat dari parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar dan volume akar. Perlakuan cekaman kekeringan juga memberikan pengaruh nyata terhadap fisiologi tanaman dilihat dari parameter bobot basah dan bobot kering tanaman. Perlakuan cekaman kekeringan memberikan efek nyata terhadap respons biokimia tanaman dilihat dari parameter kandungan klorofil, kandungan prolin dan kandungan asam absisat (ABA) pada tanaman. Varietas DyxP Dumpy, DxP Simalungun dan DxP PPKS 239 memberikan respons morfologi dan fisiologi paling baik terhadap cekaman kekeringan dilihat dari karakter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, volume akar, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman. Tidak ada perbedaan nyata respons biokimia berbagai varietas tanaman terhadap cekaman kekeringan dilihat dari parameter kandungan prolin dan asam absisat pada tanaman.
Collections
- Master Theses [416]