dc.contributor.advisor | Munthe, Hadriana Marhaeni | |
dc.contributor.author | Firdayanti, Selly | |
dc.date.accessioned | 2018-07-25T02:09:09Z | |
dc.date.available | 2018-07-25T02:09:09Z | |
dc.date.issued | 2018 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4738 | |
dc.description.abstract | Gender bias occurs because of a culture of patriarchy that is strongly embedded in society, it can be seen from the values that exist in the community itself. Gender bias, especially in the case of education also occurs in the community of Pagar Bosi Village, Ujung Padang District, Simalungun Regency. Whereas men and women should share the same portion in getting education including the farming families in Pagar Bosi Village. This research uses social construction theory by Peter L. Berger which discusses three points about social construction that is externalization, objectivation, and internalization.
The purpose of this research is to know how the construction of gender in farmer's family in Pagar Bosi Village, Ujung Padang Sub-district, Simalungun Regency about education of boys and girls. The method used in this research is observation, interview and documentation. Interviews were conducted with farmers' families and village officials in Desa Pagar Bosi, with 15 informants. In addition to the interview, there is also a method of documentation that is in the form of photographs during the interview.
The results showed that in this village many people who think of boys' education take precedence over the girls, especially in farming families. This is because the people's mindset about men's position is higher, while girls are considered as potential housewives who work in the domestic sphere and do not need to make money. In addition, people are also difficult to accept new values that come from outside the community. This shows the existence of gender discrimination in obtaining education. Adapaun suggestions put forward in this research that is theoretically and practically. theoretical, based on Peter L. Berger's theory of social construsion on three important points of externalization, objectivation, and internalization should society, especially the farming family, not consider the culture that supports the existence of gender bias in society as a truth that must be implemented in society. The re-enactment of existing values in society should be adapted to the conditions of the times demanding that women also need education so as not to be dependent on men. Practically, every parent should prioritize children's education to move to a higher level. Parents also should not discriminate between boys and girls because everyone has the same rights and obligations to get an education. | en_US |
dc.description.abstract | Bias gender terjadi karena adanya budaya patriarki yang tertanam kuat di masyarakat, hal ini bisa terlihat dari nilai-nilai yang ada di masyarakat itu sendiri. Bias gender terutama dalam hal pendidikan juga terjadi di masyarakat Desa Pagar Bosi Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun. Padahal seharusnya laki-laki dan perempuan memiliki porsi yang sama dalam memperoleh pendidikan termasuk keluarga petani di Desa Pagar Bosi. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger yang membahas tiga poin tentang konstruksi sosial yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi gender dalam keluarga petani di Desa Pagar Bosi Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun tentang pendidikan anak laki-laki dan perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada keluarga petani dan aparat desa di Desa Pagar Bosi, dengan jumlah 15 informan. Selain dengan wawancara, ada juga metode dokumentasi yakni berupa foto-foto pada saat melakukan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa ini banyak masyarakat yang beranggapan pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan dari pada anak perempuan, terutama pada keluarga petani. Hal ini dikarenakan pola pikir masyarakat tentang kedudukan laki-laki yang lebih tinggi, sedangkan anak perempuan dianggap sebagai calon ibu rumah tangga yang bekerja di ranah domestik dan tidak perlu mencari uang. selain itu, masyarakat juga susah untuk menerima nilai-nilai baru yang berasal dari luar masyarakat. Ini menunjukkan adanya diskriminasi gender dalam memperoleh pendidikan. Adapaun saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu secara teoritis dan praktis. teoritis, berdasarkan teori Peter L. Berger tentang konstrusi sosial mengenai tiga poin penting yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi seharusnya masyarakat khususnya keluarga petani tidak menganggap budaya yang mendukung adanya bias gender dalam masyarakat sebagai suatu kebenaran yang harus dilaksanakan dalam masyarakat. Peresapan kembali nilai-nilai yang ada di masyarakat harusnya disesuaikan juga dengan kondisi zaman yang menuntut bahwa perempuan juga membutuhkan pendidikan agar tidak selalu bergantung kepada laki-laki. Secara Praktis, setiap orangtua harus memprioritaskan pendidikan anak untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Orangtua juga tidak boleh membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan karena setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh pendidikan. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Gender | en_US |
dc.subject | Education | en_US |
dc.subject | Family Farmers | en_US |
dc.title | Bias Gender pada Pendidikan Anak dalam Keluarga Petani (Studi Kasus : Desa Pagar Bosi Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun) | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM140901010 | en_US |
dc.identifier.submitter | Nurhusnah Siregar | |
dc.description.type | Skripsi Sarjana | en_US |