Pengaruh Hidrolisis Parsial Minyak Kelapa Murni terhadap Aktivitas Antibakteri

Abstract

Virgin coconut oil (VCO) is a medium-chain triglyceride (MCT) with its main components is lauric acid (C12:0), a medium-chain fatty acid (MCFA). Partial hydrolysis of the VCO gererate free fatty acids and monoglycerides mainly lauric acid and monolaurin which have antibacterial activity. The aim of this study was to examine the influence of the partial hydrolysis by enzyme and NaOH of VCO on it's antibacterial activity. The VCO used in this study produced by UD Sinar Nias. Enzymatic hydrolysis using lipozyme was carried out in four difrerent incubation times namely, 3 hours, 6 hours, 9 hours and 12 hours. Saponification hydrolysis preformed with 25%, 50% and 75% NaOH calculated from the saponification number for coconut oil. After hydrolysis, hydrochloric acid was added then extracted with n-hexane, then hexane was evaporated. Hydrolyzed poducts were mixed with water (5 g in water to make 10 ml) to form water in oil emulsion (w/o). Antibacterial activity test of each teatment was conducted against bacteria Pseudomonos aeruginosa (ATCC 25619), Staphylococcus aureus (ATCC 29737), Staphylococcus epidermidis (ATCC 12228) and Propionibacterium acnes (ATCC 6918) by diffusion agar method, using the paper discs of 6 mm in diameter and activity was compared with tetracycline and ampicillin. The data of zone of inhibition analyzed statistically using ANOVA method by α < 0,05. The results showed that the non-hydrolysed virgin coconut oil did not have antibacterial activity but hydrolysed oil did. The longer the incubation time and the higher the amount of NaOH used in the hydrolysis resulted in the increase of antibacterial activity, Hydrolysed product of enzymatic hydrolysis was more active as antibacterial than those by saponification method. Hydrolysed products of virgin coconut oil were more effective toward Pseudomonas aeruginosa compared to the other bacteria. Antibacterial activity of tetracyclin and ampicillin were far more active than those of hydrolysis products

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) adalah lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceride, MCT) karena komponen utamanya yaitu asam Iaurat (C12:0) suatu asam lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acids, MCFA). Hidrolisis parsial VCO akan menghasilkan asam lemak bebas dan monogliserida terutama asam laurat dan monolaurin yang bersifat sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hidrolisis parsial dengan enzim dan NaOH terhadap aktivitas antibakteri minyak kelapa mumi. VCO yang digunakan dalam penelitian ini dalah VCO yang di poduksi oleh UD Sinar Nias. Hidrolisis enzimatik dengan lipozim dilakukan dalam waktu inkubasi, 3 jam, 6 jam, 9 jam dan 12 jam, sedangkan hidrolisis penyabunan dilakukan dengan jumlah 25%, 50% dn 75% NaOH dihitrng dari bilangan penyabunan total. Hasil hidrolisis diasamkan dengan HCI encer kemudian diekstraksi dengan heksan, kemudian heksan diuapkan. Pengujian antibakteri VCO dan hasil hidrolisis yang dibuat dalam bentuk emulsi a/m (5 g hasil hidrolisis dalam 10 mI akuades), selanjutnya diuji terbadap bakteri Pseudomonas aeruginosa (ATCC 25619), Staphylococcus aureus (ATCC 29737), Staphylococcus epidermidis (ATCC 12228) dan bakteri Propionibacterium acnes (ATCC 6918) dengan metode difusi agar, menggunakan pencadang kertas dengan diameter 6 mm. Sifat antibakteri dibandingkan dengan tetrasiklin dan ampisilin. Data hasil pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA dengan α < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kelapa murni tanpa hidrolisis tidak menunjukkan sifat antibakteri, tetapi hasil hidrolisis bersifat antibakteri. Makin lama inkubasi hidrolisis enzimatik dan makin tinggi persentasi NaOH pada hidrolisis memperlihatkan sifat antibakteri yang makin tinggi. Sifat antibakteri dari basil hidrolisis enzimatik cenderung lebih aktif dari daripada hasil hidrolisis dengan NaOH. Hasil hidrolisis dengan enzimatik dan NaOH lebih efektif terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan ketiga bakteri lainnya. Aktivitas antibakteri dari tetrasiklin dan ampsillin jauh lebih besar daripada hasil hidrolisis minyak kelapa murni