Perbandingan Astigmatisma Sebelum dan Setelah Operasi Fakoemulsiifikasi dengan Insisi Kornea Superior dan Temporal pada Penderita Katarak Senilis

Abstract

Introduction : One of the assessment of the success of cataract surgery is from the low case of surgically induced astigmatism (SIA) post surgery. Incision distance from the optic centre cornea, suturing, incision type, length and location are things that caused surgically induced astigmatism. Purpose : To evaluate astigmatism before and after phacoemulsification with superior versus temporal corneal incision of senile cataract. Methods : This is a prospective analitic longitudinal study with randomized double blind controlled trial sampling. Subjects 42 eyes divided to 2 group, first group done superior incision and second group done temporal incision. All patients examined with autorefractokeratometry before and after 1st day, 7th day and 30th day post surgery. Operation done by one operator with same width incision, examination tool and phacoemulsification machine. Results : There were no significant differences in keratometry value before operation between 7th day and 30th day after phacoemulsification with superior and temporal corneal incision. The research shows that superior corneal incision decrease the cylindrical value than the temporal incision on 30th day after phacoemulsification. A significant differences were not found in types of astigmatism before and after phacoemulsification with superior and temporal corneal incision. From Chi-Square trial, it can be concluded that there were significant changes statistically in astigmatism after phacoemulsification with superior and temporal corneal incision (p=0,03). Conclusion : There were no significant changes in types of astigmatism before and after phacoemulsification either by superior or temporal corneal incision.

Pendahuluan : Salah satu keberhasilan bedah katarak dapat dinilai dari rendahnya kejadian surgically induced astigmatism (SIA) paska bedah. Selain jarak insisi terhadap pusat optik kornea, penggunaan jahitan, tipe insisi, dan panjang insisi, salah satu hal yang mempengaruhi kejadian SIA adalah lokasi dari insisi. Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan astigmatisma sebelum dan setelah operasi fakoemulsifikasi dengan insisi kornea superior dan temporal pada penderita katarak senilis. Metode : Penelitian ini bersifat prospektif analitik longitudinal dengan pengambilan sampel secara randomized double blind controlled trial. Subyek penelitian berjumlah 42 mata yang dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama dilakukan insisi kornea di superior dan kelompok kedua di temporal. Dilakukan pemeriksaan autorefraktokeratometri sebelum dan setelah operasi pada hari ke-7 dan hari ke-30. Operasi dilakukan oleh satu orang operator dengan lebar insisi, alat pemeriksaan dan alat fakoemulsifikasi yang sama. Hasil : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai keratometri sebelum operasi dengan hari ke-7 dan hari ke-30 setelah fakoemulsifikasi dengan insisi kornea superior dan temporal. Pada hari ke-30 setelah operasi fakoemulsifikasi didapati posisi insisi kornea superior lebih menurunkan nilai silindris dibandingkan dengan insisi kornea temporal. Perubahan jenis astigmatisma yang dijumpai sebelum dan sesudah fakoemulsifikasi dengan insisi kornea superior dan temporal diumpai tidak signifikan. Hasil uji chi square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik pada perbandingan astigmatisma setelah fakoemulsifikasi dengan insisi kornea superior dibandingkan dengan temporal (p = 0.03). Kesimpulan : Tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan jenis astigmatisma sebelum dan setelah fakoemulsifikasi dengan insisi kornea superior dan temporal.