Relasi Patron Klien Tauke Kopi dan Petani Kopi di Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Abstract

The social relationship created in the coffee farming community in Kampung Bale Atu is the Patron-Client relationship. The Patron-Client relationship is vertical. Tauke parties are in the position of upper class status (superior) and lower class farmers (inperior) so it is not uncommon in patron-client relations that farmers are often harmed. Farmers' income depends on crop yields, when crop yields decrease, farmers' incomes will fall, making farmers owe coffee. With the formulation of the problem How the relationship of client patron between tauke and coffee farmers can occur long interwoven? This study aims to look at and know the relationship between coffee farmers and coffee farmers and to find out why the relationship can last so long. This research method uses quality research with a descriptive approach, to clearly describe the relationship between tauke and farmers in maintaining client patron relationships. Data collection techniques are carried out with observation, interviews and documentation. In this study researchers used the client patron theory of James C. Scott. From the results of research that has been done, the relationship between tauke and farmers is a relationship that is deliberately built by the two where the relationship is a profitable cooperation relationship, coffee tauke requires farmers' crops for smooth business and farmers need tauke to sell their crops. The findings of this study show that client patrons that occur in coffee tauke and coffee farmers are due to several factors, namely marketing of coffee results, consumption and trust. The cause of the relationship lasts a long time is due to dependency relationships, familial relationships /kinship and Loan Relationships or Receivable Debts. The model of client patron relationship between coffee tauke and coffee grower is the reciprocity relationship, and loyalty relationship.

Hubungan sosial yang tercipta pada masyarakat petani kopi di Kampung Bale Atu adalah hubungan Patron-Klien. Relasi Patron-Klien bersifat vertikal. Pihak tauke berada pada posisi status kelas atas (superior) dan petani kelas bawah (inperior) sehingga tidak jarang dalam relasi Patron-Klien tersebut petani sering dirugikan. Pendapatan petani tergantung dari hasil panen, ketika hasil panen menurun maka pendapatan petani akan ikut turun sehingga membuat petani berhutang kepada tauke kopi. Dengan rumusan masalah Bagaimana relasi patron klien antara tauke dan petani kopi dapat terjadi terjalin lama?. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui relasi yang terjalin antara tauke kopi dan petani kopi dan untuk mengetahui mengapa hubungan tersebut bisa bertahan lama. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitif dengan pendekatan deskriptif, untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai relasi tauke dan petani dalam mempertahankan hubungan patron klien. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori Patron klien dari James C. Scott. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun relasi yang terjalin antara tauke dan petani merupakan hubungan yang sengaja di bangun oleh keduanya dimana hubungan tersebut adalah hubungan kerja sama yang bersifat menguntungkan, tauke kopi membutuhkan hasil panen petani untuk kelancaran usahanya dan petani membutuhkan tauke untuk menjual hasil panennya. Temuan penelitian ini menunjukkan patron klien yang terjadi pada tauke kopi dan petani kopi disebabkan karena beberapa faktor yaitu pemasaran hasil kopi, konsumsi dan kepercayaan. Penyebab hubungan tersebut bertahan lama yaitu karena hubungan ketergantungan, hubungan kekeluargaan/kekerabatan dan Hubungan Pinjaman atau Utang Piutang. Adapun model hubungan patron klien antara tauke kopi dan petani kopi adalah hubungan resiprositas, dan hubungan loyalitas.