Show simple item record

dc.contributor.advisorHati, Lila Pelita
dc.contributor.authorPratama, Rici Septian Dwi
dc.date.accessioned2022-08-26T08:21:53Z
dc.date.available2022-08-26T08:21:53Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/49894
dc.description.abstractSkripsi yang berjudul Kehidupan Bangsawan Kerajaan Bilah merupakan salah satu kajian sejarah khususnya tentang sejarah loka Tempat tinngal saya Tulisan ini membahas bagaimana gambaran pasang surut kehidupan golongan bangsawan Melayu menghadapi tiga zaman, Belanda, Jepang, dan Indonesia hingga klimaksnya kejatuhan sistem otokrasi golongan bangsawan pada masa revolusi sosial. Dari keseluruhan, titik pusat tulisan ini adalah bagaimana situasi dan upaya golongan bangsawan selama menjalani hidup pasca revolusi sosial. Tujuan tulisan ini adalah menjelaskan bagaimana kehidupan bangsawan Melayu, terutama sesudah revolusi sosial. Selain itu, tulisan ini dapat menambah khasanah ilmiah bagi Ilmu Sejarah, khususnya mengenai sejarah lokal daerah Rantau parapat . Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi pemerintah daerah mengenai pembangunan pengetahuan kita tentang, baik pembangunan ekonomi maupun pembangunan mental masyarakat sebagai modal sosial.dan moral terhadap peristiwa tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi) yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern, penafsiran sumber (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi).\ Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di setiap babnya dapat diambil beberapa kesimpulan adalah Masa Kolonial Belanda dapat dikatakan merupakan masa yang terbaik bagi golongan bangsawan Melayu. Hasil pendapatan dari konsesi tanah perkebunan Sawit dan Pohon Karet , dan golongan bangsawan mendapat keistimewaan dan bergaya hidup mewah. Gaya hidup mewah yang dipertahankan sultan, mengakibatkan sultan terlilit utang. Sikap ragu-ragu yang ditunjukkan para sultan untuk melebur ke dalam pemerintahan RI dan adanya isu Comite van Ontvangst membuat para kelompok radikal merencanakan suatu gerakan yang disebut revolusi sosial. Pasca revolusi sosial hidup mereka berubah. Harta dan tahta yang dulu selalu dibanggakan telah musnah. Kini hanya gelar kebangsawanan yang dipakainya yang menunjukkan identitas mereka sebagai golongan bangsawan. Untuk melanjutkan perjalanan hidup, mereka harus bangkit dengan mengupayakan berbagai cara. Mulai dari mengumpulkan keluarga yang sempat terpisah, menjual harta yang masih bisa diselamatkan untuk bertahan hidup dan membiayai pendidikan anak- anaknya, bekerja yang tidak bergantung dengan orang lain, mengupayakan harta yang pernah dijarah, dan membentuk kembali pemerintahan Sumatera Timur.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleKehidupan Bangsawan Kerajaan Bilah Pasca Revolusi Sosial 1946-1999en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140706025
dc.description.pages70 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record