Show simple item record

dc.contributor.advisorKusdiyana, Eman
dc.contributor.authorSyakuur, Athiyatusy
dc.date.accessioned2022-02-11T08:15:59Z
dc.date.available2022-02-11T08:15:59Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/47598
dc.description.abstractJepang merupakan salah satu negara maju di dunia. Memiliki banyak budaya, kemajuan teknologi yang tinggi, tempat-tempat wisata yang indah dan berbagai hal unik serta khas lainnya. Meskipun memiliki industri dan teknologi yang maju, Jepang tetap menjadi negara yang sangat peduli akan kebersihan lingkungannya. Bersepeda telah menjadi gaya hidup masyarakat Jepang yang diwariskan dari generasi ke generasi, digunakan oleh hampir seluruh masyarakat baik itu laki-laki, perempuan, anak-anak, maupun orangtua. Sepeda tentu saja tergolong lebih ekonomis dalam segi perawatan dan perbaikan, karena itu juga jumlah orang yang mengendarai sepeda di Jepang lebih banyak dari orang yang mengendarai mobil atau sepeda motor pribadi. Tidak hanya di pedesaan maupun kota kecil, sepeda juga banyak digunakan di kota-kota besar Jepang. Salah satunya di ibukota negara, Tokyo. Di Tokyo, pergi kemana saja bisa ditempuh dengan naik kereta. Akan tetapi, kemudahan berpergian menggunakan sarana kereta membuat kereta menjadi padat penumpang. Selain itu tidak jarang orang-orang harus berjalan kaki yang cukup jauh menuju stasiun kereta. Namun ada alternatif sarana lain yang juga banyak digunakan masyarakat Tokyo, yaitu menggunakan sarana sepeda. Namun bersepeda juga memiliki aturan yang wajib dilakukan, salah satunya adalah pengendara sepeda harus melakukan registrasi sepeda atau bouhan touroku, layaknya nomor polisi untuk kendaraan di Indonesia. Tindakan hukum seperti denda dan penyitaan sepeda akan dilakukan apabila pengguna sepeda tidak dapat menunjukkan dokumen hukum yang membuktikan kepemilikan sepeda. Faktor mahalnya biaya membuat SIM di Jepang menjadi salah satu penyebab masyarakatnya enggan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor maupun mobil. Selain itu, biaya pajak, jalan tol, bahan bakar maupun parkiran kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil juga terbilang mahal. Adapaun faktor lain yang membuat masyarakat memilih mengendarai sepeda adalah untuk mempermudah perjalanan dengan satu tempat tujuan, seperti pergi ke sekolah, tempat kerja, berbelanja, dan perjalanan bisnis. Kemudian perjalanan yang menjadikan sepeda sebagai akses untuk menuju transportasi umum. Mengendarai sepeda akan menghemat waktu dan biaya ketika ingin pergi kemanapun, termasuk jika ingin pergi ke stasiun kereta api yang memiliki jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal dan akan membutuhkan biaya lagi jika harus naik bus atau taksi ke stasiun. Sepeda juga dapat diparkirkan di stasiun kereta maupun dibawa ke dalam kereta jika itu sepeda lipat dan memiliki rinkobukuro atau tas sepeda.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectAnalisis Budaya Bersepedaen_US
dc.subjectKehidupan Masyarakat Tokyoen_US
dc.titleAnalisis Budaya Bersepeda dalam Kehidupan Masyarakat Tokyoen_US
dc.title.alternativeToukyou No Shakai No Seikatsu Ni Okeru Jitensha No Bunka No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160708014
dc.description.pages57 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record