| dc.description.abstract | Kemdikbud mengeluarkan Surat Edaran tanggal 17 Maret 2020 yang menyatakan seluruh kegiatan belajar mengajar baik untuk siswa dan mahasiswa menggunakan metode daring sebagai upaya pencegahan terhadap penyebaran virus korona. Perubahan sistem pembelajaran ini dapat berdampak pada kondisi psikologis mahasiswa seperti stres, kecemasan, dan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan psikologis yaitu stres, kecemasan, dan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang sedang melaksanakan pembelajaran daring. Jenis penelitian adalah survey deskriptif dan yang menjadi sampel adalah seluruh mahasiswa FKG USU stambuk 2020 yang berjumlah 247 orang. Keadaan psikologis diukur menggunakan DASS-42. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa paling banyak tidak stres sebesar 44,5%, stres sedang 23,1%, stres parah 8,9%, dan sangat parah 1,6%. Terkait keadaan stres, 71,3 menyatakan kadang-kadang merasa mudah marah karena hal-hal sepele, 62,8% menyatakan kadang-kadang cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, 62,3% menyatakan kadang-kadang merasa tidak sabar dengan apapun yang menghalangi pekerjaan yang sedang ia lakukan, dan 61,1% menyatakan kadang-kadang merasa sulit untuk beristirahat Tingkat kecemasan mahasiswa paling banyak kecemasan sedang yaitu sebesar 31,2%, diikuti kecemasan parah 23,5%, normal (tidak cemas) 17,8%, kecemasan ringan 12,1%, dan sangat parah 15,4%. Terkait keadaan kecemasan, 74,5%menyatakan tidak pernah mengalami kesulitan dalam menelan, 61,5% menyatakan tidak pernah merasakan gangguan saat bernapas, kemudian diikuti 53,4% menyatakan kadang-kadang merasa ketakutan. Tingkat depresi paling banyak normal (tidak depresi) sebesar 50,6%, depresi sedang 20,2%, depresi ringan 18,6%, depresi parah 6,5%, dan sangat parah 4%. Terkait keadaan depresi, 66,8% menyatakan tidak pernah merasa hidupnya tidak berarti, 59,9% menyatakan tidak pernah merasa sangat tidak berharga, kemudian diikuti 59,9% menyatakan tidak pernah merasa tidak ada harapan untuk masa depan. Penyebab stres paling banyak yaitu tugas pembelajaran sebanyak 72,5%, kemudian diikuti dengan tidak dapat mengaplikasikan pembelajaran praktek laboratorium karena ketidaksediaan alat sebanyak 64,4%, tidak dapat mengikuti pembelajaran daring/online karena kuota internet yang terbatas 61,1%, dan juga proses pembelajaran daring/online yang mulai membosankan sebanyak 48,2%. | en_US |