Hubungan Adherensi terhadap Kejadian Gagal Terapi Lini Pertama Antiretroviral (ARV) pada Pasien HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan

Abstract

Background: Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is a compilation of symptoms or diseases caused by decreased immunity due to infection with Human Immunodeficiency Virus (HIV). The number of HIV and AIDS cases continued to increase until 2019, United Nations Program on HIV and AIDS (UNAIDS) reported that HIV and AIDS cases worldwide had reached around 37.8 million with the highest number of cases found in Africa. Based on the latest report of the Directorate General of P2P (HIV/AIDS and STI Information System (SIHA) in 2019, for the last eleven years, HIV cases in Indonesia reached a peak in 2019, which was 50,282 cases. ARV is the most successful HIV treatment that consist combination of several types of drugs that must be taken for life, therefore high compliance is required (>95%) and each patient must take medication according to the prescribed dose and time Methods: This study is a cross-sectional study, population is taken in the VCT Unit/Pusyansus of Haji Adam Malik Hospital, the patients who experience failure of first-line therapy from February to June 2021. With a total sample of 96 people. Data collection techniques were carried out using a questionnaire sheet. Results: There was a significant relationship between PLWHA who failed firstline therapy on drug side effects (p-value = 0.05) and there was no significant relationship found between knowledge level and adherence to ARV medication (pvalue = 0.182). Conclusion: Factors that influence adherence to taking PLWHA medication at Haji Adam Malik Hospital Medan, such as level of knowledge and drug regimen, motivation, family support, support from health workers, side effects of drugs.

Latar belakang: Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Angka kasus HIV dan AIDS terus meningkat hingga pada tahun 2019, United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) melaporkan kasus HIV dan AIDS di seluruh dunia telah mencapai sekitar 37,8 juta dengan angka kasus tertinggi ditemukan di Afrika. Berdasarkan Laporan Ditjen P2P (Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA) terbaru pada tahun 2019, selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. ARV merupakan pengobatan HIV yang paling berhasil hingga saat ini. Obat ARV terdiri dari gabungan/paduan beberapa jenis obat yang harus diminum seumur hidup, maka dengan itu diperlukan kepatuhan yang tinggi (>95%) dan setiap pasien harus minum obat sesuai dosis dan waktu yang ditentukan Metode: Penelitian ini adalah cross-sectional, populasi diambil diruang Unit VCT /Pusyansus RSUP Haji Adam Malik, Medan, yaitu pasien yang mengalami gagal terapi Lini pertama pada bulan Februari s/d Juni tahun 2021. dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil: Ditemukan hubungan yang signifikan ODHA gagal terapi lini pertama pada faktor efek samping obat (p-value = 0,05) dan tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan Kepatuhan minum obat ARV (p-value = 0,182). Kesimpulan: Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat ODHA di RSUP Haji Adam Malik Medan, yaitu : tingkat pengetahuan dan regimen obat, motivasi, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, efek samping obat.