Karakteristik pasien COVID-19 dengan ARDS di RSUP H Adam Malik Medan Sumatera Utara
View/ Open
Date
2021Author
Riandini, Herani Mutia
Advisor(s)
Syarani, Fajrinur
Bihar, Syamsul
C.E, Putri
Metadata
Show full item recordAbstract
The global experience of managing patients with COVID19-related acute respiratory distress syndrome (ARDS) is growing rapidly, along with an increasing number of reports on respiratory system mechanics and ventilator management. Over the past two decades, ARDS heterogeneity has become increasingly recognized, and efforts have been made to describe subgroups of patients with different clinical and biological characteristics, clinical outcomes, and treatment responses. Given the importance of mechanical ventilation of lung protectors in ARDS. With the increase in COVID-19 cases, the formulation of this research problem is how the characteristics of COVID-19 patients with ARDS in the isolation room of RSUP Haji Adam Malik Medan.
Metods :The design of this study is descriptive research using data on the medical records of patients diagnosed as COVID-19 patients with ARDS and non-ARDS being treated in the isolation room of Haji Adam Malik General Education Hospital. This research was conducted at RSUP Haji Adam Malik Medan North Sumatra.
Results : Out of a total of 91 subjects recruited in the study in terms of gender, more men were obtained than women and the >40-year-old group dominated. Fever is the most common clinical symptom, followed by cough, shortness of breath, myalgia, anosmia, diarrhea, nausea, runny nose, age, and chest pain. As for the habit of smoking in the sample, 57 people smoked, and 34 people did not smoke. Then the severity of symptoms in COVID-19 is necessary to determine the prognosis in patients. It was found that 54 people experienced severe symptoms and 37 moderate symptoms. In this study, there were no samples of COVID-19 without symptoms and COVID-19 with mild symptoms. Due to the asymptomatic COVID-19 sample and COVID-19 with no indication of hospitalization. Some of the indicators examined include D-dimer and AGDA. Where in AGDA can calculate the ratio PaO2 / FiO2. For D-dimer itself, subjects who experienced more d dimer increases compared to patients with d dimer within normal limits. And when followed up until the patient came home or died, the ratio PaO2 / FiO2 found 41 people (45.1%) PaO2 / FiO2 ratio decreased, while another 50 people were found to be normal PaO2 / FiO2 ratio values. One of the most commonly used modalities is thoracic x-ray. A total of 91 people had bilateral infiltrates on thoracic x-rays, while no x-ray images were found without infiltrates or unilateral infiltrates. In the comorbid found in COVID-19 patients, it was found that 57 people had comorbid and 34 people did not have comorbid. In
x
this study, divided into several parameters, among others did not occur ARDS, occurred ARDS with mild ARDS, medium ARDS and heavy ARDS. 50 people (54.9%) declared not experiencing ARDS followed by 31 people (34.1%) experienced moderate ARDS, then 7 people (7.7%) with light ARDS and 3 others (3.3%) severe ARDS.
Conclusion: Shortness of breath is the most common clinical symptom. The value of the laboratory results on the d-dimer and AGDA tests showed a varied distribution of results. Bilateral infiltrates are the majority thoracic x-ray image in COVID-19 patients. Pengalaman global mengelola pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut terkait COVID-19 (ARDS) berkembang dengan pesat, bersamaan dengan meningkatnya jumlah laporan tentang mekanika sistem pernapasan dan manajemen ventilator. Selama dua dekade terakhir, heterogenitas ARDS semakin diakui, dan telah dilakukan upaya untuk menggambarkan subkelompok pasien dengan karakteristik klinis dan biologis yang berbeda, hasil klinis , dan tanggapan perawatan. Mengingat pentingnya ventilasi mekanis pelindung paru-paru di ARDS. Dengan adanya peningkatan kasus COVID-19, maka penelitian ini adalah menjelaskan karakteristik pasien COVID-19 dengan ARDS di ruang isolasi RSUP Haji Adam Malik Medan.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data pada rekam medis pasien yang didiagnosis sebagai penderita COVID-19 dengan ARDS dan non ARDS yang dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik.
Hasil : Dari total 91 subjek yang direkrut dalam penelitian ini dari segi jenis kelamin, didapatkan laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan elompok usia >40 tahun mendominasi. Demam merupakan gejala klinis yang paling banyak ditemukan, diikuti dengan batuk, sesak napas, myalgia, anosmia, diare, mual, pilek, ageusia, dan nyeri dada. Adapun kebiasan merokok pada sample, didapatkan 57 orang merokok, dan 34 orang tidak merokok. Kemudian derajat keparahan gejala pada COVID-19 diperlukan untuk menentukan prognosis pada pasien. Didapati sebanyak 54 orang mengalami gejala berat dan 37 orang gejala sedang. Pada penelitian ini tidak didapati sample COVID-19 tanpa gejala dan COVID-19 dengan gejala ringan. Karena sample COVID-19 tanpa gejala dan COVID-19 dengan gejala tingan tidak indikasi untuk dirawat inap. Beberapa indikator yang diperiksa antara lain D-dimer dan AGDA. Dimana pada AGDA dapat menghitung rasio PaO2/FiO2. Untuk D-dimer sendiri, subjek yang mengalami peningkatan d dimer lebih banyak dibandingkan pasien dengan d-
viii
dimer dalam batas normal. Dan ketika dilakukan follow up hingga pasien pulang atau meninggal, rasio PaO2/FiO2 didapati 41 orang (45,1%) didapati penurunan nilai rasio PaO2/FiO2, sedangkan 50 orang lainnya didapati nilai rasio PaO2/FiO2 normal. Salah satu modalitas yang sering digunakan adalah x-ray toraks. Sebanyak 91 orang memiliki gambaran infiltrat bilateral pada x-ray toraks, sedangkan tidak didapati gambaran x-ray tanpa infiltrate maupun infiltrate unilateral. Pada komorbid yang didapati pada pasien COVID-19, didapati sebanyak 57 orang mempunyai komorbid dan 34 orang tidak mempunyai komorbid. Dalam penelitian ini, dibagi menjadi beberapa parameter, antara lain tidak terjadi ARDS, terjadi ARDS dengan ARDS ringan, ARDS sedang dan ARDS berat. 50 orang (54.9%) dinyatakan tidak mengalami ARDS diikuti 31 orang (34,1%) mengalami ARDS sedang, kemudian 7 orang (7,7%) dengan ARDS ringan dan 3 orang lainnya (3,3%) mengalami ARDS berat.
Kesimpulan : Sesak napas merupakan gejala klinis yang paling banyak dijumpai. Nilai hasil laboratorium kususnya pada pemeriksaan d-dimer dan AGDA menunjukkan distribusi hasil bervariatif. Infiltrat bilateral menjadi gambaran x-ray toraks mayoritas pada pasien COVID-19.
Collections
- Master Theses [183]