Pengaruh Tekanan Hiperbarik pada Sistem Pasak yang Berbeda Pasca Endodontik Terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur : In Vitro

Abstract

Introduction: Hyperbaric pressure is a condition of environmental pressure that is greater than 1 atmosphere experienced by divers. Hyperbaric pressure can damage the teeth, as well as restorations. The use of fiber posts in post-endodontic restorations has limitations in adapting the shape of the post to the root canal which can cause the thicker of resin cement so that the risk of void formation will be greater. This study aims to evaluate the effect of hyperbaric pressure on fracture resistance and fracture patterns in different post systems. Materials and methods: Forty extracted single root mandibular premolars were decoronated 2 mm above the CEJ and endodontic treatment was done. The teeth were divided into four groups: A (Single prefabricated fiber post with 1 ATA air pressure), B (Single prefabricated fiber post with 4 ATA hyperbaric pressure), C (Anatomic fiber post with 1 ATA air pressure), D (Anatomic fiber post with 4 ATA hyperbaric pressure). All posts were cemented with dual cure resin cement with total etch adhesive system. The core and crown were made clinically with direct composite resin and then carried out a thermoycling process for 200 cycles. Groups B and D was put in to hyperbaric chamber with pressure changes from 1 ATA to 4 ATA for 24 cycles. The fracture test was performed using a Universal Testing Machine (UTM) with static load was applied to the axial tooth at a speed of 0.5 mm/min until fracture occurred and the fracture pattern was observed. The data obtained was tested with one-way analysis of variance (ANOVA), while for fracture patterns with categorical data were tested using Kruskal Wallis Test. Results: The results of the ANOVA test showed that there were significant differences in fracture resistance in each group. The results of the LSD test showed that there were differences in fracture resistance in post-endodontic teeth restored with posts with hyperbaric pressure 4 ATA. The Kruskal Wallis test showed no significant difference for fracture patterns in different post systems after hyperbaric pressure was applied. Conclusion: The results showed that hyperbaric pressure has an effect on fracture resistance in different post endodontic post systems. However, hyperbaric pressure has no effect on fracture patterns in different post endodontic post systems.

Pendahuluan: Tekanan hiperbarik merupakan suatu kondisi tekanan lingkungan lebih dari 1 atmosfir yang dialami oleh penyelam. Tekanan hiperbarik dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, maupun restorasi. Penggunaan pasak fiber pada restorasi pasca endodonti memiliki keterbatasan dalam adaptasi bentuk pasak dengan saluran akar yang dapat menyebabkan penggunaan semen resin lebih tebal sehingga resiko terbentuknya void akan semakin besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tekanan hiperbarik pada gigi pasca enodontik yang direstorasi dengan sistem pasak yang berbeda terhadap ketahanan fraktur dan pola fraktur. Bahan dan cara: Empat puluh gigi premolar mandibula akar tunggal yang telah diekstraksi didekoronasi 2 mm di atas CEJ dan dilakukan perawatan saluran akar. Gigi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu A (Pasak fiber prefabricated tunggal dengan tekanan udara 1 ATA), B (Pasak fiber prefabricated tunggal dengan tekanan hiperbarik 4 ATA), C (Pasak fiber anatomik dengan tekanan udara 1 ATA), D (Pasak fiber anatomik dengan tekanan hiperbarik 4 ATA) Seluruh pasak disementasi dengan semen resin dual cure dengan sistem adhesif total etch. Pembuatan inti dan mahkota klinis dilakukan dengan resin komposit direk kemudian dilakukan proses thermoycling sebanyak 200 siklus. Kelompok B dan D diberikan simulasi penyelaman menggunakan chamber hiperbarik 4 ATA sebanyak 24 siklus. Uji fraktur dilakukan dengan alat Universal Testing Machine (UTM). Tekanan diberikan searah aksial gigi dengan kecepatan 0,5 mm/ menit sampai terjadi fraktur dan dilakukan pengamatan pola fraktur. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians satu arah (ANOVA), sedangkan untuk pola faktur yang memiliki data kategorial akan di uji statistik dengan Uji Kruskal Wallis). Hasil: Hasil Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketahanan fraktur pada setiap kelompok perlakuan. Hasil Uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan ketahanan fraktur pada gigi pasca endodontik yang direstorasi dengan pasak dengan tekanan hiperbarik 4 ATA. Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk pola fraktur pada sistem pasak yang berbeda setelah diberikan tekanan hiperbarik. Kesimpulan: Tekanan hiperbarik memberikan pengaruh terhadap ketahanan fraktur pada sistem pasak yang berbeda pasca endodontik. Namun tekanan hiperbarik tidak memberikan pengaruh terhadap pola fraktur pada sistem pasak yang berbeda pasca endodontik.