dc.description.abstract | Sebagai salah satu negara maju di dunia, Jepang menjadi tujuan bagi para pencari kerja, khususnya dari negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu program ketenaga kerjaan yang dibuat oleh pemerintah Jepang adalah sebuah program pelatihan pemagang atau disebut juga dengan kenshuusei. Indonesua merupakan salah satu megara yang kerap mengirimkan peserta kenshuusei ke Jepang.
Kenshuusei merupakan program pelatihan magang yang dipersiapkan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mengikuti program kenshuusei,harus mengikuti persyaratan dan seleksi terlebih dahulu. Hal itu dilakukan karena faktor budaya kerja di Jepang sangat berbeda dengan Indonesia,sehingga perlu para peserta kenshuusei harus dibekali terlebih dahulu agar tidak mengalami culture shock ketika bekerja di Jepang. Karena syarat dan seleksi untuk menjadi kenshuusei cukup sulit,hanya orang-orang yang benar-benar siap secara jasmani dan rohani saja yang akan diberangkatkan ke Jepang.
Setiap tahun jumlah peserta kenshuusei yang berangkat terus meningkat,hal itu disebabkan kurangnya pekerja produktif di Jepang. Sehingga banyak negara lain yang telah bekerjasama dengan Jepang untuk mengirimkan tenaga kerja produktifnya ke Jepang melalui program kenshuusei tersebut. Banyaknya pekerja dari negara asing yang bekerja di Jepang menibulkan suatu permasalahan sosial bagi para pekerja di Jepang. Karena memiliki otoritas di negara asalnya,para pekerja Jepang kerap melakukan tindakan negatif berupa tindak ijime.
Skripsi ini berjudul Analisis Kasus Ijime Pada Kenshuusei Indonesia ( Studi Kasus Grup FB “Lowongan Kerja di Jepang”. Skripsi ini disusun berdasarkan
rumusan masalah yang menjadi tujuan dari penelitian, yaitu membuktikan adanya kasus ijime pada para kenshuusei asal Indonesia dan mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak ijime serta bentuk ijime seperti apa yang paling sering dialami oleh para kenshuusei tersebut. Penelitian ini hanya membatasi ruang lingkupnya dengan fokus pada para kenshuusei yang tergabung dalam grup Facebook Lowongan Kerja di Jepang yang merupakan sebuah grup publik yang memiliki populasi sebanyak 40. 000 anggota grup. Namun Penelitian ini tidak akan menggeneralisasi masalah ijime yang terjadi pada pupulasi kenshuusei asal Indonesia. Pada penelitian ini juga membahas sedikit tentang ada atau tidaknya pengaruh aspek kelayakan sebagai kenshuusei terhadap ijime di tempat kerja yag dialami oleh kenshuusei asal Indonesia.
Pada penelitian ini digunakan teori sosiologis untuk memperdalam fokus terhadap kasus ijime yang terjadi pada ruang lingkup dunia kerja dan teori psikologi sosial untuk memahami pola pemikiran oleh para korban ijime dan pelaku ijime tersebut.
Digunakan dua metode penelitian untuk mendapatkan data dalam penelitian ini,yaitu metode kuesioner yang ditujukan kepada para kenshuusei yang tergabung dalam grup Facebook Lowongan Kerja di Jepang. Kuesioner disebar pada tanggal 13 July sampai dengan 15 July 2021 dengan menggunakan platform google form. Item kuesioner yang di sebar disusun berdasarkan indikator serta dimensi workplace bullying serta telah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan aplikasi SPSS. Metode penelitian kedua yang digunakan berikutnya adalah metode kuantitatif dengan teknik kuantitatif deskriptif dan skala likert untuk mengukur jawaban dari responden agar bisa didapatkan data yang valid.
Setelah dilakukan pengukuran,perhitungan dan analisis deskriptif maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari 63 orang kenshuusei terdapat 44 kenshuusei yang pernah mengalami tindak ijime selama bekerja di Jepang,yang berarti tindak terhadap kenshuusei masih kerap terjadi. Adapun bentuk ijime yang kerap dialami oleh kenshuusei Indonesia adalah ijime verbal atau melalui-kata dan kalimat yang dilontarkan oleh para pekerja nativ Jepang.
Setiap perbuatan pasti memiliki sebab atau alasan kenapa perbuatan itu bisa terjadi,begitu juga dengan tindak ijime. Kenshuusei asal Indonesia yang menjadi subjek penelitian tidak mengetahui faktor penyabab atau alasan yang pasti mengapa mereka menerima tindakan bullying dari native Jepang.
Walaupun seorang kenshuusei telah memiliki kemampuan bahasa atau sudah menerapkan kedisiplinan selama bekerja,tidak menutup kemungkinan bahwa tindak ijime akan terjadi,hal itu disebabkan kenshuusei Indonesia tidak memiliki otoritas yang kuat selama bekerja di Jepang. Karena sebuah tindak ijime terjadi jika sebuah individu atau kelompok memiliki kekuasaan atau dominasi di suatu wilayah terhadap individu atau kelompok yang lemah,yang bertujuan untuk bersenang-senang atau menunjukkan bahwa mereka adalah penguasa dalam wilayah tersebut | en_US |