Analisis Tingkat Pendapatan Petani Tambak dan Nelayan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kec. Syiah Kuala Kotamadya Banda Aceh
View/ Open
Date
1999Author
Salim, Agus
Advisor(s)
Miraza, Bachtiar Hassan
Tarmizi, Hasan Basri
Djaja, Harmaini Riza Danan
Metadata
Show full item recordAbstract
Analisis tingkat pendapatan sangat diperlukan dalam menentukan suatu konsep pengembangan wilayah atau daerah. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di suatu wilayah/daerah. Akan sangat tidak berarti bila pelaksanaan program pengembangan wilayah tidak mampu meningkatkan pendapatan masyarakatnya atau masyarakatnya menjadi penonton dan buruh di tanah sendiri. Dengan mengetahui keakuratan tingkat pendapatan di suatu wilayah akan berimplikasi positif terhadap pengembangan suatu wilayah atau daerah. Penelitian ini mengambil tempat di Kecamatan Syiah Kuala Kotamadya Banda Aceh yang terdiri dari 3(tiga) desa yaitu Desa Tibang, Deyah Raya dan Alue Naga yang penduduknya sebagian besar bertatus pekerjaan sebagai Petani Tambak dan Nelayan. Data primer yang diperoleh bersifat Cross Section dengan teknik penarikan sampel secara Proportional Random Sampling, maka diperoleh sampel sebanyak 30 KK petani tambak dan 30 KK nelayan yang berstatus sebagai pemilik.Dan Penelitian ini berlangsung mulai awal April 1998 hingga akhir Juli 1999. Tingkat pendapatan yang dianalisis adalah tingkat pendapatan selama 4( empat) bulan pada musim barat (Maret s/d juli 1999).Tingkat pendapatan petani tambak dan nelayannya sampai sekarang masih dalam golongan rendah dibandingkan dengan petani tambak dan nelayan di wilayah lain. Padahal secara geografis wilayah ini terletak di ibukota Propinsi Aceh yaitu di Kotamadya Banda Aceh yang telah menjadi wilayah pusat perdagangan bagi daerah tingkat II di sekitarnya. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa petani tambak dan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala masih mengelola usahanya dengan pola tradisional. Petani tambaknya belum menggunakan kincir air, pengaturan air masuk dan keluar yang baik. Juga nelayannya belum menggunakan perahu motor. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor luas lahan,modal, pengalaman , tenaga kerja mempengaruhi tingkat pendapatan petani tambak. Dan bagaimana faktor-faktor jarak tempuh, modal, pengalaman, jumlah perahu, tenaga kerja mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan. Juga bagaimana perbedaan pendapatan diantara kedua-duanya. Dari hasil analisis persamaan regresi berganda yang sudah ditransformasikan ke dalam logaritma (fungsi produksi Cobb Douglas) dapat dilihat dari diterima atau tidaknya koefisien regresi yang dijadikan sebagai proyeksi ternyata variabel independen petani tambak yang dapat mempengaruhi variabel dependen (pendapatan petani tambak) adalah luas lahan, modal, dan Pengalaman masing-masing pada taraf signifikansi 99%, 90% dan 99%. Sedangkan variabel independen yang mempengaruhi pendapatan nelayan (variabel independen) adalah Pengalaman, Jumlah perahu dan Tenaga kerja pada taraf signifikansi 99%, 99% dan 95%. Serta Uji beda pendapatan antara petani tambak dengan nelayan menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan nyata. Hal ini ditunjukkan oleh pendapatan rata-rata selama musim barat yaitu petani tambak sebesar Rp. 4.172.900,- dan nelayannya Rp.3 .566.667,-. Secara keseluruhan semua variabel independen mampu mempengaruhi atau menerangkan variabel dependen yang nyata pada taraf signifikansi 99% baik untuk petani tambak maupun nelayan. Karakteristik responden menunjukkan bahwa usia petani tambak 33% didominasi oleh kelompok usia 40-45 tahun, dan nelayan 43% kelompok usia 30-35 tahun. Sedangkan pendidikannya sebagian besar (60%) petani tambak berpendidikan SD dan nelayannya sebagian besar (70%) tidak pernah sekolah. Kendala utama yang dihadapi petani tambak adalah 40% modal usaha dan 37% penyakit ikan/udang. Sementara para nelayannya 53% modal dan 37% peralatan nelayan. Keadaan sosial ekonomi masyarakatnya secara umum dapat dikatakan " baik" walaupun terkadang kondisi fisik rumah mereka layaknya seperti rumah kumuh. Dari hasil wawancara dengan beberapa Key Informan mengatakan bahwa masyarakat di sana bila sudah mendapat "uang" mereka justru mengalokasikan uang tersebut untuk hal yang tidak produktif seperti membeli parabola, sepeda motor dan lain-lain serta selalu terikat dengan para Tengkulak yang telah memberikan modal untuk mereka. Sehingga kondisi ini yang membuat mereka sulit untuk maju dan berkembang. Oleh karena itu penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan penelitian "Ekonomi Antropologi Pedesaan " guna menghilangkan struktur ekonomi yang masih berbentuk Patron (majukan) dan Klien (bawahan). Dan perlu ditumbuh kembangkan peranan lembaga-lembaga desa seperti KUD, Kelompok Usaha Tani, LKMD agar membentuk mereka dapat mandiri terlepas dari Tengkulak sehingga akan memberikan bias terhadap peningkatan pendapatan mereka sendiri.