Show simple item record

dc.contributor.advisorPurba, Edison
dc.contributor.advisorHanum, Hamidah
dc.contributor.advisorTistama, Radite
dc.contributor.authorPutra, Irwan Agusnu
dc.date.accessioned2022-06-21T04:43:20Z
dc.date.available2022-06-21T04:43:20Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/49124
dc.description.abstractThe low productivity of Indonesian rubber estate is mainly due to the application of rubber technology and plantation management which have not fully complied with the recommendations. One of the ways to achieve maximum productivity is the use of stimulants by maintaining the level of soil fertility. To overcome this problem, an assessment of soil fertility in rubber is absolutely necessary because it is directly related to plant growth and production. In addition to nutrients N and P, other important macro nutrients for plant growth are elements of Ca, Mg and K. The research purposes of this study was to increase the production of latex (Hevea brasiliensis Muell. Arg) by examining the use of calcium, magnesium and potassium fertilizers based on their status and the ratio of Ca, Mg and K as a source of soil nutrients in rubber plantations. The research was carried out in three stages of research, starting with an observation (survey) of the content of Ca, Mg and K status in the three rubber productivity plantations which were categorized as high, medium and low. Followed by the second research, namely experimental research using a Factorial Randomized Block Design (RBD) at the location of the highest rubber production. The third study observed the basic cations of calcium (Ca), magnesium (Mg) and potassium (K) in their role in various latex metabolism in rubber plants using a descriptive method with samples from plants from the second stage of research. or production after 4 months of treatment application by dividing low, medium and high criteria based on production criteria. The study was started by determining the status and ratio of base cations Ca, K and Mg which affected latex production at high production status in the Sarang Giting Estates, medium in Bandar Betsi Estates and low in Dusun Hulu Estates, with sequent production of 1,853.2 , 1,357.7 and 935.4 Kg/Ha/year based on the average latex production in 2016 and 2017. The research at this stage was conducted to measure the nutrient status of Ca, Mg and K in rubber plantations with different productivity levels. Nutrient status was determined at a depth of 0-30 cm and 30-60 cm for each of 10 points. The second stage of the research was carried out in high-yielding plantations to obtain changes in nutrient status in various treatments of agricultural lime/calcium fertilizer (CaCO3), kiserite/magnesium fertilizer (MgSO4.H2O) and KCl/potassium fertilizer as well as determining the optimal dose based on alkaline cation balance. The third phase of the study observed basic cations calcium (Ca), magnesium (Mg) and potassium (K) in relation to various latex metabolism variables, namely sucrose content, inorganic phosphate, thiol and total solids content (TSC) in latex and production. The results of the first stage of observation obtained that the content of Calsium exchangeable (Ca-exc) at a depth of 0-30 cm and 30-60 cm in the high, medium, low production categories sequent were 0.41, 0.18, 0.55 and 0.14 respectively. , 0.24, 0.79 me/100 g. Magnesium exchangeable (Mg-exc) at a depth of 0-30 cm and 30-60 cm in the high, medium and low production categories sequent were 0.32, 0.15, 0.17 and 0.23, 0.35, 0.24 me/100 g. Potassium exchangeable (K-exc) at a depth of 0-30 cm and 30-60 cm in the high, medium, low production categories sequent were 0.40, 0.18,0.38 and 0.53, 0.30 and 0.44 me/100 g. The ratio of Ca : Mg : K cations at a depth of 0-30 cm and 30-60 cm at different production locations, namely Sarang Giting Estates sequent were 3: 2: 3 and 2: 3: 8, Bandar Betsi Estates were 1: 1: 1 : 1 and 2 : 3 : 3 and the Dusun Hulu Estates were 3 : 1 : 2 and 7 : 2 : 4. The results of the second study obtained that the optimal doses of calcium, magnesium and potassium fertilizers in the treatment combination C1M2K1 were 1,500 g lime, 3,000 g kiserite and 500 g KCl/Ha/Year which could obtain the highest latex production of 215 g/p/s. Soil nutrient status after application of combination treatment C1M2K1 obtained nutrient content of calcium, magnesium and potassium in relation to latex production (Hevea brasiliensis Muell. Arg) soil nutrient values obtained were 0.74 me/100 g (low), 0.42 me /100 g (medium) and 0.77 me/100 g (rather high). Leaf nutrient status obtained were 0.95% (medium), 0.20% (low) and 2.15% (very high). The nutrient status of latex was 0.014 %, 0.15 % and 0.45%. Nutrient ratio of Ca : Mg : K exchangeable soil obtained is 2 : 1 : 2, leaf nutrient ratio is 5 : 1 : 11 and latex nutrient ratio is 1 : 11 : 32 The results of the third stage of observation of metabolic analysis obtained low sucrose content ranging from 2.23 to 4.19 mM or an average of 3.04 mM, inorganic P (Pi) was characterized by increasing content from very low to low with values ranging from 12.02 to 20, 81 mM or an average of 16.18 mM which can be interpreted as the use of Pi in high metabolic activity which will accelerate the conversion of sucrose into latex. The thiol content is very low, which is below 0.250 mM due to active metabolism in cells so that it can suppress oxidative stress and also shows moderate intensive exploitation, characterized by very high total solids (TSC) levels in the range of 49.01% to 65.32% or an average of 58.05% and high production in the range of 84.55 g/p/s to 171.78 g/p/s or an average of 132.12 g/p/s. The conclusion from the series of observations and research is that the production status in the survey at three plantation sites shows that production is influenced by the exchangeable soil potassium nutrient status (K-dd). Fertilization at low to moderate soil nutrient status in the second study increased soil, leaf and latex nutrient content and production by fertilizer application 1,500 g lime, 3,000 g kiserite and 500 g KCl /Ha/Year (C1M2K1). The nutrient ratio of Ca : Mg : K of the soil sequent was 2 : 1 : 2, the nutrient ratio of the leaves was 5 : 1 : 11 and the nutrient ratio of latex was 1 : 11 : 32. Meanwhile, latex metabolism parameters were not significantly affected by this fertilization. The ratio of 2: 1: 2 on the soil and 5 : 1: 11 on the leaves can be used as an indicator of productivity on land and the condition of rubber plants.en_US
dc.description.abstractRendahnya produktivitas perkebunan karet Indonesia terutama disebabkan oleh penerapan teknologi perkaretan dan pengelolaan kebun yang belum sepenuhnya sesuai rekomendasi. Produktivitas yang maksimal salah satunya dapat dicapai dengan menjaga tingkat kesuburan tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka penilaian kesuburan suatu tanah dilahan karet mutlak diperlukan karena berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman dan produksi. Di samping unsur hara N dan P, unsur hara makro penting lainnya bagi pertumbuhan tanaman adalah unsur Ca, Mg dan K. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi lateks (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dengan mengkaji penggunaan pupuk kalsium, magnesium dan kalium berdasarkan status dan rasio Ca, Mg dan K sebagai sumber hara tanah pada lahan perkebunan karet. Penelitian dilakuan tiga tahap penelitian yang diawali dengan pengamatan (survei) kandungan status Ca, Mg dan K pada ketiga kebun produktivitas karetnya dikatagorikan tinggi, sedang dan rendah. Dilanjutkan dengan penelitian yang kedua yakni penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial pada lokasi produksi karet yang tertinggi. Penelitian ketiga mengamati kation-kation basa kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan kalium (K) dalam peranannya pada berbagai metabolisme lateks pada tanaman karet dengan menggunakan metode deskriptif dengan sample dari tanaman hasil penelitian tahap ke 2 atau produksi setelah 4 bulan aplikasi perlakuan dengan membagi kriteria rendah, sedang dan tinggi berdasarkan kriteria produksi. Penelitian diawali dengan menentukan status dan rasio kation-kation basa Ca, K dan Mg yang berpengaruh terhadap produksi lateks pada status produksi tinggi dikebun Kebun Sarang Giting, sedang di Kebun Bandar Betsi dan rendah di Kebun Dusun Hulu, dengan produksi berturut-turut 1.853,2, 1.357,7 dan 935,4 Kg/Ha/tahun berdasarkan produksi lateks rata-rata tahun 2016 dan 2017. Penelitian pada tahap ini dilakukan untuk mengukur status hara Ca, Mg dan K di kebun karet yang memiliki tingkat produktivitasnya yang berbeda. Status hara ditentukan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm masing-masing kebun sebanyak 10 titik. Penelitian tahap kedua dilakukan pada lokasi kebun dengan produksi tinggi untuk mendapatkan perubahan status hara pada berbagai perlakuan kapur pertanian/pupuk kalsium (CaCO3), kiserit/pupuk magnesium (MgSO4.H2O) dan pupuk KCl/pupuk kalium serta penetapan dosis optimal berdasarkan keseimbangan kation basa. Penelitian tahap ke tiga mengamati kation-kation basa kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan kalium (K) dalam hubungannya pada berbagai peubah metabolisme lateks yaitu kandungan sukrosa, fosfat anorganik, tiol dan kandungan padatan total (TSC) dalam lateks dan produksi. Hasil pengamatan tahap pertama diperoleh kandungan Ca dapat dipertukarkan (Ca-dd) pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada katagori produksi tinggi, sedang, rendah berturut-turut sebesar 0,41, 0,18, 0,55 dan sebesar 0,14, 0,24, 0,79 me/100 g. Magnesium-dd pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada katagori produksi tinggi, sedang dan rendah berturut-turut sebesar 0,32, 0,15, 0,17 dan sebesar 0,23, 0,35, 0,24 me/100 g. Kalium-dd pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada katagori produksi tinggi, sedang, rendah berturut-turut sebesar 0,40, 0,18,0,38 dan sebesar 0,53, 0,30 dan 0,44 me/100 g. Rasio kation Ca : Mg : K pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada lokasi produksi yang berbeda yakni Kebun Sarang Giting berturut-turut 3 : 2 : 3 dan 2 : 3 : 8, Kebun Bandar Betsi adalah 1 : 1 : 1 dan 2 : 3 : 3 serta Kebun Dusun Hulu adalah 3 : 1 : 2 dan 7 : 2 : 4. Hasil penelitian tahap ke dua diperoleh dosis pupuk kalsium, magnesium dan kalium optimal pada kombinasi perlakuan C1M2K1 berturut-turut adalah 1.500 g kaptan, 3.000 g kiserit dan 500 g KCl /Ha/Tahun yang dapat memperoleh hasil produksi lateks tertinggi sebesar 215 g/p/s. Status hara tanah setelah diaplikasi kombinasi perlakuan C1M2K1diperoleh kandungan hara kalsium, magnesium dan kalium dalam kaitannya dengan produksi lateks (Hevea brasiliensis Muell. Arg) diperoleh nilai hara tanah berturut-turut adalah 0,74 me/100 g (rendah), 0,42 me/100 g (sedang) dan 0,77 me/100 g (agak tinggi). Status hara daun diperoleh nilai berturut-turut adalah 0,95 % (sedang), 0,20 % (rendah) dan 2,15 % (sangat tinggi). Status hara lateks adalah 0,014 %, 0,15 % dan 0,45 %. Rasio hara Ca : Mg : K tanah dapat dipertukarkan diperoleh adalah 2 : 1 : 2, rasio hara daun adalah 5 : 1 :11 dan rasio hara lateks adalah 1 : 11 : 32 Hasil pengamatan tahap ketiga analisis metabolisme diperoleh kandungan sukrosa rendah berkisar 2,23 – 4,19 mM atau rata-rata 3,04 mM, P anorganik (Pi) ditandai dengan meningkatnya kandungan dari sangat rendah hingga rendah dengan nilai berkisar 12,02 - 20,81 mM atau rata-rata 16,18 mM yang dapat diartikan digunakannya Pi dalam tingginya aktivitas metabolisme yang akan mempercepat konversi sukrosa menjadi lateks. Kandungan tiol sangat rendah yaitu di bawah 0,250 mM akibat aktifnya metabolisme dalam sel sehingga mampu menekan stress oksidatif dan juga menunjukkan sedang intensifnya eksploitasi, ditandai dengan kadar padatan total (TSC) sangat tinggi yakni kisaran 49,01 % hingga 65,32 % atau rata-rata 58,05 % dan produksi yang tinggi dikisaran 84,55 g/p/s hingga 171,78 g/p/s atau rata-rata 132,12 g/p/s. Kesimpulan pada rangkaian pengamatan dan penelitian diperoleh status produksi pada survey di tiga lokasi kebun bahwa produksi dipengaruhi oleh status hara kalium tanah yang dapat dipertukarkan (K-dd). Pemupukan pada status hara tanah rendah hingga sedang pada penelitian kedua meningkatkan kandungan hara tanah, daun dan lateks serta produksi dengan pemberian 1.500 g kaptan, 3.000 g kiserit dan 500 g KCl /Ha/Tahun (C1M2K1). Rasio hara Ca : Mg : K tanah adalah 2 : 1 : 2, rasio hara daun adalah 5 : 1 :11 dan rasio hara lateks adalah 1 : 11 : 32. Sementara parameter metabolisme lateks tidak secara signifikan dipengaruhi oleh pemupukan ini. Rasio 2: 1 : 2 pada tanah dan 5 : 1 : 11 pada daun dapat dijadikan indikator produktivitas pada lahan dan kondisi tananman karet.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKalsiumen_US
dc.subjectMagnesiumen_US
dc.subjectKaliumen_US
dc.subjectStatus Haraen_US
dc.subjectRasioen_US
dc.subjectProduksi Lateksen_US
dc.titleKajian Rasio Kation Kalsium, Magnesium dan Kalium dalam Kaitannya dengan Produksi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM158104002
dc.description.pages221 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record