Reevaluasi Tanah Sawah dan Arahan Pengelolaan Berkelanjutan pada Daerah Irigasi di Aceh Utara
View/ Open
Date
2021Author
Nazaruddin, Muhammad
Advisor(s)
Rauf, Abdul
Rahmawaty
Elfiati, Deni
Metadata
Show full item recordAbstract
Efforts to increase rice production continue to be carried out by the government. Intensification of agriculture is carried out to provide food for the population. Agricultural intensification also needs to be accompanied by adequate land availability. The increase in rice production in North Aceh has been accompanied by the application of new technologies, such as tillage, use of superior seeds, fertilization, pest control and irrigation. Plant nutrient needs are met with the provision of inorganic fertilizers in accordance with the recommendations. However, the average rice productivity for each irrigated area in North Aceh is still low.
A study on the re-evaluation of soil properties is needed to be able to determine the quality of the land. The quality of the land provides opportunities for the cultivation of suitable crops. Rice plants are suitable for cultivation in paddy fields, but under certain conditions, secondary crops also have the opportunity to grow and develop in paddy fields. Of course, by setting the right land management formula, plant management other than rice is to achieve high land productivity and prosperous farmers.
The results of the study indicate that the fertility of irrigated paddy fields in the Krueng Sawang, Krueng Pase and Krueng Langkahan Irrigation Areas is low. The land suitability class on irrigated paddy fields for rice, corn, soybeans, green beans, long beans, cucumbers and watermelons is included in the marginally suitable class (S3). The limiting factors on plant growth in irrigated paddy fields were phosphorus, potassium and C-organic. The fertility of rainfed paddy fields in the Krueng Sawang, Krueng Pase and Krueng Langkahan irrigation areas is low. Land suitability class on rainfed lowland soils for rice, corn, soybeans, green beans, long beans, cucumbers and watermelons is included in the marginally appropriate class (S3). The limiting factors on plant growth in rainfed lowland soils were rainfall, base saturation, pH, C-organic, N-total and P2O5. For optimal growth of technically irrigated rice in North Aceh, it is necessary to add Urea 85-280 kg/ha, SP36 90-110 kg/ha or TSP 70-85 kg/ha, and do not require potassium fertilization. Besides that, it is also necessary to add organic fertilizer as much as 10-30 tons/ha and some areas do not require organic fertilizer. For optimal growth of rainfed lowland rice in North Aceh, it is necessary to add Urea 290 – 330 kg/ha, SP36 100 – 120 kg/ha or TSP 75 – 90 kg/ha, KCl 25 – 100 kg/ha, and some locations do not need potassium fertilization. Besides, it is also necessary to add organic fertilizer as much as 20-50 tons/ha. For the sustainability of agricultural cultivation in irrigated areas in North Aceh, it is necessary to rotate crops with corn and soybeans with an intercropping system. Upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan oleh pemerintah. Intensifikasi pertanian dilakukan untuk penyediaan bahan pangan bagi penduduk. Intensifikasi pertanian juga perlu dibarengi dengan ketersediaan lahan yang memadai. Peningkatan produksi padi di Aceh Utara dibarengi dengan penerapan teknologi baru, baik pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pengendalian hama penyakit, maupun irigasi. Kebutuhan hara tanaman dipenuhi dengan pemberian pupuk anorganik sesuai dengan rekomendasi. Namun produktivitas padi rata-rata untuk masing-masing daerah irigasi di Aceh Utara masih rendah.
Kajian tentang reevaluasi sifat tanah diperlukan untuk dapat mengetahui kualitas lahan. Kualitas lahan memberikan peluang untuk budidaya tanaman yang sesuai. Tanaman padi sesuai dibudidayakan di lahan sawah, tetapi pada kondisi tertentu tanaman palawija juga berpeluang tumbuh dan berkembang pada lahan sawah. Tentunya dengan menetapkan formula pengelolaan lahan yang tepat, pengelolaan tanaman selain padi untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi dan petani sejahtera.
Hasil peneliian menunjukkan bahwa kesuburan tanah sawah irigasi di Daerah Irigasi Krueng Sawang, Krueng Pase dan Krueng Langkahan tergolong rendah. Kelas kesesuaian lahan pada tanah sawah irigasi untuk tanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, mentimun dan semangka termasuk kelas sesuai marginal (S3). Faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman di tanah sawah irigasi adalah fosfor, kalium dan C-organik. Kesuburan tanah sawah tadah hujan di Daerah Irigasi Krueng Sawang, Krueng Pase dan Krueng Langkahan tergolong rendah. Kelas kesesuaian lahan pada tanah sawah tadah hujan untuk tanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, mentimun dan semangka termasuk kelas sesuai marginal (S3). Faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman di tanah sawah tadah hujan adalah curah hujan, kejenuhan basa, pH, C-organik, N-total dan P2O5. Untuk pertumbuhan optimal tanaman padi sawah beririgasi teknis di Aceh Utara perlu penambahan pupuk Urea 85 -280 kg/ha, SP36 90 -110 kg/ha atau TSP 70 – 85 kg/ha, dan tidak memerlukan pemupukan kalium. Disamping itu juga perlu penambahan pupuk organic sebanyak 10 – 30 ton/ha dan beberapa kawasan tidak memerlukan pemberian pupuk organik. Untuk pertumbuhan optimal tanaman padi sawah tadah hujan di Aceh Utara perlu penambahan pupuk Urea 290 – 330 kg/ha, SP36 100 – 120 kg/ha atau TSP 75 – 90 kg/ha, KCl 25 – 100 kg/ha, dan beberapa lokasi tidak embutuhkan pemupukan
kalium. Disamping itu juga perlu penambahan pupuk organic sebanyak 20 – 50 ton/ha. Untuk keberlanjutan budidaya pertanian di derah irigasi di Aceh Utara diperlukan rotasi tanaman dengan tanaman jagung dan kedelai dengan system tumpangsari.