dc.contributor.advisor | Syahrin, Alvi | |
dc.contributor.advisor | Ablisar, Madiasa | |
dc.contributor.advisor | Sunarmi | |
dc.contributor.author | Manurung, Frengky | |
dc.date.accessioned | 2022-01-28T07:22:55Z | |
dc.date.available | 2022-01-28T07:22:55Z | |
dc.date.issued | 2021 | |
dc.identifier.uri | https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/47199 | |
dc.description.abstract | This study focuses on the disparity of judges' decisions on narcotics crimes in
the jurisdiction of the Rantauprapat District Court. The case studies adopted in this
study are: 1) PN. Rantauprapat Decision No. 159/Pid.Sus/2019/PN.Rap., An.
Defendant “Musa”; 2) PN Rantauprapat Decision No. 629/Pid.Sus/2020/PN.Rap., An.
Defendant "Husin". The two defendants were both charged with Article 112 paragraph
(1) of the Narcotics Law, but there were differences in the demands for prison
sentences, namely: Defendant Musa was charged with 8 years, while Defendant Husin
was sentenced to 6 years. The demands for fines are also the same, namely Rp.
1,000,000,000,-. The problems in this study: 1) The regulation of punishment for
narcotics criminals according to the Narcotics Law; 2) Legal analysis of judges'
considerations in making decisions on the two court decisions, and 3) Factors causing
the disparity of judges' decisions to the two decisions.
This research method, the type is normative legal research, is descriptive. The
approach uses a statutory approach. The data comes from secondary data, the decision
is obtained from the Registrar of the Rantauprapat District Court. Data collection
techniques are literature and field studies using document studies and interviews. Data
analysis using qualitative.
The results of the study show that: 1) Criminalization arrangements for
narcotics criminals based on the Narcotics Law can worsen the situation for narcotics
abusers. Because, Article 112 and Article 114 can be imposed on narcotics abusers,
on the contrary Article 127 which should be imposed on users can also be imposed on
narcotics dealers or dealers; 2) The two decisions that are appointed as examples of
cases, based on the theory of criminal disparity, have actually been legally tried,
processed in ways that are based on law. However, the results do not meet the growing
sense of justice in society; 3) The factors causing the disparity of judges' decisions on
narcotics crime cases raised in this study, namely: a) Legal factors, there are multiple
interpretations in Article 112 and Article 127 of the Narcotics Law; b) The factor of
law enforcement officers, there is a judge's discretionary authority to use his authority
to find the true truth that is not used by the deciding judge; c) Legal culture factors,
there is a culture of bribery and peace in place, as well as processing demands and
decisions with lighter penalties. It is recommended to: 1) The Government of the
Republic of Indonesia, should immediately revise the Narcotics Law against Article
112 and/or Article 114 and Article 127; 2) The judge who hears the case should dig
deeper into the legal facts to find the true truth in the case being tried; 3) Stakeholders,
should jointly make "decriminalization" of criminal acts of narcotics users by diverting
them to administrative legal processes or health services. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian ini fokus kepada disparitas putusan hakim terhadap tindak pidana
narkotika di wilayah hukum Pengadilan Negeri Rantauprapat. Studi kasus yang
diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1) Putusan PN.Rantauprapat No.
159/Pid.Sus/2019/PN.Rap., An. Terdakwa “Musa”; 2) Putusan PN.Rantauprapat No.
629/Pid.Sus/2020/PN.Rap., An. Terdakwa “Husin”. Kedua terdakwa sama-sama
dituntut dengan Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika, akan tetapi terdapat perbedaan
tuntutan hukuman penjara, yaitu: terhadap Terdakwa Musa dituntut 8 tahun, sedangkan
Terdakwa Husin dituntut 6 tahun. Terhadap tuntutan denda, juga sama, yaitu sebesar
Rp. 1.000.000.000,-. Permasalahan dalam penelitian ini: 1) Pengaturan pemidanaan
terhadap pelaku tindak pidana narkotika menurut UU Narkotika; 2) Analisis hukum
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap kedua putusan pengadilan
tersebut; dan 3) Faktor penyebab terjadinya disparitas putusan hakim terhadap kedua
putusan tersebut.
Metode penelitian ini, jenisnya penelitian hukum normatif, bersifat deskriptif.
Pendekatan menggunakan pendekatan perundang-undangan. Data bersumber dari data
sekunder, putusan didapat dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Rantauprapat. Teknik
pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan lapangan dengan alat studi dokumen
dan wawancara. Analisis data menggunakan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengaturan pemidanaan terhadap pelaku
tindak pidana narkotika berdasarkan UU Narkotika dapat memperburuk keadaan bagi
pelaku penyalahguna narkotika. Sebab, Pasal 112 dan Pasal 114 dapat dikenakan kepada
pelaku penyalahguna narkotika, sebaliknya Pasal 127 yang seharusnya dikenakan bagi
pengguna dapat pula dikenakan kepada pengedar ataupun bandar narkotika; 2) Kedua
putusan yang diangkat sebagai contoh kasus, berdasarkan teori disparitas pemidanaan
sebenarnya secara hukum telah disidangkan, diproses dengan cara-cara yang berdasar
hukum. Akan tetapi, hasilnya tidak memenuhi rasa keadilan yang berkembang di
masyarakat; 3) Faktor-faktor penyebab terjadinya disparitas putusan hakim terhadap
perkara tindak pidana narkotika yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: a) Faktor
hukum, terdapat multitafsir dalam Pasal 112 dan Pasal 127 UU Narkotika; b) Faktor aparat
penegak hukum, terdapat kewenangan diskresi hakim untuk menggunakan
kewenangannya menemukan kebenaran sejati yang tidak digunakan oleh hakim pemutus;
c) Faktor budaya hukum, terdapat budaya suap dan damai ditempat, serta pengurusan
tuntutan dan putusan dengan hukuman yang lebih ringan. Direkomendasikan kepada: 1)
Pemerintah RI, sebaiknya segera melakukan revisi UU Narkotika terhadap Pasal 112
dan/atau Pasal 114 serta Pasal 127; 2) Hakim yang menyidangkan perkara, sebaiknya
menggali fakta-fakta hukum yang lebih dalam agar menemukan kebenaran sejati dalam
perkara yang disidangkan; dan 3) Stakeholders, sebaiknya bersama-sama membuat
“dekriminalisasi” terhadap tindak pidana pengguna narkotika dengan mengalihkannya
kepada proses hukum administratif atau pelayanan kesehatan. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Disparitas | en_US |
dc.subject | Putusan | en_US |
dc.subject | Narkotika | en_US |
dc.subject | Pengadilan Rantauprapat | en_US |
dc.title | Disparitas Putusan Hakim terhadap Tindak Pidana Narkotika di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Rantauprapat | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM197005016 | |
dc.description.pages | 174 Halaman | en_US |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |