| dc.description.abstract | Pengembangan Perkebunan Pola Swadaya di Kawasan DTA Danau Toba telah dikembangkan dengan komoditi Kopi dan Kemiri dari anggaran lnalum Fee dan OECF melalui Proyek-proyek Pembangunan Perkebunan Pola Swadaya sejak 1993. Luas Areal yang telah dibangun adalah Kopi 298 Ha dan Kemiri 624 Ha namun sebahagian areal yang ditanam ternyata tidak berhasil sehingga dampak proyek terhadap pengembangan perkebunan di DTA Danau Toba belum seperti yang diharapkan. Dilain pihak pembangunan perkebunan di DTA Danau Toba sangat penting dan strategis mengingat komoditi perkebunan kopi dan kemiri merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan secara biologis dapat berfungsi untuk memperbaiki sislem hydrologis atau sistem lingkungan dalam arti luas sehingga keberhasilan pembangunan perkebunan perlu ditingkatkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi swadaya petani adalah faktor kesesuaian lahan, pendapatan petani, adopsi penyuluhan, kelembagaan dan pendidikan petani. Dari data yang dikumpulkan dari responden petani untuk meneliti pengaruh kelima faktor tersebut terhadap persentase tanaman hidup pada Proyek-proyek Pengembangan Perkebunan pola swadaya yang dijadikan sebagai indikator tingkat swadaya petani dianalisis berdasarkan model analisa Regresi Berganda Multikorelasi dengan hasil sebagai berikut :
1 . Kelima faktor peubah bebas itu secara bersama-sama dapat menjelaskan peubah tetap Y atau persentasi tanaman hidup pada tingkat R2 = 0.8 atau 80%. Maka apabila kombinasi kelima faktor itu ditangani dengan baik persentase keberhasilan tanaman berpeluang tercapai sebesar 80 %. Faktor kesesuaian lahan berpengaruh sangat nyata dengan nilai t hit 8.057 > t tabel (Kopi), dan t hit 9.188 > t tabel (Kemiri) Faktor penyuluhan berpengaruh nyata dengan nilai t hit 1.305 > t tabel (Kopi) dan t hit 1.756 > t tabel (Kemiri). Sementara faktor pendapatan petani, faktor kelembagaan yang ada dan pendidikan petani tidak berpengaruh sama sekali. 2. Pengaruh Kesesuaian Lahan secara partial terhadap persentasi tanaman yang hidup kopi dan kemiri dengan nilar R2 = 0.777 (Kopi) dan R2 = 0.753 (Kemiri) artinya bahwa pengaruh kesesuaian lahan dapat menjelaskan persentase tanaman hidup Kopi dan Kemiri pada tingkat sebesar 77,77 % dari 75,3 % 3. Pengaruh Adopsi Penyuluhan secara partial terhadap persentase tanaman hidup kopi dan kemiri dengan nilai R2 = 0.438 (Kopi) dan R2 = 0.390 (Kemiri), artinya bahwa pengaruh tingkat Adopsi Penyuluhan dapat menjelaskan persentase tanaman hidup Kopi dan Kemiri pada tingkat sebesar 43.8 % dan 39%. 4. Pengaruh faktor pendapatan petani, faktor kelembagaan yang ada dan faktor pendidikan petani tidak nyata terhadap persentasi tanaman hidup kopi atau kemiri, artinya bahwa petani yang berpendapatan lebih tinggi atau kelembagaan yang ada sekarang tidak menjamin tingginya tingkat swadaya pelani, demikian juga halnya apabila pendidikan semakin tinggi tidak memberi jaminan keberhasilan pertanaman atau jaminan tingginya tingkat swadaya petani. 5. Hubungan antara berbagai faktor (Multikorelasi) terdapat diantara faktor kelembagaan yang ada terhadap faktor kesesuaian lahan yakni 66% (Kopi), 52% (Kemiri) dan faktor kelembagaan terhadap faktor penyuluhan 48% (Kopi), 58% (Kemiri). Korelasi itu tergolong kuat karena faktor kelembagaan seperti kelembagaan hak tanah dan kelembagaan penyuluhan secara signifikan mempengaruhi keberhasilan kebun, yang berarti swadaya petani untuk membangun kebun sudah cukup baik.
Maka dengan ini disarankan kepada berbagai pihak terutama kepada pihak Ditjen Perkebunan atau Dinas Perkebunan agar : 1. Pengembangan perkebunan di Kawasan DTA D Toba dilanjutkan sebagai model pembangunan yang memberi dampak ekonomi yang cukup baik bagi petani setempat dan berwawasan lingkungan. 2. Karena faktor kesesuaian lahan merupakan faktor yang sangat nyata pengaruhnya bagi keberhasilan pertanaman maka prioritas utama untuk memberhasilkan pembangunan kebun adalah dengan memperbaiki kesesuaian lahan. Dalam menetukan lahan pertanaman sebaiknya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesesuaian lahan petani untuk mendapatkan lahan yang sesuai. Untuk maksud itu perlu adanya lembaga yang dapat membantu petani memeriksa tanah secara laboratoris sehingga kesesuaian lahan dengan komoditi tertentu dapat dipertanggungjawabkan.
3. Faktor penyuluhan sebagai prioritas berikutnya penting diperhatikan dengan mengintensifkan penyuluhan kepada petani peserta melalui berbagai metoda penyuluhan karena terbukti bahwa penyuluhan berpengaruh nyata untuk keberhasilan pertanaman. Walaupun faktor kelembagaan yang ada kurang berpengaruh terhadap keberhasilan pertanaman tetapi mempunyai korelasi yang kuat terhadap faktor penyuluhan dan faktor kesesuaian lahan, karena itu faktor kelembagaan pun penting diperbaiki pada masa yang akan datang. | en_US |